Konten dari Pengguna

Eceng Gondok Sebagai Agen Fitoremediator Alami, Bagaimana Bisa?

Ajeng Retno Kustianingrum
S.Pd. Biologi UMSurabaya
1 Juli 2024 8:11 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ajeng Retno Kustianingrum tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Eceng gondok merupakan tanaman air yang biasa hidup di perairan air tawar, eceng gondok memiliki pertumbuhan yang sangat cepat karena dapat hidup dalam perairan tercemar sehingga tidak jarang dianggap sebagai gulma. Meski memiliki daya tahan yang kuat, eceng gondok tidak dapat hidup dalam perairan yang memiliki kadar garam tinggi karena dapat menghambat pertumbuhannya. Pemanfaatan eceng gondok dalam sehari-hari yaitu sebagai pakan ternak, pupuk organik dan juga kerajinan tangan berupa anyaman. Eceng gondok (Eichhornia crassipes) merupakan salah satu tanaman air yang efektif sebagai agen fitoremediator alami.
Ilustrasi Eceng Gondok di Perairan Tercemar sumber: shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Eceng Gondok di Perairan Tercemar sumber: shutterstock
Fitoremediator alami adalah tanaman yang digunakan untuk membersihkan atau memulihkan lingkungan yang terkontaminasi oleh polutan seperti logam berat, pestisida, minyak, dan senyawa organik berbahaya lainnya. Proses ini dikenal sebagai fitoremediasi. Tanaman fitoremediator memiliki kemampuan untuk menyerap, mengakumulasi, menguraikan, atau menghilangkan polutan dari tanah, air, dan udara. Eceng gondok dapat berfungsi sebagai agen fitoremediator melalui beberapa mekanisme berikut:
ADVERTISEMENT
1. Penyerapan (Uptake): Eceng gondok menyerap polutan dari air melalui akar dan bagian tubuh lainnya. Polutan tersebut kemudian diakumulasi di jaringan tanaman. Proses ini efektif untuk menghilangkan logam berat dan senyawa organik dari air.
2. Pengendapan (Sedimentation): Akar eceng gondok memiliki struktur yang kompleks yang dapat menjebak partikel-partikel tersuspensi dalam air. Partikel ini kemudian mengendap di dasar perairan, mengurangi kekeruhan dan meningkatkan kualitas air.
3. Filtrasi (Filtration): Eceng gondok dapat bertindak sebagai filter biologis. Saat air mengalir melalui akar dan rimpang tanaman ini, polutan disaring dan terperangkap oleh jaringan tanaman.
4. Penguraian Biologis (Biodegradation): Eceng gondok memiliki mikroorganisme simbiotik pada akar dan daun yang dapat menguraikan senyawa organik beracun menjadi senyawa yang kurang berbahaya. Proses ini dikenal sebagai biodegradasi.
ADVERTISEMENT
5. Penghilangan Nutrien (Nutrient Removal): Eceng gondok dapat menyerap nutrien berlebih seperti nitrogen dan fosfor yang terdapat dalam limbah pertanian dan domestik. Dengan menyerap nutrien ini, eceng gondok dapat membantu mencegah eutrofikasi yang menyebabkan ledakan alga.
Ilustrasi perairan tercemar sumber: shutterstock
6. Evapotranspirasi: Tanaman ini juga dapat membantu mengurangi volume air tercemar melalui proses evapotranspirasi, di mana air diambil oleh tanaman dan kemudian diuapkan ke atmosfer.
Implementasi eceng gondok sebagai agen fitoremediator melibatkan penanaman tanaman ini di perairan yang terkontaminasi. Setelah eceng gondok tumbuh dan berkembang, tanaman akan mulai menyerap dan mengakumulasi polutan dari air. Proses ini dapat berlangsung selama beberapa bulan hingga tahun, tergantung pada tingkat kontaminasi dan kondisi lingkungan. Setelah eceng gondok mengakumulasi sejumlah besar polutan, tanaman dapat dipanen dan dibuang dengan aman atau diolah lebih lanjut. Dengan cara ini, eceng gondok dapat membantu membersihkan perairan yang tercemar dan meningkatkan kualitas lingkungan.
ADVERTISEMENT