Konten dari Pengguna

Dampak Literasi Rendah Terhadap Kualitas Pendidikan di Indonesia

Ana Alfia Asma Usaadah
Mahasiswi Prodi Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer di Universitas Pamulang.
5 Desember 2024 14:49 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ana Alfia Asma Usaadah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi gambar aktivitas membaca buku. (sumber : https://pixabay.com/)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gambar aktivitas membaca buku. (sumber : https://pixabay.com/)
ADVERTISEMENT
PENDAHULUAN
Literasi merupakan kemampuan dasar yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, mencakup keterampilan membaca, menulis, berbicara, dan menghitung. Di Indonesia, tingginya angka buta aksara telah menjadi permasalahan serius yang berpengaruh pada kualitas pendidikan serta kemajuan masyarakat. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020, hanya sekitar 10% dari populasi Indonesia yang gemar membaca buku. Angka ini mencerminkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia tergolong sangat rendah, bahkan menurut data UNESCO, minat baca di Indonesia hanya mencapai 0,001%, yang berarti dari setiap 1. 000 orang, hanya satu orang yang aktif membaca.
ADVERTISEMENT
Rendahnya literasi di Indonesia tidak hanya berdampak pada individu, namun juga berimbas pada kualitas pendidikan secara keseluruhan. Hasil penilaian Program for International Student Assessment (PISA) menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat rendah dalam kemampuan membaca dibandingkan dengan negara-negara lain. Hal ini menunjukkan adanya tantangan besar dalam membangun budaya literasi yang kuat di kalangan masyarakat. Berbagai faktor, seperti keterbatasan akses terhadap buku, kurangnya fasilitas perpustakaan, dan rendahnya motivasi membaca di kalangan siswa serta masyarakat umum, berkontribusi terhadap masalah ini. Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami penyebab serta dampak dari rendahnya literasi dan mencari solusi untuk meningkatkan minat baca di Indonesia.
PEMBAHASAN
ADVERTISEMENT
1. Aksesibilitas : Sulitnya masyarakat dalam mengakses sumber literasi seperti perpustakaan, buku, dan media cetak adalah salah satu faktor utama. Di kawasan pedesaan dan di antara komunitas yang kurang beruntung, sumber-sumber ini sering kali tidak dapat diakses.
2. Pengaruh Teknologi Digital : Walaupun teknologi telah mempermudah akses terhadap informasi, penggunaan media sosial dan hiburan digital yang berlebihan dapat mengalihkan fokus dari kegiatan membaca buku. Banyak individu lebih memilih untuk mengonsumsi konten digital yang bersifat langsung ketimbang membaca buku.
3. Budaya Membaca : Budaya membaca yang kurang mendukung di masyarakat juga turut berkontribusi pada rendahnya minat literasi. Jika membaca tidak dianggap sebagai aktivitas penting atau prestisius, maka minat untuk melakukannya cenderung menurun.
ADVERTISEMENT
Minat literasi yang rendah memberikan dampak jangka panjang terhadap kualitas pendidikan serta perkembangan masyarakat. Beberapa dampak tersebut antara lain :
Rendahnya tingkat literasi di kalangan siswa berperan dalam menghasilkan kualitas pendidikan yang kurang memadai. Siswa yang tidak mampu membaca dan memahami teks dengan baik akan menghadapi kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah. Akibatnya, mereka tidak dapat menyerap pengetahuan secara efektif, sehingga hasil belajar yang diperoleh menjadi rendah. Syarifudin Yunus, seorang pegiat literasi, menyatakan bahwa pendidikan yang berkualitas rendah akan gagal dalam memberikan kontribusi bagi kemaslahatan umat dan menghasilkan individu-individu yang kurang siap menghadapi tantangan di masa depan.
2. Tingginya Angka Putus Sekolah
Salah satu akibat dari rendahnya literasi adalah tingginya angka putus sekolah. Ketidakmampuan siswa dalam memahami materi pelajaran dapat menimbulkan frustrasi serta kehilangan minat untuk belajar, yang pada akhirnya membuat mereka cenderung memilih untuk keluar dari sekolah. Hal ini dapat menciptakan generasi muda yang tidak terdidik dan kesulitan bersaing di dunia kerja.
ADVERTISEMENT
3. Keterbatasan dalam Berpikir Kritis
Rendahnya literasi berdampak negatif terhadap kemampuan siswa dalam berpikir kritis. Tanpa kemampuan untuk membaca dan menganalisis informasi dengan baik, siswa akan mengalami kesulitan dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis yang sangat dibutuhkan untuk memecahkan masalah sehari-hari. Hal ini berpengaruh pada kemampuan mereka dalam membuat keputusan yang bijaksana dan bertanggung jawab di tengah masyarakat.
1. Pendidikan Berkualitas
Membangun pondasi literasi yang kuat harus dimulai dengan pendidikan yang berkualitas. Pemerintah harus berinvestasi dalam sistem pendidikan yang baik dari tingkat prasekolah hingga universitas. Ini mencakup penyediaan bahan ajar yang relevan dan berkualitas tinggi, serta pelatihan guru yang ahli dalam mengajar membaca dan menulis. Peningkatan mutu tenaga pengajar adalah faktor penting untuk menciptakan suasana belajar yang mendukung kemajuan literasi para siswa.
ADVERTISEMENT
2. Promosi Literasi Sejak Dini
Memperkenalkan kebiasaan membaca sejak usia dini adalah langkah krusial untuk meningkatkan literasi. Penggunaan buku-buku bergambar yang menarik bagi anak-anak, penetapan jadwal membaca secara rutin, dan pemilihan buku yang sesuai dengan usia dan minat mereka dapat membantu menumbuhkan kecintaan terhadap aktivitas membaca.
3. Akses Terhadap Bahan Bacaan
Meningkatkan keterjangkauan masyarakat terhadap berbagai sumber bacaan yang relevan adalah sangat krusial. Ini meliputi penyediaan perpustakaan yang tersedia bagi seluruh kalangan masyarakat, layanan perpustakaan keliling di wilayah pedesaan, serta program distribusi buku gratis untuk anak-anak. Membangun infrastruktur pendidikan seperti perpustakaan dan fasilitas internet juga sangat diperlukan untuk mendukung akses terhadap literasi.
4. Kampanye Gemar Membaca
Melaksanakan kampanye yang mendorong masyarakat untuk rajin membaca, baik itu buku, majalah, atau berita, bisa membantu memperbesar minat masyarakat dalam membaca. Kegiatan-kegiatan literasi seperti pameran buku, klub baca lokal, dan diskusi komunitas dapat menguatkan budaya membaca di dalam masyarakat.
ADVERTISEMENT
5. Memasukkan Buku Bacaan Wajib ke Kurikulum
Mengintegrasikan buku bacaan wajib ke dalam kurikulum pendidikan dari tingkat dasar hingga menengah bisa mendorong para siswa untuk lebih banyak membaca. Dengan adaannya materi bacaan yang terintegrasi dalam proses pembelajaran, diharapkan budaya baca siswa akan semakin meningkat.
KESIMPULAN
Dalam rangka mengatasi tantangan ini, diperlukan sinergi antara pemerintah, institusi pendidikan, dan masyarakat untuk memperluas akses kepada bahan bacaan serta membangun tradisi membaca sejak dini. Inisiatif literasi harus diperkokoh melalui penyediaan perpustakaan yang cukup, pengadaan buku yang berkualitas, serta kampanye untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kemampuan literasi. Hanya dengan tindakan nyata ini kita dapat berharap untuk meningkatkan minat baca masyarakat dan memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia untuk masa depan yang lebih cerah.
ADVERTISEMENT
Ana Alfia Asma Usaadah, Mahasiswi Strata (S1) Prodi Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Pamulang.
Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan.
Dosen Pengampu : Mawardi Nurullah, S. Pd., M. Pd.