Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
Konten dari Pengguna
Liburan Seru tapi Aman di Sungai Oya? Ini Peran HIRADC dalam Mengelola Risikonya
6 April 2025 8:58 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Alicia Kirbi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Liburan ke sungai memang selalu punya daya tarik tersendiri. Beningnya air, udara segar, dan lanskap tebing alami bikin siapa pun langsung ingin nyebur atau sekadar duduk santai menikmati suasana. Salah satu spot yang belakangan makin hits adalah Sungai Oya di Imogiri, Bantul. Selain pemandangannya yang fotogenik, tempat ini juga menawarkan aktivitas seru seperti mendayung kano, berenang di kedung, hingga lompat dari tebing. Tapi di balik keseruannya, ada hal penting yang perlu jadi perhatian bersama yaitu soal keselamatan. Sungai yang tampak tenang bisa menyimpan arus deras atau pusaran air yang berbahaya. Sayangnya, tidak semua pengunjung menyadari hal ini, dan tidak semua pengelola wisata siap menghadapinya. Nah, di sinilah pentingnya manajemen risiko. Salah satu pendekatan yang mulai diterapkan di Sungai Oya adalah HIRADC. Apa itu, dan bagaimana penerapannya bisa bikin liburan tetap aman? Yuk, kita bahas lebih lanjut!

Risiko Nyata di Sungai yang Terlihat Tenang
ADVERTISEMENT
Permukaan Sungai Oya memang menampilkan ketenangan yang memesona, tetapi di balik itu terdapat dinamika arus dan kondisi dasar sungai yang bisa menjadi jebakan bagi pengunjung yang tidak waspada. Berdasarkan pemetaan yang dilakukan oleh Saptadi, Rifai, dan Arianto (2024), terdapat sejumlah aktivitas wisata di kawasan Sungai Oya yang mengandung risiko tinggi. Aktivitas seperti mendayung kano, berenang di kedung yang dalam, dan melompat dari tebing menjadi kegiatan favorit, namun sekaligus menyimpan bahaya tersembunyi.
Penelitian tersebut mengidentifikasi lima risiko utama yang paling mengancam keselamatan, yaitu: wisatawan terseret arus, perahu kano yang terbalik, tabrakan dengan dinding atau dasar sungai, tenggelam saat berenang, dan cedera akibat melompat dari ketinggian. Lokasi seperti Kedung Parangan yang mencapai kedalaman 12 meter sangat berisiko, terutama karena memiliki pusaran air yang tidak terlihat dari permukaan. Beberapa wisatawan yang tidak mengenakan pelampung atau tidak bisa berenang menjadi kelompok paling rentan.
ADVERTISEMENT
Selain risiko yang langsung berkaitan dengan air, terdapat pula risiko tambahan seperti terpeleset saat berjalan di tepi sungai yang licin, atau luka akibat bebatuan tajam di dasar sungai. Semua ini menunjukkan bahwa wisata air membutuhkan kesadaran tinggi, baik dari sisi pengunjung maupun pengelola.
Pendekatan Manajemen Risiko: Sistematis, Bertahap, dan Terukur
Pengelola Sungai Oya mulai menerapkan pendekatan manajemen risiko berbasis HIRADC (Hazard Identification, Risk Assessment and Determining Control). HIRADC menjadi kerangka kerja yang sangat penting dalam mengidentifikasi sumber bahaya, menilai seberapa besar kemungkinan dan dampaknya, lalu menyusun strategi pengendalian yang tepat (Triyono et al., 2014). Penilaian risiko di Sungai Oya juga mengacu pada standar internasional AS/NZS 4360:2004, yang memetakan risiko berdasarkan tingkat keparahan dan frekuensi kejadian.
ADVERTISEMENT
Melalui matriks risiko, aktivitas wisata yang tergolong ekstrem seperti kano dan berenang di kedung dalam ditetapkan sebagai prioritas utama pengendalian. Hasil dari penilaian ini kemudian menjadi dasar dalam menyusun sistem pencegahan dan penanganan, baik dari sisi teknis maupun administratif. Pendekatan ini menjadikan manajemen risiko tidak hanya bersifat reaktif, tetapi juga preventif dan terencana.
Langkah-langkah pengendalian yang sudah diterapkan meliputi:
Namun, pengendalian ini belum sepenuhnya ideal. Sebagian kano yang digunakan sudah tidak layak dan tidak stabil, alat pelampung masih terbatas jumlahnya, serta tidak semua titik wisata memiliki SOP keselamatan tertulis dan teruji. Ini menjadi catatan penting bahwa penerapan manajemen risiko harus terus disempurnakan dan tidak berhenti pada level formalitas semata.
Dari Insiden Menuju Kesadaran Kolektif
ADVERTISEMENT
Tragedi tenggelamnya dua wisatawan pada akhir Agustus 2023 menjadi pukulan keras bagi pengelolaan wisata air Sungai Oya. Dua kejadian beruntun yang terjadi pada tanggal 26 dan 29 Agustus menelan korban jiwa, sehingga mendorong pemerintah dan pihak terkait untuk melakukan evaluasi menyeluruh. Sebagai langkah tanggap darurat, kawasan wisata air ini resmi ditutup mulai 30 Agustus 2023 tanpa batas waktu yang ditentukan, khusus untuk kegiatan wisata air seperti berenang dan naik kano. Sementara itu, kegiatan lain seperti kuliner dan berkemah masih diizinkan dengan pengawasan ketat.
Penutupan ini merupakan hasil kesepakatan bersama antara Pemerintah Kecamatan Imogiri, Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul, tim SAR, kepolisian, dan unsur TNI. Camat Imogiri, Slamet Santosa, menegaskan bahwa pertumbuhan wisata di Sungai Oya merupakan tanggung jawab bersama, termasuk dalam menjawab insiden keselamatan yang terjadi. Peristiwa ini menjadi momentum penting untuk mengevaluasi pengelolaan, memperbaiki sistem pengamanan, dan menata ulang tata kelola wisata agar lebih siap menghadapi risiko.
ADVERTISEMENT
Menurut Tim SAR Distrik Bantul, Sungai Oya memiliki karakteristik yang tampak tenang di permukaan, tetapi menyimpan potensi bahaya di bawahnya. Keberadaan pusaran air dan arus bawah yang sulit diprediksi disebabkan oleh rongga-rongga batu cadas di dasar sungai. Inilah yang menyebabkan risiko tersedot pusaran air menjadi sangat tinggi, terutama bagi pengunjung yang tidak memahami medan atau berenang tanpa pengawasan. Hal ini menegaskan pentingnya edukasi dan kewaspadaan di setiap aktivitas wisata air.
Sebagai tindak lanjut dari kejadian tersebut, pemerintah setempat bersama pengelola wisata mengadakan pelatihan pertolongan pertama dan bantuan hidup dasar seperti teknik CPR dan evakuasi korban tenggelam (Imran & Harahap, 2023). Pelatihan ini melibatkan warga, pengelola, dan relawan yang aktif di sekitar lokasi wisata. Tujuannya adalah memperkuat kapasitas tanggap darurat dan menciptakan sistem pengawasan yang lebih solid di lapangan.
ADVERTISEMENT
Selain pelatihan, evaluasi teknis juga dilakukan dengan menandai titik-titik rawan, menambah rambu peringatan yang lebih informatif, dan menegaskan kewajiban penggunaan alat pelindung diri seperti pelampung. Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Kabupaten Bantul, Yuli Hernadi, menegaskan bahwa wisata air tergolong kategori berisiko tinggi, sehingga standar keamanan seperti penggunaan pelampung harus menjadi kewajiban mutlak bagi semua pengunjung, bahkan bagi yang sudah mahir berenang.
Langkah-langkah tersebut disambut positif oleh masyarakat yang selama ini menjadi bagian dari aktivitas wisata Sungai Oya. Banyak warga kini turut aktif dalam patroli keselamatan, mendampingi wisatawan, dan menjadi penggerak sosialisasi mengenai pentingnya etika dan kewaspadaan saat berwisata di sungai. Namun tentu saja, kesadaran dari pengunjung juga sangat menentukan. Banyak insiden terjadi karena pengunjung tidak mengikuti arahan, enggan mengenakan pelampung, atau memaksakan diri melakukan aktivitas berisiko tinggi seperti lompat dari tebing di titik yang tidak aman.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, edukasi harus dilakukan secara terus-menerus dan dikemas dengan cara yang menarik. Pemasangan informasi keselamatan di titik strategis, penyediaan infografik tentang karakteristik sungai, hingga video pendek tentang cara berenang aman di sungai bisa menjadi upaya kreatif untuk membangun budaya sadar risiko di kalangan wisatawan.
Keselamatan Bukan Tambahan, Tapi Bagian dari Daya Tarik
Bicara soal pengelolaan wisata alam, keselamatan tidak boleh dianggap sebagai elemen tambahan. Justru sebaliknya, sistem keselamatan yang baik adalah bagian penting dari nilai jual wisata itu sendiri. Pengunjung cenderung merasa lebih nyaman dan berani mencoba aktivitas jika mereka tahu ada sistem yang melindungi mereka secara nyata.
Manajemen risiko yang transparan dan terintegrasi akan menciptakan kepercayaan, baik dari sisi wisatawan, investor, maupun pemerintah. Oleh karena itu, pengelola Sungai Oya tidak cukup hanya memperbaiki peralatan atau memperbanyak pelatihan, tetapi juga perlu mengembangkan sistem keselamatan yang menyatu dengan pengalaman wisata itu sendiri. Misalnya, menjadikan pengarahan keselamatan sebagai bagian dari sesi pembukaan wisata, menghadirkan petugas keselamatan yang profesional namun komunikatif, dan membuat jalur evakuasi yang jelas di setiap titik aktivitas.
ADVERTISEMENT
Pengelolaan yang bertumpu pada keselamatan tidak akan membatasi keseruan. Sebaliknya, ia akan memperkaya pengalaman, karena memberi ruang bagi pengunjung untuk menikmati keindahan sungai tanpa kecemasan. Sungai Oya memiliki peluang besar untuk menjadi rujukan wisata sungai yang tidak hanya alami, tapi juga aman dan terorganisir.
Daftar Pustaka