Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Ketika 'Wiji Tukul' Bercerita di Ambon
6 Februari 2018 22:14 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
ADVERTISEMENT
Ambon,- Suara tangisan bayi begitu keras, terdengar dari luar rumah. Tampak seorang ibu berdiri di depan rumah menggendong anaknya yang terus saja menangis di hari yang mulai gelap.
ADVERTISEMENT
Dia memandangi mereka dari balik jendela kamar. Ia seolah sedang membayangkan istri dan anaknya yang ditinggal. Lalu keluar melangkah mendekati mereka. “Anaknya takut gelap,” tanya Wiji Tukul
Cerita di atas salah satu adegan dalam Film "Istirahatlah Kata-Kata" garapan Yosep Anggie Noen sutradara asal Yogyakarta. Film yang bercerita tentang kehilangan, kesunyian, berada jauh dari orang yang dicintai. Sebuah film yang bercerita tentang Wiji Tukul, seorang penyair, aktivis, seorang manusia biasa yang dikejar-kejar rezim orde baru karena protes lewat puisi-puisinya.
Setelah setahun berkeliling di berbagai festival dalam dan luar negeri, dan diputar pada jaringan XXI di beberapa kota, tahun ini “Wiji Tukul“ untuk pertama kalinya bertemu penontonnya di XXI Ambon pada 5 Februari 2018.
ADVERTISEMENT
“Istirahatlah Kata-Kata ingin menyampaikan sisi manusiawi Wiji Tukul. Bagaimana sih hidup Wiji Tukul dan keluarganya yang berada dalam tekanan kekuasaan orde baru. Film ini tidak menceritakan sisi heroik Wiji Tukul,” kata Melati Noer Fajri, Publicist Istirahatlah Kata-Kata, saat sesi pemutaran dan diskusi bersama mahasiswa serta komunitas muda Ambon, di Student Center FKIP Universitas Pattimura, pada 6 Februari 2018.
Ini salah satu bagian terpenting dari kehidupan Wiji Tukul ketika, akhirnya ia harus menyepikan diri, bersembunyi dari kejaran aparat keamanan. Ia pun melarikan diri ke Pontianak selama delapan bulan dan berpindah-pindah. Hingga kini dirinya tidak pernah ditemukan keberadaanya.
Banyak rumor yang berkembang bahwa ia diculik dan kemudian dibunuh. Tapi hingga kini jasadnya pun tak jua diketahui kalau benar telah mati.
ADVERTISEMENT
Morika Tetelepta, salah satu penyair muda Maluku, juga pembicara dalam diskusi itu, mengutarakan pendapatnya mengenai Istirahatlah Kata-Kata. Baginya lewat cerita film ini, kita dapat melihat bagaimana rasanya menjadi orang biasa, namun selalu berlari dari ketakutan akan kekuasaan yang menentang pemerintah hanya lewat puisi. “Walaupun harus berhadapan dengan pihak militer dan kawan-kawan, namun kata-katanya membuat takut pemerintah saat itu,” kata Tetelepta.
Film ini dibintangi Gunawan Maryanto (Wiji Thukul), Marissa Anita (Sipon). Film ini pertama kali tayang di bioskop pada 19 januari 2017. Sebelumnya diputar Perdana di Locarno International Film Festival ke-69 di Swiss dan Busan International Film Festival ke-21.
Piet Manuputy