Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Membuat Ecobrick di Pulau Rote: Jejak Kecil, Perubahan Besar untuk Lingkungan
2 Agustus 2023 18:00 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Alfonsinamelsasail tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pulau Rote, terkhususnya kampung Merah Putih, Oeseli, Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan sebuah permata kecil terpencil yang letaknya di ujung paling selatan di timur Indonesia, memiliki kekayaan alam yang luar biasa, dan melahirkan bintang-bintang kecil yang punya semangat belajar tinggi, dan semangat mengetahui hal baru yang sangat kukagumi.
ADVERTISEMENT
Bintang-bintang kecil dari Timur ini hidup sangat berdampingan dengan alam yang indah, masih sangat alami, tidak tercemar oleh asap pabrik, dan menghabiskan waktu mereka berenang di laut, berlari di pantai, dan menghirup udara bersih yang menyegarkan paru-paru kecil mereka. Namun, seperti kebanyakan wilayah lain di Indonesia, tempat ini juga menghadapi masalah sampah plastik yang berpotensi besar mengancam lingkungan tempat mereka tumbuh.
Sedih sekali membayangkan, jika kelak nanti mereka tidak bisa melihat ikan di laut seperti yang seharusnya mereka lihat, dan melihat lautan indah mereka penuh dengan sampah plastik. Maka dari itu, untuk mengatasi masalah ini, aku pikir ecobrick bisa menjadi salah satu alternatif yang bisa dipakai.
Ecobrick sendiri merupakan sebuah metode daur ulang kreatif yang melibatkan pengisian botol plastik bekas dengan sampah plastik secara padat hingga menjadi bata plastik yang kokoh. Tujuan dari Ecobrick adalah untuk mengurangi dampak negatif sampah plastik terhadap lingkungan dan bisa mengembangkan kreativitas anak-anak untuk berkreasi menggunakan ecobrick.
ADVERTISEMENT
Membuat Ecobrick dengan Tangan Mereka Sendiri
Kegiatan membuat ecobrick ini sungguh menyenangkan, aku menemukan banyak kejadian-kejadian ajaib yang tidak tertangkap kamera, wajah-wajah polos yang penuh dengan rasa ingin tahu, dan jiwa-jiwa kecil yang penasaran akan ilmu baru.
Aku dan teman-teman delegasi volunteer lainnya mengemas langkah-langkah pembuatan ecobrick sesederhana mungkin, berharap dapat tertangkap oleh kuping-kuping kecil dan tersimpan maknanya dalam benak-benak suci mereka. Langkah-langkah tersebut antara lain
1. Mengumpulkan sampah plastik — Medan yang kami pakai untuk mengumpulkan sampah plastik adalah pantai. Menurutku pantai adalah tempat yang paling dekat dengan anak-anak, tempat mereka bermain, tempat mereka belajar — belajar berenang, belajar memancing, belajar bekerja sama, bahkan belajar untuk survive. Pantai juga tempat anak-anak menghabiskan waktu bersama teman, dan kadang keluarga. Maka dari itu, ingin ku pastikan mereka menjaga tempat mereka bertumbuh agar tetap lestari untuk semua generasi mereka ke depannya.
ADVERTISEMENT
2. Membersihkan sampah plastik — Bagian ini tidak ku libatkan anak-anak karena mereka memiliki jadwal kegiatan lain dengan divisi pendidikan, namun ku pastikan bahwa semua langkah pembuatan, termasuk yang ini tersampaikan dengan baik bagi mereka untuk dipahami. Bahkan membersihkan sampah plastik pun, kami membersihkannya di laut, sungguh laut dan pantai adalah kawan setia anak-anak di sini, aku yang bukan warga lokal saja merasa sangat dekat dengan pantai mereka.
3. Mengeringkan sampah plastik — Tujuan dikeringkan adalah agar tidak berjamur. Seperti yang kita tahu, jamur suka sekali berkembang biak di tempat yang lembab, tidak bermaksud mematikan perkembangbiakan makhluk yang satu ini, namun ecobrick yang mau kami buat tidak bertujuan untuk dijadikan tempat tumbuh jamur, jadi sampah-sampah yang sudah dicuci ini perlu dipastikan dalam keadaan kering.
ADVERTISEMENT
4. Memotong dan memadatkan dalam botol — Sungguh kuakui bahwa anak-anak memang punya cara sendiri dalam melakukan hal-hal luar biasa yang kadang susah untuk dipahami orang dewasa. Tanpa aba-aba mereka membentuk kelompok, membagi tugas sendiri — ada yang bertugas memotong, dan ada yang bertugas mengisi botolnya, setelah itu akan bergantian memadatkan, waw mereka sudah memiliki jiwa kerja sama yang keren sekali.
Empat langkah sederhana di atas melahirkan pengalaman dan cerita yang takkan terlupakan. Aku melihat rasa bangga di wajah-wajah mereka ketika selesai membuat ecobrick, rasa percaya diri mereka ketika menceritakan ulang apa yang mereka alami selama pembuatan ecobrick, rasa hebat mereka ketika bercerita bagaimana mereka sudah memahami tujuan dari membuat ecobrick, dan rasa bahagia mereka mendapatkan pengalaman dan ilmu baru.
ADVERTISEMENT
Dengan tangan-tangan kecil, mereka telah menyempatkan waktu bermain mereka untuk memilah, menggunting, dan memadatkan “calon-calon perusak lingkungan mereka” ini ke dalam botol untuk dijadikan kreasi lain yang lebih bermanfaat.
Aku bersyukur bisa terlibat di sini, bisa belajar bagaimana anak-anak di pulau terselatan Timur Indonesia ini mencerna ilmu, dan aku sungguh bangga melihat mereka sangat bersemangat untuk menjaga lingkungan yang menjadi tempat mereka berproses.
Mengakhiri Kegiatan dengan Harapan
Melihat semangat anak-anak di kampung Merah Putih, Oeseli, Pulau Rote dalam belajar membuat ecobrick, aku melihat semangat menjaga lingkungan yang luar biasa. Bukan hanya ingin berbagi ilmu baru, namun aku juga ingin agar ilmu yang aku dan teman-temanku bagi bisa tertanam dan dipraktikkan dalam keseharian mereka.
ADVERTISEMENT
Kuharap ilmu ini bisa terpakai bahkan setelah waktu volunteer kami selesai, dan tetap diterapkan agar semangat menjaga lingkungannya tetap menyala, bahkan tidak hanya di kampung Merah Putih, aku bermimpi agar kegiatan seperti ini dapat tersebar luas di seluruh daerah pulau Rote, dan bahkan di seluruh daerah-daerah pelosok yang ada di Indonesia.
Pengalaman ini menjadi pembelajar sekaligus sesuatu yang akan aku kenang selalu, serta akan kubagikan untuk teman-temanku sebagai apresiasi atas kerja sama dan niat belajar dari bintang-bintang kecil yang lahir dan tumbuh di pulau ini.