Konten dari Pengguna

Covid-19 Belum Berakhir dalam Waktu Dekat

Alwin Jalliyani
Seorang pembelajar di Jurnalistik Universitas Padjadajran
29 Oktober 2020 14:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alwin Jalliyani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Covid-19. Foto: Freepik
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Covid-19. Foto: Freepik
ADVERTISEMENT
Ketik Unpad bersama Fix Indonesia mengadakan Webinar dengan tema “2021, Apakah Covid-19 akan Hilang?”. Acara yang diselenggarakan melalui platform Zoom pada Kamis (29/10) menghadirkan Berli Hamdani selaku Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat, Budi Sujatmiko sebagai Ahli Epidemiolog Unpad, dan Yuyun Hidayat seorang Pakar Statistika Unpad.
ADVERTISEMENT
Prediksi Kasus Aktif dan Positif
Yuyun Hidayat bersama tim secara konsisten memprediksi angka kasus aktif dan total kasus positif setiap dua minggu sekali. Akurasi prediksinya tidak pernah meleset, tercatat 21 kali selalu benar sejak akhir Mei. Hasil prediksi disampaikan ke pemerintah dan rumah sakit untuk mengantisipasi pertambahan kasus baru.
Pada 25—31 Oktober ia memprediksi terdapat 54.333—94.727 kasus aktif dan 408.301—432.339 total kasus positif. Sedangkan periode 1—7 November akan mencapai 47.496—113.109 kasus aktif dengan 432.339—482.265 total kasus positif. Libur panjang berpotensi menyumbang kasus positif akibat kerumunan.
“Angka prediksi ini sebaiknya disikapi sebagai notifikasi bagi pemerintah untuk menyiapkan langkah preventif. Bagi masyarakat diharapkan menjadi acuan supaya lebih waspada dan menerapkan protokol kesehatan. Saya sedih jika prediksinya selalu benar, karena itu berarti tidak ada perubahan kebiasaan masyarakat,” ungkap Yuyun.
ADVERTISEMENT
Ia menambahkan bahwa angka pertumbuhan kasus Covid-19 di Indonesia belum mengalami penurunan yang signifikan. Kurva masih terus meningkat tanpa diketahui kapan puncaknya. Jika kurva pertumbuhan dalam dua minggu kedepan terus naik, harapannya hanya menunggu vaksin.
Strategi Menekan Penyebaran
Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat menyampaikan pentingnya intervensi pemerintah untuk menekan laju penyebaran Covid-19. Kesimpulan ini ditarik dari banyaknya masyarakat yang belum sadar dan menjalankan protokol kesehatan dengan benar.
“Perlu adanya intervensi dari pemerintah untuk memaksa masyarakat mematuhi protokol kesehatan. Tanpa intervensi, angka penularan akan terus melonjak,” kata Berli.
Ahli epidemiolog sekaligus Dosen Fakultas Kedokteran Unpad, Budi Sujatmiko, menambahkan tiga langkah yang bisa dilakukan pemerintah untuk menekan angka penyebaran Covid-19.
ADVERTISEMENT
Pertama, meningkatkan jumlah testing. Jumlah testing di Indonesia masih tergolong rendah dengan rasio 703:1.000.000 penduduk, baru 70% dari target WHO. Angka positivity rate 13.6% atau 2.7 kali lebih tinggi dari batas WHO.
Kedua, melakukan tracing dengan baik. Idealnya setiap kasus baru bisa diidentifikasi, dilaporkan, dan dianalisis kurang dari 24 jam. Selanjutnya 90% kasus suspek diisolasi dan diambil spesimen kurang dari 48 jam. Setelah itu lebih dari 80% kasus baru diidentifikasi kontak erat dan melakukan isolasi kurang dari 72 jam.
Ketiga, treatment yang memadai. Hal ini berkaitan dengan fasilitas isolasi seperti wisma atau tempat khusus bagi pasien tanpa gejala. Jika terpaksa melakukan isolasi mandiri, perlu diperhatikan seberapa ketat pemantauan untuk memastikan tidak terjadi penularan kepada yang sehat.
ADVERTISEMENT
“Beberapa hal yang bisa kita lakukan saat ini yaitu menjaga jarak, menggunakan masker, dan rutin mencuci tangan dengan sabun. Tambahannya nanti adalah melakukan vaksinasi,” ungkap Budi.
Dalam akhir pemaparannya, Yuyun menyampaikan bahwa kurva Covid-19 bisa menurun ketika masyarakat mengubah kebiasaan secara total. Pemerintah bisa memaksa Anda mematuhi protokol, tapi tanpa merubah kebiasaan akan muncul seribu alasan untuk melanggarnya. Hanya Anda yang bisa menyelamatkan diri sendiri.