Konten dari Pengguna

Menimbang Geopolitik Timur Tengah: Stabilitas atau Ketidakpastian

Aji Cahyono
Master of Arts (MA) - Kajian Timur Tengah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Awardee Research Megawati Fellowship
16 Agustus 2024 11:47 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aji Cahyono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Asap mengepul di atas gedung-gedung selama serangan udara Israel, di Kota Gaza, Senin (9/10/2023). MAHMUD HAMS/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Asap mengepul di atas gedung-gedung selama serangan udara Israel, di Kota Gaza, Senin (9/10/2023). MAHMUD HAMS/AFP
ADVERTISEMENT
Waktu yang berlalu, upaya Tiongkok memediasi konflik internal Palestina, Hamas dan Fatah, Rabu, 24/7/2024—babak baru ketegangan Timur Tengah kembali menggema, kabar tersiar kematian pemimpin politik Hamas, Ismail Heniyeh di Wisma Tamu Negara Nehzat, Teheran, Rabu (31/7/2024). Keberadaan Heniyeh di Teheran, menghadiri pelantikan Presiden Baru Iran, Masoud Pezeshkian— menggantikan Presiden Ebrahim Raisi, tewas kecelakaan helipkopter di Provinsi Azerbaijan Timur, Azerbaijan, Minggu, 19/5/2024—beserta Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amir Abdollahian, tewas.
ADVERTISEMENT
Kematian Heniyeh akibat bom meletus, dini hari, mengguncang jagad masyarakat dunia. Dugaan muncul, bom meletus merupakan penyelundupan pelaku—merupakan agen Israel (pemetaan ruangan yang digunakan Haniyeh untuk menginap), awal Juni 2024 dan meletus akhir Juli 2024 (selang dua bulan)—cara pembunuhannya mirip, tewasnya ahli nuklir, Mohsen Fakhrizadeh, November 2020— menempatkan senapan mesin, yang dikendalikan melalui jarak jauh.
Sejumlah tokoh menyampaikan rasa prihatin. Dari Indonesia, Presiden Joko Widodo, keterangannya, Kamis, 1/8/2024, menilai sebagai bentuk kekerasan atau pembunuhan yang tidak bisa ditoleransi. Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla, didampingi oleh Menteri Hukum dan HAM periode 2004-2007, Hamid Awaluddin— bertolak ke Doha, Qatar, Kamis (1/8/2024) menghadiri prosesi pemakaman pada Jum’at (2/8/2024)— bentuk dukungan Indonesia atas harapan rakyat Palestina.
Presiden AS Joe Biden memberikan keterangan pers di Queen Theatre, Wilmington, Delaware. AS pada 6 Januari 2021. Foto: JIM WATSON / AFP
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, merasa prihatin, peningkatan eskalasi Timur Tengah— dengan pesimisme, peristiwa tersebut tidak membantu dalam perundingan— yang mengarah negosiasi gencatan senjata antara Palestina dan Israel (Reuters, 2/8/2024). Biden berupaya berkomunikasi dengan PM Israel Benjamin Netanyahu— mengambil sikap meredakan ketegangan. Disisi lain, AS membantu Israel— melalui pengerahan militer AS, membantu pertahanan Israel dari ancaman serangan musuh.
ADVERTISEMENT
Kematian Heniyeh, memperkeruh ketegangan kawasan Timur Tengah— khususnya rakyat Palestina, dengan cemas dan penuh ketakutan— atas kepungan Israel, tak henti untuk memberikan rasa takut rakyat yang mendiami dikawasan tersebut— terkhusus rakyat Arab Palestina di kamp pengungsi.
Organisasi militan Palestina, Hamas ( Ḥarakat al-Muqāwamah al-ʾIslāmiyyah/Gerakan Perlawanan Islam) mengalami kekosongan kepemimpinan— yang seharusnya kematian Heniyeh, digantikan oleh Saleh al-Arouri (Wakil Heniyeh, tewas karena serangan Israel di Beirut, Lebanon, pada Januari 2024).
Pendapat Guru Besar Hubungan Internasional Universitas Indonesia, Juwono Sudarsono, masalah utama Timur Tengah yakni mengenai terusirnya rakyat Palestina sejak berdirinya negara Yahudi, Israel, sebagai negara nasional, ditanah yang sama, sejak keluarnya Deklarasi Balfour pada 1917, Kondisi Timur Tengah— arah yang tak menentu, bagaimana kondisi Geopolitik Timur Tengah pasca kematian Heniyeh ?
Ilustrasi Palestina. Foto: Hasnoor Hussain/REUTERS

Stabilitas Timur Tengah

ADVERTISEMENT
Terpilihnya Ismail Heniyeh menjadi Kepala Biro Politik Hamas pada tahun 2017, menggantikan Khaled Meshaal— harapan rakyat Palestina, bersama-sama memperjuangkannya sebagai negara-bangsa merdeka— karena dikenal mempunyai pemikiran moderat. Heniyeh meninggalkan Gaza— dan memilih untuk berdomisili di Qatar pada tahun 2019— dengan alasan keamanan bagi dirinya.
Berdomisili di luar Palestina, tak menutup kemungkinan Heniyeh berupaya menjalin hubungan diplomatik secara informal— dengan negara-negara tetangga dan adidaya, seperti Tiongkok, membantu berjalannya stabilitas kawasan Timur Tengah. Sejak meletusnya perang antara Hamas-Israel pada 7/10/2023, Heniyeh terlibat dalam mengawal perundingan dengan mediator Mesir dan Qatar— harapannnya mencapai gencatan senjata permanen dan tukar menukar tawanan.
Seolah-olah sirna, kematian Heniyeh dapat mengurangi cita-cita rakyat Palestina agar mendapatkan status negara Palestina yang merdeka— baik de facto maupun de jure. Harapannya, dunia menyatakan simpatik terhadap Palestina, agar mendapatkan dukungan dari negara anggota dan negara yang mempunyai hak veto di PBB.
ADVERTISEMENT
Dewan Keamanan PBB merespons kematian Heniyeh (dan komandan tinggi kelompok militan Hizbullah Lebanon, Fuad Shukr, serangan rudal Israel di pinggiran selatan Beirut, 30/7/2024) berinisiatif mengadakan pertemuan darurat— jalan diplomatik menuju perdamaian dan stabilitas global, Kamis (1/8/2024).
Sebelumnya, Deklarasi Beijing, Rabu 24/7/2024, Tiongkok berperan mediator dalam upaya rekonsiliasi, membuka dialog antara Fatah (diwakili Azzam al-Ahmad) dan Hamas (Mousa Abu Marzook) untuk mencapai kesepakatan tentang adanya persatuan di internal Palestina di bawah kepemimpinan yang satu.
Mengutip The New Arab, Profesor Politik Institut Guangdong Tiongkok, Lin Qin, langkah yang diambil oleh Tiongkok dengan upaya menciptakan keamanan, perdamaian, dan stabilitas di kawasan Timur Tengah. Karena bagi Tiongkok, upaya menuju perdamaian kawasan Timur Tengah adalah menciptakan persatuan intra-Palestina.
ADVERTISEMENT
Teori ‘Geopilitik Sukarno’ dikonstruksikan Hasto Kristiyanto, dengan nama ‘Progressive Geopolitical Coexsistence’ sebagai ‘alternatif of view’ dalam sistem tatanan internasional, khususnya Timur Tengah menuju arah stabilitas dan perdamaian. Tujuan Geopolitik Sukarno mewujudkan internasionalisme, persahabatan antar-bangsa, perdamaian dunia dan keadilan bagi seluruh masyarakat dunia.
Anti-tesis Geopolitik Sukarno terhadap Geopolitik Barat, cenderung ekspansionisme-invasif, yang seringkali digunakan oleh Israel (produk imperialisme Barat)— menindas rakyat Palestina dan menakuti negara-negara Timur Tengah.

Ketidakpasian Timur Tengah

Kematian Heniyeh menciptakan keterbelahan pernyataan sikap resmi di antara negara-negara yang terlibat konflik regional— memberikan keterangan di hadapan publik. Menginginkan adanya perdamaian kawasan Timur Tengah— hanyalah sebuah mimpi yang utopis, jika masih adanya keterlibatan dari negara adidaya— dalam intervensi politik mengambil sikap egoisme dalam kepentingan nasional yang bersifat realisme (mengenal untung – rugi).
ADVERTISEMENT
Pendapat Sudarsono, dua pendekatan pemecahan masalah konflik di Timur Tengah, khususnya Israel-Palestina yakni: Pertama, memperhitungkan faktor Amerika; Kedua, memperhitungkan eksistensi Israel.
Cuneyt Yenigun, penyebab konflik akar rumput di Timur Tengah: Pertama, lemahnya perekonomian (kemiskinan, kelaparan, pengangguran, defisit keuangan, tidak adanya/lemahnya kelas menengah, distribusi tidak seimbang, kewajiban keuangan, utang publik, ketimpangan ekonomi); Kedua, permasalahan sosial budaya (sistem kasta defacto, diskriminasi etnis, prioritas sektarian, masalah bahasa, keterasingan agama, diskriminasi gender, pelemahan budaya, rasisme); Ketiga, permasalahan politik (otoritarianisme, patriarki, pembungkaman kebebasan berpendapat, homogenitas dalam pekerjaan negara, partisipasi terbatas, pembatasan pemilu, pemerintahan minoritas, pemberlakuan undang-undang yang tidak berkeadilan).
Kegagalan sebuah negara (failed state) tak lepas dari benturan kepentingan yang ingin menduduki, menguasai, dan mengeksploitasi dari negara yang menjadi objek sasarannya. Iran dan Israel saling menuding— klaim kebenaran atas sikap politik luar negeri yang dikehendakinya, demi mempertahankan kedaulatan wilayahnya atas ancaman serangan dari musuh.
ADVERTISEMENT
Contohnya, pernyataan PM Benjamin Netanyahu, pasca kematian Fuad Shukr (Kepala Staf Hizbullah Lebanon) dan Ismail Heniyeh (Kepala Politik Hamas Palestina), Israel dalam kondisi siaga— jika kawasan yang dikuasai dan klaim sebagai wilayah negara Israel— mendapatkan serangan dari Iran, Hamas atau Hizbullah.
Duta Besar Iran untuk PBB, Amir Saeid Irvani (13/4/2024) menyatakan pihaknya melancarkan serangan terhadap Israel— dalam rangka untuk membela diri. Kemudian ia merespon, dalam rapat darurat PBB, kabar tersiar di media VOA (1/8/2024), meminta kepada DK PBB untuk memberikan sanksi dengan menghukum Israel— yang telah melanggar hukum humaniter internasional— menganggap sebagai kejahatan terorisme. Khususnya mengenai kematian sejumlah tokoh Hamas dan Hizbullah, tewas serangan Israel.
Begitupun negara lain, seperti Rusia, China, Aljazair, dan negara lain, mengutuk pembunuhan Haniyeh. Duta Tiongkok untuk PBB, Fu Cong, menilai kegagalan gencatan senjata di Gaza— memburuknya ketegangan kawasan.
ADVERTISEMENT
Pembelaan Israel menggema dalam forum pertemuan darurat, melalui Wakil Dubes Israel untuk PBB, Jonathan Miller, bersikap agar DK PBB memberikan sanksi Iran, dukungannya terhadap terorisme regional— serta mendukung upaya Israel membela diri demi kepentingan nasionalnya. Wakil Duta Amerika untuk PBB, Robert Wood, mendesak anggota PBB yang mempunyai pengaruh terhadap Iran, memberikan tekanan guna menghentikan eskalasi— khususnya menghentikan serangan Iran terhadap Israel, mencegah konflik Timur Tengah meluas.
Dugaan atas tuduhan Amerika, Inggris, dan Prancis menilai Iran mendukung aktor— yang mengganggu stabilitas regional Timur Tengah. Usulan dari Duta Besar Inggris untuk PBB, Barbara Woodward agar semua negara menahan diri, menyerukan gencatan senjata di Gaza (proses perundingan antara Hamas dan Israel) untuk mencapai perdamaian— menghadirkan solusi dua negara (antara Israel dan Palestina sebagai negara berdaulat).
ADVERTISEMENT
Sebagai penutup, mengutip pendapat Bung Karno, Di bawah Bendera Revolusi Djilid II, bangsa-bangsa memperjuangkan kemerdekaan— disertai dengan perdamaian dan kesejahteraan dunia, Pertama, bangsa merdeka tidak boleh diganggu (intervensi politik oleh negara Besar) agar dapat membangun negara beserta masyarakatnya; Kedua, memelihara hubungan persahabatan dengan bangsa-negara lain dari berbagai ideologi (kecuali persifatan kolonialisme maupun imperialisme); Ketiga, memberi bantuan kepada semua bangsa— yang sedang memperjuangkan kemerdekaannya.