Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Guru Hebat Indonesia Kuat
27 November 2024 7:52 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Allamuddin AF tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kekuatan masyarakat sejatinya ditopang oleh profesi yang sangat penting yakni guru, yang memiliki peran fundamental dalam mewujudkan kegemilangan suatu bangsa. Namun di tengah gegap gempita narasi bagaimana mewujudkan visi Indonesia Emas 2045, kita seolah lupa bahwa fondasi utama kejayaan bangsa terletak pada kualitas pendidikan yang dimotori oleh sosok guru.
ADVERTISEMENT
Padahal potensi guru tidak hanya terletak pada kemampuannya dalam mendidik generasi tapi juga berperan penting dalam mengakselerasi daya saing bangsa di masa yang akan datang. Perlu secara bersama-sama kita memaknai peran guru sebagai pondasi peradaban, karena masa depan Indonesia ada di tangan mereka yang membentuk karakter dan kompetensi generasi mendatang.
Peran guru menjadi pilar utama dalam membangun generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga matang secara emosional dan sosial. Guru bukan hanya pengajar, tetapi pendidik yang menanamkan nilai-nilai luhur, sebagaimana ditegaskan oleh Ki Hadjar Dewantara,
Melalui pendidikan, guru berperan sebagai "pamong" yang membimbing anak untuk tumbuh secara harmonis sesuai dengan fitrah dan potensinya, sehingga pesan Bapak Pendidikan ini sebetulnya masih sangat relevan hingga hari ini yang kini istilahnya lebih familiar dalam narasi student-centered learning yang berfokus pada pengembangan higher order thinking skills peserta didik.
ADVERTISEMENT
Ironi Kesejahteraan Guru dan Tantangan Implementasi Deep Learning
Sistem pendidikan kita masih terseok-seok dalam mewujudkan ekosistem belajar yang adaptif terhadap era disrupsi digital. Para guru, yang seharusnya menjadi garda terdepan transformasi pendidikan, masih berkutat dengan disparitas kesejahteraan yang mencolok antara ASN dan non-ASN. Perlu untuk melecut dan merefleksikan kebijakan hari ini dengan pertanyaan:
Inilah sebuah ironi yang menyayat hati adalah kesejahteraan guru di Indonesia masih menjadi masalah klasik yang belum tuntas. Pemerintah harus hadir dalam menjawab tantangan finansial yang secara tidak langsung memengaruhi motivasi dan kualitas pengajaran mereka, termasuk ketimpangan antar wilayah terkait remunerasi dan insentif yang memadai.
Menyelesaikan kesejahteraan guru menjadi hal utama karena kita membutuhkan guru selain juga untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tapi juga Dalam masyarakat yang semakin plural dan kompleks, guru menjadi penentu dalam mencegah segregasi sosial. Sekolah harus menjadi ruang inklusif yang merangkul keberagaman tanpa memandang suku, agama, atau latar belakang ekonomi. Pendidikan yang inklusif adalah langkah nyata untuk membangun kohesi sosial menuju Indonesia yang lebih kuat. Guru memiliki peran penting dalam menanamkan nilai toleransi dan solidaritas kepada peserta didik sejak usia dini. Harapannya setiap guru mampu mengimplementasikan konsep universal design for learning sebagai pendekatan pembelajaran yang mengakomodasi keberagaman peserta didik.
ADVERTISEMENT
Banyak guru yang belum memahami bagaimana mendesain pembelajaran yang accessible bagi semua peserta didik, termasuk mereka yang memiliki different abilities karena setiap anak memiliki kodratnya sendiri yang harus dihormati dan diberdayakan. Sehingga ketika kesejahteraan guru telah diikhtiarkan dengan baik maka fokus mereka untuk mengimplementasikan konsep deep learning, yaitu mindful, meaningful, and joyful learning akan dapat terimplementasi dalam praktik pembelajaran sehari-hari.
Membekali dengan Teknologi dan Skill Abad 21
Selain aspek kesejahteraan, guru memegang peran strategis dalam membekali generasi muda dengan kemampuan literasi digital yang menjadi tulang punggung utama di era VUCA (istilah yang menggambarkan gabungan situasi di zaman yang penuh volatility/volatilitas, uncertainty/ketidakpastian, complexity/kompleksitas, dan ambiguity/ambiguitas).
Sehingga layak yang dikatakan Wakil Presiden RI dalam beberapa kesempatan bahwa sejak dini anak-anak perlu diajarkan keterampilan koding, pemanfaatan teknologi berbasis kecerdasan buatan, hingga sociotechnopreneurship. Guru sangat potensial menjadi agen transformasi yang memastikan bahwa anak-anak kita tidak hanya menjadi konsumen teknologi, tetapi juga produsen yang inovatif dan berdaya saing global. Indonesia tidak boleh hanya sebagai market sasaran pemain global tetapi juga harus mengambil peran untuk berkontribusi di bidang teknologi.
ADVERTISEMENT
Misal dalam konteks membekali guru untuk mempersiapkan peserta didik di tengah disrupsi teknologi dan era digitalisasi, dalam konteks ini guru dituntut untuk menguasai technological pedagogical content knowledge yang menjadi basis kompetensi di era digital. Namun realitasnya, banyak guru yang masih gagap teknologi, bahkan untuk sekadar mengoperasikan learning management system,
Hal ini karena kemampuan mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran seperti computational thinking, coding, dan artificial intelligence menjadi prasyarat mutlak dalam mempersiapkan peserta didik menghadapi persaingan global bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Bahkan kita tahu bersama walaupun terdapat tantangan hilangnya berbagai jenis pekerjaan, namun ternyata muncul lebih banyak berbagai pekerjaan-pekerjaan yang belum ada sebelumnya, khususnya dari sektor teknologi.
Berpihak pada Guru dan Pesan Ki Hadjar Dewantara
ADVERTISEMENT
Selaras dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara, bahwa sejatinya pendidikan memang merupakan tempat dimana 'ing ngarsa sung tulada', 'ing madya mangun karsa', dan 'tut wuri handayani' diaplikasikan.
Bahkan guru juga memiliki kapabilitas dan tanggung jawab untuk membantu anak-anak berkemampuan istimewa yang umumnya membutuhkan pendekatan khusus dalam proses belajarnya.
Maka ketika kita bicara transformasi pendidikan hal pertama yang harus dilakukan adalah reformasi sistemik yang dimulai dari kesejahteraan lalu peningkatan profesionalisme guru melalui continuous professional development agar harus benar-benar mampu menghasilkan guru yang kompeten dalam menjalankan pembelajaran berbasis evidence-based practice. Tanpa guru yang kompeten dan sejahtera, cita-cita besar Indonesia Emas 2045 hanya akan menjadi utopia. Negara harus menempatkan guru sebagai subjek utama dalam reformasi pendidikan termasuk dalam mewujudkan mandat konstitusi dua puluh persen anggaran APBN untuk pendidikan yang besar harus diarahkan salah satunya untuk kesejahteraan dan peningkatan kompetensi guru.
ADVERTISEMENT
Guru juga memainkan peran penting sebagai role model bagi peserta didik, dalam praktiknya seorang guru adalah cermin integritas, kedisiplinan, dan etika yang diikuti siswa. Dalam era di mana media sosial sering menjadi sumber pengaruh negatif, keberadaan guru sebagai figur teladan menjadi semakin relevan. Selain orang tua, hanya guru yang mampu mengintegrasikan nilai-nilai moral dalam pengajaran mereka tidak hanya mendidik siswa untuk menjadi cerdas, tetapi juga berkarakter pancasila.
Sudah saatnya pemerintah menunjukkan political will yang kuat dalam mewujudkan guru hebat untuk Indonesia kuat. Ikhtiar bersama dalam memprioritaskan kebutuhan dan aspirasi guru harus terus diupayakan, karena dengan guru yang hebat, Indonesia akan menjadi bangsa yang kuat, tangguh, dan siap menghadapi segala tantangan di masa yang akan datang. Karena di balik setiap anak bangsa yang berhasil, ada seorang guru yang telah menanamkan benih kebijaksanaan dan harapan dan juga tidak ada negara maju yang mengabaikan kualitas dan kesejahteraan gurunya.
ADVERTISEMENT