Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Menggali Nilai Filosifis Seni Pertunjukan Wayang
13 Desember 2023 6:33 WIB
Tulisan dari Alma Khalisa Humaira tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Seni pertunjukan wayang kulit biasanya identik dengan budaya Jawa. Wayang sudah ada di Indonesia sejak ratusan tahun yang lalu. Pengertian wayang dalam bahasa Jawa Kuno berarti “bayangan” atau “gambaran”, sedangkan menurut G.A.J Hazeu, wayang adalah bayangan, sesuatu yang samar, dan menerawang. Hal ini sesuai dengan cara yang dilakukan saat pertunjukan wayang, yaitu dengan menyorot lampu pada kelir (layar putih) sehingga muncul bayangan dari wayang yang dimainkan.
ADVERTISEMENT
Pertunjukan wayang merupakan kesenian tradisional yang harus dijaga dan dilestarikan karena menjadi warisan budaya Indonesia. Salah satu cara untuk melestarikan kesenian wayang adalah dengan menonton pertunjukannya. Pertunjukan wayang ini bisa disaksikan di Museum Wayang yang berada di Kota Tua, Jakarta Barat. Di sana pengunjung bisa melihat berbagai jenis wayang dari Indonesia dan luar negeri, salah satunya adalah wayang Cina. Bahkan, karakter boneka yang terkenal di Indonesia, yaitu Si Unyil juga ada di Museum Wayang.
Dalam seni pewayangan terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu wayang (tergantung wayang apa yang dipentaskan), dalang, katengkong (asisten dalang), sinden, alat musik pengiring (gamelan) dan pemainnya (penyimping), kelir (layar putih lebar), dan lainnya. Dalam komponen-komponen tersebut, terkandung makna filosofis di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Nilai filosofis dari wayang merupakan perlambangan dari makhluk ciptaan Tuhan yang merupakan cerminan realitas kehidupan, nilai dan tujuan hidup, moralitas, harapan, dan cita-cita. Dalam suatu lakon atau pertunjukan, wayang disimbolkan sebagai perjalanan hidup manusia dalam mencari jati diri akan asalnya, sebab setiap yang bernyawa pasti akan kembali pada Tuhan. Dalam suatu lakon, wayang dimainkan oleh dalang. Nilai filosofis dari dalang yaitu cerminan dari diri manusia dalam memimpin dan mengatur kehidupan. Saat mementaskan lakon wayang, dalang biasanya dibantu oleh asisten dalang (katengkong) di mana katengkong ini memiliki nilai filosofis agar manusia mempersiapkan segala sesuatu untuk masa depan.
Selain itu, dalam pementasan wayang diiringi oleh nyanyian dari para sinden. Sinden mempunyai nilai filosofis pada cara duduknya, yaitu menggambarkan sikap saling menghormati satu sama lain. Sebuah pementasan wayang tidak lengkap jika tidak diiringi musik gamelan. Gamelan dalam lakon wayang yang dimainkan oleh penyimping juga mempunyai nilai filosofis, yaitu membangun hubungan antara manusia dan alam semesta. Selanjutnya, lakon wayang juga menggunakan layar putih lebar (kelir) yang memiliki makna filosofis, yaitu semua rupa perbuatan manusia akan terungkap dan tidak ada yang bisa ditutupi.
ADVERTISEMENT
Pementasan wayang bukan sekedar pertunjukkan biasa di mana dalang memainkan wayang sesuai alur cerita. Namun, dibalik itu pementasan wayang memiliki banyak nilai-nilai filosofis yang berkaitan dengan kehidupan manusia.