Konten dari Pengguna

Aku, Kamu, dan Sahabatku

Ainun Nisa Apriliani
Mahasiswi Jurusan Sastra Indonesia di Universitas Pamulang (UNPAM)
27 Juni 2023 22:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ainun Nisa Apriliani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi 2 wanita dan 1 pria, foto: pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi 2 wanita dan 1 pria, foto: pexels.com
ADVERTISEMENT
24 April 2018, kala itu aku mendapatkan sebuah notifikasi pesan dari sahabatku yang berisi "Kamu jangan marah yaa, aku sama dia pacaran. Tadi dia nembak aku, terus aku terima deh." Dia mengabarkan bahwa kamu dan dia sudah resmi menjadi pasangan kekasih. Jahat, sungguh jahat kalian kepadaku! Sahabatku tahu aku mencintai kamu, tapi teganya dia menerimamu dikala kamu menyatakan cinta padanya. Awalnya aku tidak rela namun pada saat itu aku menghargai perasaan kalian, karena perasaan tidak bisa dibohongi. Tapi kalian dengan tidak tahu malunya bermesraan di depan ku.
ilustrasi wanita menangis, foto: pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi wanita menangis, foto: pexels.com
Hatiku hancur, remuk, retak! Tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata bahwa aku kecewa kepada kalian. Setiap harinya sahabatku bercerita tentang hubungan kalian, tentang kamu yang bercerita keseharian mu, tentang kamu yang ingin mengantar dan menjemput sahabatku, tentang kencan kalian di akhir pekan, tentang betapa manisnya tingkahmu kepadanya. Aku yang lugu hanya mendengarkan cerita itu dengan perasaan yang tidak karuan. Ingin menangis tapi ku malu, ingin memaki tapi dia sahabatku, ingin teriak tapi ku sudah lemas. Mengetahui orang yang ku sayang, yang kucinta menjadi kekasih sahabatku sendiri.
ilustrasi wanita melamun, foto: pexels.com
Aku muak, aku muak dengan tingkah tidak tahu malunya kalian. Aku mencoba untuk merelakan kamu, tapi dengan bodohnya aku malah menangis sendirian meratapi kehidupan cintaku tidak berjalan mulus. Walaupun begitu sekarang aku sudah sangat bahagia. Tanpamu dan sahabatku sekarang hidupku penuh dengan kedamaian. Aku sudah damai dengan semua kejadian masa laluku, dengan begitu kehidupan ku makin sempurna karena sudah mengikhlaskan mu untuk sahabatku. Walau akhir dari hubungan kalian sangat berantakan. Tapi mungkin itu bayaran atas sakit hatiku terhadap perlakuan kalian. Sekarang aku bahagia, menikmati kehidupan sendiri, nyaman dengan perasaan yang tidak menyukai siapapun, tenang karena tidak bergantung pada seseorang.
ADVERTISEMENT