Konten dari Pengguna

Toxic Parenting Sebabkan Anak Menjadi People Pleaser

Amabel Vemmerheyna
Mahasiswa Akuntansi Universitas Pembangunan Jaya
12 Desember 2022 14:20 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Amabel Vemmerheyna tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
When you say yes to others, make sure you aren't saying no to yourself.” - Paulo Coehlo
ilustrasi penulis
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi penulis
Pernah gak, sih kamu mengiyakan permintaan seseorang padahal sebenarnya tidak mau melakukan hal tersebut? Hati-hati! Kamu bisa menjadi people pleaser dan hanya dimanfaatkan. People pleaser merupakan sifat yang terlihat seperti kemurahan hati padahal istilah ini merupakan sikap seseorang yang tidak bisa mengatakan “Tidak” atau menggambarkan seseorang yang secara konsisten berusaha untuk menyenangkan orang lain dan sering mengorbankan keinginan mereka sendiri. salah satu penyebab seseorang bisa menjadi people pleaser adalah karena toxic parenting atau didikan yang salah dari orang tua.
ADVERTISEMENT
Menjadi people pleaser adalah saat merasa bersalah saat mengatakan “Tidak” kepada seseorang. Jika mencoba mengatakan “Tidak” maka akan timbul rasa cemas dan khawatir akan pendapat dan pikiran seseorang dan menjadi overthinking karena merasa tidak menyenangkan bagi orang lain. Menurut Merriam Webster dan Susan Newman, people pleaser adalah sebutan bagi seseorang yang selalu berusaha melakukan atau mengatakan hal yang menyenangkan orang lain, meski bertentangan dengan apa yang ia pikirkan atau rasakan. People pleaser juga bisa didefiniskan sebagai orang yang haus akan validasi orang, ingin mendapatkan kalimat-kalimat yang menyenangkan dan dipuji oleh orang banyak.

Penyebab Seseorang Bisa Menjadi People Pleaser

People pleaser juga dapat timbul karena orang tua yang tidak pernah menghargai pendapat dan opini seorang anak. Semua pendapat anak disangkal dengan kalimat “Kamu kan anak-anak mana ngerti yang kaya begini, udah ikutin aja kata mama sama papa” dengan seperti ini perasaan anak juga seperti diacuhkan sehingga sang anak tidak merasa pendapatnya dihargai. Saat anak hanya merasa dicintai dan dipuji saat melakukan apa yang orang tua inginkan akan menciptakan pemikiran bahwa ia akan selalu dipuji jika melakukan kegiatan yang disukai orang walaupun dirinya sendiri tidak menyukainya. People pleaser menjadi dampak dari toxic parenting karena, saat dihadapkan dengan pilihan seorang anak tidak dapat memilih dan berpendapat ia hanya akan mengikuti apa yang diinginkan oleh orang tuanya saja selama orang tuanya merasakan senang dan bangga. Anak menjadi merasa dicintai dan disukai dari memenuhi keinginan orang tua dan hal tersebut juga tumbuh karena didikan yang mengutamakan untuk patuh terhadap orang tua dan tidak boleh melawan. Seperti yang ditulis pada buku The Book of No : 365 Ways to Say It and Mean It-And Stop People Pleasing Forever “Ada perbedaan antara menikmati menyelamatkan orang lain dan menjadi penurut.” Dapat diartikan bahwa ketika kita melakukan sesuatu untuk orang lain yang menyebabkan kita merugi bahkan sampai kita tidak lagi memiliki energi untuk melakukan kegiatan kita, maka kita disebut sebagai people pleaser.
ADVERTISEMENT
Kalimat yang biasanya digunakan orang tua dalam mendidik anak yang salah dan menjadikan anak menjadi people pleaser adalah “kalau kamu bantu mama bersih-bersih, nanti kamu dapat cokelat deh.” Atau “nanti temen kamu sedih loh kalau kamu gamau bagi mainan kamu.” Memang terdengar sangat sepele tapi justru kata-kata tersebut dapat menumbuhkan dan menanam pikiran seorang anak untuk menjadi people pleaser. Dampak yang dilihat memang tidak terlihat langsung dengan jelas, namun saat anak beranjak dewasa pemikiran mereka akan selalu seperti itu. Saat anak berhasil mencapai sesuatu namun orang tua malah mengkritiknya dengan kata-kata yang menyakiti hati anaknya sehingga sang anak selalu tidak puas dan tidak cukup atas pencapaian yang mereka capai.
Selain itu, menjadi orang yang selalu mengikuti kata orang lain menghilangkan atau mengurangi value di luar diri sendiri dengan alasan pendapat yang kurang didengar. Seorang yang sudah menjadi people pleaser akan selalu menyalahkan dirinya sendiri kalau orang salah maka ia akan merasa bahwa itu merupakan kesalahanya juga dan biasanya orang seperti ini akan berperan seperti tameng yang melindungi kesalahan – kesalahan orang terdekatnya karena ia tidak mau melihat orang-orang tersebut menderita dan sedih. Misalnya, ketika salah satu teman sedang dalam situasi hati yang buruk dan bersikap diam dan tidak mengobrol ia merasa bahwa itu merupakan salahnya dan ia akan meminta maaf walaupun ternyata hal tersebut bukan karena kesalahan yang ia perbuat atau pada saat dimintai pendapat seorang people pleaser biasanya akan cepat setuju bahkan saat dirinya sebenarnya tidak setuju.
ADVERTISEMENT

People Pleaser dan dampaknya

Tidak bisa menolak permintaan seseorang dan mengorbankan apa yang sebenarnya kita inginkan timbul bisa karena berbagai hal. Menjadi people pleaser berawal dari parent pleaser mengikuti semua keinginan orang tua yang bahkan kita sendiri kita menyukai melakukan hal tersebut. Menurut Seltzer (2008) dan Leonard (2020) “Pola asuh yang terlalu mengontrol perilaku anak berkontribusi terhadap sifat people pleaser yang dimiliki anak kelak”
Seperti pada contohnya masuk kuliah dengan jurusan yang tidak sesuai dengan passion kita tapi orang tua memaksa kita untuk mengambil jurusan tersebut. Keterpaksaan tersebut dapat menjadi kebiasaan yang tertanam di dalam diri kita.
Menjadi people pleaser dapat mengakibatkan gangguan mental pada anak dan memiliki gangguan kecemasan juga stres yang berkelanjutan karena tugas dan tanggung jawab dalam menyenangkan orang lain menjadi beban dan tekanan. People pleaser juga menjadikan seseorang menjadi memendam amarahnya dan tidak tahu lagi cara untuk marah dan menolak sesuatu. Sikap ini bisa menjadi pemicu
ADVERTISEMENT
munculnya frustrasi yang bahkan dapat membuat depresi berat. Jika sikap people pleaser ini terus menerus menumpuk dan bertumbuh di luar diri kita maka akan menimbulkan tekanan pada diri sendiri bahkan akan terus membantu orang yang pekerjaan di luar batas kemampuan kita. sikap people pleaser ini juga mendorong orang lain untuk memiliki ekspektasi atau harapan supaya diperlakukan seperti itu juga oleh orang lain.

Berhenti Menjadi People Pleaser? Emang bisa?

Berhenti untuk menjadi people pleaser memang susah dan tidak akan instan hasil yang didapat juga pastinya tidak akan cepat. Untuk itu langkah yang harus diambil untuk berhenti menjadi people pleaser dengan cara bersikap lebih tegas terhadap diri sendiri dan orang lain. Coba untuk mengatakan “Tidak” jika dimintai bantuan di luar kemampuan diri apalagi yang dapat merugikan diri sendiri. Jangan meminta maaf jika itu bukan kesalahan kita, meminta maaf seperlunya dan jangan membela kesalahan orang hanya karena kamu tidak mau melihat orang lain sedih dan murung.
ADVERTISEMENT
Kita juga harus ingat bahwa di luar hidup ini kita tidak bisa menyenangkan hati semua orang. Dimana pun kita berada pasti akan ada satu atau dua orang yang tidak menyukai kita. Tapi hal tersebut merupakan hal yang wajar dan tidak usah diambil pusing kita masih bisa bersosialisasi bersama orang-orang yang mau berteman dengan kita saja. Nikmati dan jalani hidup kita dengan menyenangkan orang-orang yang kita hargai pasti juga akan menghargai kita dan tidak mungkin memberatkan kita dengan permintaan yang di luar batasan. Kita juga harus berani untuk mengungkapkan perasaan kita terhadap orang lain khususnya orang tua kita. Karena orang tua merupakan orang terdekat kita yang seharusnya tahu dan mengerti isi dan suasana hati kita. Jika kamu tidak mau melakukan sesuatu yang berat atas perintah orang tua coba untuk menolak dengan baik tunjukkan bahwa hal yang memang passion kamu akan lebih bermanfaat dan dapat berkembang seiring berjalannya waktu.
ADVERTISEMENT
Nah, people pleaser yang bermula dari parent pleaser itu ternyata sangat berbahaya bagi masa depan bahkan kesehatan mental anak. Bayangkan kalau anak kita tidak dapat atau sulit dalam mengutarakan pendapat hanya karena takut dimarahi atau banyak orang tidak setuju. Ingat ya, perasaan orang lain bukan menjadi tanggung jawab diri kita sendiri. kita tidak perlu bertanggung jawab untuk hal – hal yang tidak menjadi tanggungan kita dan untuk menolak hal yang di luar batas kemampuan kita itu hal yang wajar, kok! Kamu boleh bilang “Tidak” kalau kamu merasa itu berat dan menyulitkan diri kamu sendiri.