Konten dari Pengguna

Awal Mula Didirikan Majelis Tabligh 'Aisyiyah

'Aisyiyah Tabligh dan Ketarjihan
Majelis Tabligh dan Ketarjihan dalam naungan Pimpinan Pusat 'Aisyiyah bergerak di bidang dakwah, yang bersumber dari nilai-nilai islam progresif. Hadir sebagai wadah strategis untuk penyampaikan pesan yang bersifat mencerahkan dan meneguhkan.
31 Oktober 2024 18:16 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari 'Aisyiyah Tabligh dan Ketarjihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Logo 'Aisyiyah
zoom-in-whitePerbesar
Logo 'Aisyiyah
ADVERTISEMENT
Awal didirikan Majelis Tabligh dan Ketarjihan tentu tidak luput dari berdidirinya Organisasi Otonom Perempuan, yaitu 'Aisyiyah. Dapat dibilang keduanya berdiri secara bersamaan, sebab awal mula 'Aisyiyah berdiri dari inisiasi sekelompok perempuan muslim yang mengadakan pengajian-pengajian atas dididikan KH. Ahmad Dahlan dan Nyai Walidah.
ADVERTISEMENT
Dalam perkembangannya, pengajian tersebut kemudian diikuti dengan kegiatan-kegiatan lain berupam pendirian mushala, pelatihan ketrampilan, dan pelatihan mubalighat. Gerakan pengajian itu diberi nama Sopo Tresno. Pengajian Sopo Tresno tersebut belum merupakan sebuah organisasi, tetapi hanya sebatas gerakan pengajian saja.
Pada akhirnya, gerakan pengajian itu telah menjadi sebuah organisasi perempuan terbesar di Indonesia, yang diberi nama 'Aisyiyah. Pemberian nama ini atas dasar musyawarah yang dilakukan KH. Ahmad Dahlan, KH.Mokhtar, Ki Bagus Hadikusumo serta pengurus Muhammadiyah lainnya. Upacara peresmian berdirinya organisasi ‘Aisyiyah bersamaan dengan peringatan Isro’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW pada tanggal 27 Rajab 1335 H atau tanggal 19 Mei 1917 M.
Berdasarkan keputusan konggres Muhammadiyah ke-19 pada tahun 1930 di Bukit Tinggi Sumatra Barat, Tabligh secara resmi menjadi bagian tersendiri. Urusan Tabligh bertugas mengelola penyiaran agama melalui pengajian, kursus, silaturahmi dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Pelatihan mubalighat pertama dimulai tahun 1919 dan dinamakan Wal-Ashri (dilaksanakan setelah shalat ashar). Selain itu, pada masa pascakemerdekaan Negara RI, ‘Aisyiyah mulai mengembangkan kegiatannya, yakni menyelenggarakan biro konsultasi keluarga (tahun 1956), dan mendapat sambutan positif dari Departemen Agama DIY, yang saat itu dipimpin oleh KH. Farid Ma’ruf. Kegiatan ini dinilai positif kemudian ditingkatkan kerjasama dengan Depag dan organisasi lainnya, sehingga terbentuklah Badan Penasehat Perkawinan dan Perselisihan Perceraian (BP4). Kegiatan biro konsultasi keluarga sampai sekarang terus dipertahankan dan menjadi bagian dari Majelis Tabligh (Divisi Pembinaan Keluarga), dan salah satu programnya adalah mengembangkan Biro Konsultasi Keluarga Sakinah ‘Aisyiyah (BIKKSA) yang ada pada setiap Wilayah dan Daerah.
Selain BIKKSA, Majelis Tabligh dan Ketarjihan juga tetap aktif dalam program pelatihan mubalighat. Tak hanya itu kini Majelis Tabligh dan Ketarjihan juga turut membina para mualaf di beberapa wilayah. Telah banyak sekali program dan prestasi yang diraih Majelis Tabligh dan Ketarjihan. Adapun kerjasama dengan pihak lain pun kian masif dilakukan, baru-baru ini Majelis Tabligh dan Ketarjian telah bekerjasama dengan Kanwil Kementerian Agama DIY beserta UIN Sunan Kalijaga dalam sebuah program Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji Profesional Angakatan XIV.
ADVERTISEMENT
Demikianlah sedikit pemaparan tentang awal mula didirikan Majelis Tabligh dan Ketarjihan Pimpinan Pusat 'Aisyiyah. Semoga dapat bermanfaat.