Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Lari!
17 Januari 2020 14:33 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
Tulisan dari Akbar Ramadhan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Lari dinilai menjadi olahraga yang murah. Bukan tanpa sebab memang, toh kita tak memerlukan peralatan yang sulit ketika berlari. Kaos oblong, celana biasa, dan nyeker juga bisa jadi seragam kita untuk berlari.
ADVERTISEMENT
Namun dewasa ini, lari sudah menjadi gaya hidup yang baru. Alat-alat serta tempat menjadi suatu hal yang sangat diperhatikan oleh pelakunya.
Sepatunya saja kini mencapai ratusan ribu. Belum lagi ada yang sampai membeli seragam dan peralatan lari lainnya.
Lalu, maraknya orang yang berlari membuat tempat seperti GBK menjadi ramai. Kalau tak percaya silakan ke sana ketika malam hari. Muda mudi memenuhi kawasan GBK untuk berlari.
Tak cuma teman sepermainan, teman kantor, atau pasangan kekasih juga acapkali hadir di lingkaran GBK untuk berlari. Saya tak tahu apakah lari menjadi tujuan utamanya.
Bisa jadi lari hanya kedok untuk mereka berjumpa. Pasalnya, yang saya lihat mereka tak berkeringat kemudian berfoto-foto ria.
Saya adalah orang yang gemar berlari. Meski tak setiap hari, paling tidak sekali untuk memanaskan tubuh ini. Semasa kuliah, saya kerap lari di komplek Universitas Indonesia atau taman dekat rumah. Tak perlu lama-lama yang penting berkeringat.
ADVERTISEMENT
Nah, saya juga sempat mencicipi lomba lari. Kala itu Mandiri Run yang menjadi penyelenggaranya. Saya yang sadar dengan kemampuan tak mengincar juara. Hanya ingin mencoba dan merasakan sensasinya. Ternyata ya capek juga.
Kini, event lari sudah semakin menjamur. Di semua kalangan dan berbagai perusahaan kadang membuat event lari.
Akan tetapi, banyak yang pertanyaan yang muncul ketika berlari. Tujuan berlari apa sih?