Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Dampak Kemenangan Trump dan Perang Dagang: Kesiapan Indonesia
15 Desember 2024 16:13 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari John Baptista Amadeo Putra Tanaya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Terpilihnya Donald Trump sebagai pemimpin USA memunculkan berbagai spekulasi besar dalam peta perdagangan dunia, khususnya hubungan bilateral dua negara pemimpin ekonomi dunia, yakni dengan Cina tentunya. Cina seperti yang kita ketahui merupakan salah satu negara dengan tingkat ekspor terbesar di dunia. Tercatat pada tahun 2023 Cina menduduki peringkat pertama dengan nilai ekspor mencapai 3,4 Triliun USD dan telah menyumbang sekitar 15 persen dari ekspor barang dagangan global dan sekitar enam persen dari ekspor jasa global. Di satu sisi, Amerika Serikat juga salah satu negara dengan tingkat ekspor yang menjulang tinggi. Pada tahun 2022, Amerika Serikat tercatat melakukan banyak kegiatan ekspor di berbagai macam produk, seperti kendaraan bermotor, suku cadang, bahan kimia, obat-obatan, komputer, dan peralatan komunikasi yang bernilai 2,09 Triliun USD (Lintang, 2024)
ADVERTISEMENT
Perang Dagang Antara Amerika Serikat dan Cina serta Pengaruhnya bagi Indonesia
Namun, semenjak tahun 2018 di antara Cina dan Amerika Serikat telah muncul ketegangan perdagangan yang memunculkan perang dagang antara kedua negara adidaya tersebut. Dilansir dari CNN Indonesia, Perang dagang ini dimulai dari Presiden AS ke-45 yaitu Donald Trump yang mencetuskan tentang kenaikan bea impor panel surya dan mesin cuci yang dimana masing-masing barang tersebut turun 30 persen dan 20 persen. Atas tindakan tersebut, Cina tidak tinggal diam dengan cara turut serta menaikkan tarif produk daging hewan dan skrap aluminium mencapai 25 persen dan Beijing memberlakukan tarif 15 persen untuk 120 komoditas AS, seperti almond dan apel.
Perang dagang antara Cina dan Amerika Serikat ini memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap Indonesia. Menurut Darmin, Indonesia bukan negara yang terlibat langsung dalam perang dagang. Namun, dua negara partner dagang utama Indonesia, yakni China dan AS, menjadi lakon dalam perang dagang. Perang dagang tersebut memberi pengaruh positif maupun pengaruh negatif bagi Indonesia. Pengaruh positif yang dapat terjadi di Indonesia adalah adanya peluang relokasi investasi, contoh nya adalah pindahnya pabrik-pabrik dari Cina & meningkatnya minat investor asing. Banyak perusahaan atau pabrik dari Cina yang ingin melakukan relokasi pabrik mereka ke negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Menteri Investasi bapak Rosan Roeslani menyatakan bahwa lebih dari 53 perusahaan telah merelokasikan pabriknya ke Indonesia akibat perang dagang ini. Pindahnya pabrik dan banyaknya investor yang masuk ke Indonesia diharapkan akan membuat Indonesia mendapat banyak hal positif dari relokasi ini seperti terbukanya lapangan kerja, menambah pertumbuhan ekonomi, dan transfer teknologi. Adapun pengaruh negatif yang dapat terjadi di Indonesia adalah penurunan ekspor Indonesia ke China yang disebabkan oleh berkurangnya permintaan bahan baku, yang berdampak langsung pada neraca perdagangan Indonesia yang mengalami defisit, mencapai US$8,48 miliar pada periode Januari-Mei 2019, dengan nilai ekspor hanya sebesar US$9,55 miliar dibandingkan US$10,25 miliar pada tahun sebelumnya. Hal ini menciptakan efek lanjutan berupa pengurangan produk yang bahan bakunya berasal dari Indonesia, sehingga semakin memperlemah posisi Indonesia dalam perdagangan internasional dan menambah tantangan bagi perekonomian domestik.
ADVERTISEMENT
Peluang Indonesia di Tengah Perang Dagang
Untuk menghadapi pengaruh-pengaruh yang merugikan Indonesia dari perang dagang Cina dan Amerika Serikat, Indonesia dapat melakukan beberapa hal. Pemerintah Indonesia bisa mulai untuk mengimplementasikan berbagai strategi untuk menghadapi dampak perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, dengan fokus pada kebijakan fiskal dan moneter serta pencarian pasar baru. Dalam upaya mengendalikan neraca perdagangan, pemerintah diharapkan untuk berusaha meningkatkan ekspor sambil menekan impor, termasuk melalui insentif fiskal untuk industri hulu yang berorientasi ekspor dan substitusi impor. Selain itu, pemerintah juga bisa mendorong masuknya investasi langsung dengan kemudahan perizinan berusaha dan paket kebijakan ekonomi yang memberikan pengurangan pajak serta relaksasi dalam daftar negatif investasi. Untuk mengatasi dampak negatif dari pengurangan permintaan produk Indonesia di pasar China dan AS, pemerintah juga harus aktif mencari pasar alternatif bagi produk-produk Indonesia, seperti hasil pertanian dan sumber daya alam, guna memastikan keberlanjutan ekonomi dan mengurangi ketergantungan pada dua negara tersebut.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Bisa disimpulkan bahwa perang dagang antara Cina dan Amerika Serikat (AS) telah menimbulkan dampak signifikan bagi perekonomian global, termasuk Indonesia. Meskipun Indonesia bukan pihak langsung dalam konflik ini, ketegangan perdagangan antara dua negara adidaya tersebut mempengaruhi hubungan dagang Indonesia dengan keduanya. Di satu sisi, Indonesia berpotensi mendapatkan keuntungan dari relokasi investasi, dengan banyak perusahaan Cina yang berencana memindahkan pabrik mereka ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Hal ini diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, di sisi lain, perang dagang juga membawa risiko, seperti penurunan permintaan bahan baku dari Cina yang berdampak pada ekspor Indonesia dan neraca perdagangan yang mengalami defisit. Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah Indonesia perlu menerapkan strategi yang efektif, seperti membuat kebijakan proaktif yang menekankan perlunya kebijakan yang adaptif dan responsif untuk memanfaatkan peluang yang muncul dari perang dagang, meningkatkan ekspor, menekan impor melalui insentif fiskal, serta mencari pasar baru untuk produk-produk domestik khas Indonesia seperti kopi luwak, kerajinan tangan nusantara, dll. . Dengan langkah-langkah tersebut, Indonesia diharapkan Indonesia dapat memperkuat posisinya di pasar global melalui diversifikasi ekspor dan peningkatan kualitas produk yang dalam hal ini Indonesia bisa untuk memanfaatkan peluang-peluang yang muncul dari perang dagang ini sambil mengurangi ketergantungan pada pasar Cina dan AS.
ADVERTISEMENT