Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Sebuah Catatan untuk Perempuan Sebelum Dipanggil Mom
6 September 2019 23:06 WIB
Tulisan dari Efa Butar butar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Menikah tak Hanya Urusan Manisnya Rumah Tangga
Menikah adalah impian setiap orang. Sebagian besar perempuan, di masa-masa sulit, tak jarang terdengar sebuah harapan ingin menikah saja dengan tujuan agar kesulitan-kesulitan tersebut tak terulang kembali. Pun jika harus terulang, ada seseorang yang dapat diajak untuk bertukar pikiran dan saling menguatkan.
ADVERTISEMENT
Kelak akan menjadi seorang istri, meningkat lagi menjadi seorang Ibu, kemudian hidup bahagia selamanya.
Begitu?
Hehehehe.
Ternyata bukan, tak semanis yang kita pikirkan.
Eh, ralat. Manis? Tentu. Tapiii, asam, manis, garing, renyah, keasinan, bahkan paitnyapun banyak. Siapkah?
Emang udah ngalamin?
Justeru karena belum masuk dalam fase kehidupan yang disebut pernikahan, aku tertarik dengan bahasan yang cukup krusial ini. Berdasarkan kehidupan banyak sekali Ibu di sekelilingku, aku belajar untuk mempersiapkan diri hingga saat itu kelak akan datang dalam kehidupanku.
Menikahlah atas dasar kesiapan mental dan financial
“Mampus, temen gue tinggal beberapa lagi nih yang belum nikah. Gue salah satunya. Malu banget sih kalau reuni. Deadline nih deadline. Ya Tuhan, tolong dekatkanlah jodohku”
ADVERTISEMENT
Pertanyaannya adalah permintaanmu tentang jodoh apakah sudah didasarkan akan kesiapan mental dan financial? Atau hanya buru-buru karena malu? Sejauh ya kutahu, Tuhan memberi segala sesuatu tepat diwaktuNya, bukan saat kita butuh.
Bukan hal yang mudah untuk menerima seseorang masuk ke dalam kehidupan kita. Mengetahui bahwa yang tampak selama berpacaran belum semua yang diperlihatkan. Keras kepala, kebiasaan yang jorok, pasangan yang ternyata pemalas. Banyak hal-hal yang ternyata belum terungkap selama masa pacaran.
Hal itu wajar, tidak mungkin seseorang yang sedang dilanda perasaan cinta menunjukkan sisi terburuknya. Tentu semua orang ingin menunjukkan yang terbaik selama proses tersebut. Masalahnya adalah, ketidakjujuran itu menjadi pekerjaan rumah baru yang harus membuat satu dengan yang lain saling beradaptasi kembali dengan sifat yang sebenarnya.
ADVERTISEMENT
Jika ternyata sisi buruk pasangan lebih banyak muncul usai pernikahan dibandingkan dengan kebaikannya apakah bisa diterima? Siapkah secara lahir dan batik memperbaiki segala sesuatu yang harus diperbaiki? Jika belum, pertimbangkan kembali untuk melangsungkan pernikahan.
Pertanyaan lain adalah, saat seorang laki-laki meminta seorang perempuan kepada ayahnya lalu usai pernikahan ternyata kehidupannya jauh dari berkecukupan. Siapkah? Jika belum, pertimbangkan kembali untuk melangsungkan pernikahan. Karena satu dari sekian banyak alasan perceraian adalah financial yang tak tercukupi.
Waktu terbaik untuk Menikah
Lalu kapan waktu yang paling baik untuk menikah?
Waktu yang tepat untuk sebuah pernikahan adalah saat kedua belah pihak telah siap fisik, mental juga financial. Karena pada akhirnya, melangsungkan pernikahan selalu berurusan dengan keturunan.
ADVERTISEMENT
Perempuan pada umumnya akan menjadi ibu, mengurus anak, memikirkan makanan anak dan suami, membagi penghasilan suami agar mencukupi kehidupan sehari-hari, mengutamakan kesehatan anak untuk hari ini, besok dan seterusnya. Memikirkan biaya sekolah anak hari ini hingga kuliah kelak. Itu kenapa pada umumnya seorang Ibu tak peduli dengan kesehatannya dan mengedepankan urusan anggota keluarga lainnya.
Jika beruntung mendapatkan laki-laki bertanggung jawab dan menjadi tim yang kompak untuk membesarkan anak. Namun, pernikahan pada akhirnya juga akan berujung perpisahan. Baik itu karena kematian atau perceraian. Dengan begitu maka akan bertambah juga tugas dari seorang perempuan. Mengurus anak dan mencari pendapatan untuk menghidupi keluarga.
Sakit?
Tentu! Tapi hidup harus tetap berjalan.
ADVERTISEMENT
Keren?
Pasti! Itu kenapa seorang Ibu dikatakan sebagai Guardian dalam sebuah keluarga.
Lalu bagaimana agar kesiapan financial bisa tercukupi? Apakah harus mencari pasangan yang berasal dari kalangan menengah ke atas? Soalnya kalau sama sama berjuang dari bawah, ya berarti ngga akan nikah-nikah dong?
Pertanyaan-pertanyaan yang seperti inilah yang ditangkap oleh Sun Life Financial. Sebuah perusahaan asuransi yang berasal dari Canada dan telah beroperasi selama 154 tahun serta menyebar di beberapa belahan dunia termasuk Indonesia. Di Indonesia sendiri, asuransi ini masih tergolong muda.
Bersama dengan Kumparan, beberapa waktu lalu, Sun Life Financial memberikan edukasi tentang kepada para perempuan millennial yang telah bermetamorfosis menjadi seorang ibu dengan segudang tantangannya. Beruntungnyaaa, aku diberi kesempatan untuk turut menjadi peserta.
Menurutku sebuah kesempatan yang sangat tepat, diedukasi sebelum mengeksekusi. Itu sebabnya, berdasarkan edukasi yang telah disampaikan oleh para pemateri, aku pikir adalah sebuah keharusan untuk membagikannya juga kepada perempuan-perempuan lain diluar sana yang saat ini berada di posisi yang sama sepertiku.
ADVERTISEMENT
Mengenal Sun Life
Sun Life adalah perusahaan penyedia jasa keuangan internasional yang telah beroperasi selama lebih dari 154 tahun. Perusahaan ini berasal dari Canada dan beroperasi di berbagai belahan dunia seperti Amerika, Eropa, dan Asia. Di Asia, Sun Life beroperasi di Filipina, Hong Kong, India, Malaysia, China, Vietnam termasuk Indonesia.
Sun Life memiliki tujuan untuk membantu keluarga Indonesia supaya lebih sejahtera melalui kemapanan financial dan hidup yang lebih sehat secara holisitik (Sehat secara fisik, mental dan financial). Sun Life percaya, untuk bisa menjadi keluarga sejahtera harus memiliki kesehatan yang seimbang dari 3 aspek di atas.
Menunjukkan kepedulian akan kehebatan perempuan sebagai seorang Guardian dalam keluarga, sejak tahun lalu, Sun Life gencar mengkampanyekan #Livehealthierlife lewat berbagai macam kegiatan seperti lari termasuk acara edukasi seperti yang berlangsung di acara #MomsMingle yang mengangkat tema “Mom As The Guardian Of The Family” di Kayu-kayu Restaurant di bilangan Tangerang, Sabtu 31 Agustus 2019 lalu.
ADVERTISEMENT
Menyambut Kesiapan Financial di Masa Depan
Dalam kehidupan berkeluarga, menjadi sejahtera bukan hanya saat hidup saja. Jika kelak menjadi orang tua, tak hanya semasa hidup, kelanjutan hidup anak-anak selepas kepergian adalah bagian dari tanggungjawab. Untuk itu, penting sekali mulai merencanakan kesiapan financial jauh sebelum menikah.
Berdasarkan pemaparan Ila Abdulrahman selaku seorang Financial planner, pembagian cash flow keuangan yang sehat adalah:
10% sosial
30% hutang produktif
15% investasi
40% Living Cost, dan
5% Asuransi.
Sejujurnya perhitungan ini cukup memberikan ketenangan. Sebagai seorang perempuan yang belum menikah, 40% dari penghasilanku tiap bulannya sudah masuk dalam tabungan karena kebetulan tak memiliki hutang produktif atau cicilan sama sekali. Sebisa mungkin, hutang sangat kuhindari, aku lebih memilih menekan living cost agar sisanya bisa kugunakan untuk sesuatu yang sangat kuinginkan.
ADVERTISEMENT
Sedang 60% lainnya digunakan untuk kebutuhan yang memang pada porsinya.
Masih menurut Ila, kebebasan financial tak hanya ditandai dengan kemampuan pembagian post penghasilan saja. Harus diikuti pula dengan beberapa ciri:
1. Cash flow yang tetap positif
2. Memiliki dana darurat atau asuransi, termasuk asuransi pendidikan untuk kebutuhan sekolah anak di masa mendatang.
3. Kemampuan menabung 10%
4. Rasio cicilan utang 35% dari penghasilan
5. Tidak masalah dengan gaya hidup orang lain. Atau bisa dikatakan, apapun yang sedang dinikmati oleh orang lain tidak akan memengaruhi gaya hidup. Kamu tau kapan akan menikmati yang sama karena kamu telah memiliki post sendiri untuk itu. Kamu sudah menyusunnya secara rapi.
Sayang, tak banyak orang terutama perempuan yang memahami dan melek akan literasi keuangan ini.
ADVERTISEMENT
Lucu rasanya jika menemukan seseorang yang sibuk dengan gaya hidupnya sementara dirinya sendiri tak memiliki tabungan sama sekali. Untuk itu, sebagai seorang calon ibu rumah tangga, seorang perempuan dituntut untuk dapat mendahulukan kebutuhan dibandingkan keinginan. Karena tak setiap keinginan adalah bagian dari kebutuhan.
Jadi ngga bisa dong me time atau menikmati gaya hidup yang memberikan kesenangan?
Oh bisa, bisa banget kok. Hanya saja kamu harus tentukan terlebih dahulu total yang akan kamu belanjakan. Ketahui pula post mana yang harus dibelanjakan untuk kebutuhan gaya hidup tersebut, jangan sampai keinginanmu malah merusak perhitungan yang telah disusun rapi dari jauh jauh hari.
Oh iya, tips lain pribadi dari aku, barangkali bisa dimanfaatkan, jika mungkin punya rejeki tambahan di luar dari penghasilan suami, kamu bisa menabung nya untuk digunakan nanti saat keinginan untuk hedon datang menghampiri. Hehehe. Menang ngeblog misalnya, Mom :)
ADVERTISEMENT
Selain Ila, Sun Life juga menghadirkan Kania Annisa Anggiani. Seorang Momfluencer sekaligus entrepreneur.
Menjadi seorang Ibu membuatnya harus beradaptasi dengan kebiasaan baru dan itu sangat membuat tak nyaman. Tak ingin berlama lama di posisi tersebut, Kania mencoba berbagai usaha hingga hadirlah usahanya yang bernama Chic and Darling yang sukses merambah pasar di Indonesia sampai saat ini.
Untuk sekedar kamu ketahui, usaha tersebut berawal dari modal Rp 500.000 saja lho, dan tidak banyak yang mengetahui bahwa beliau sendiri juga sempat kesulitan untuk mengatur keuangan. Karena uang hasil bisnis sempat terpakai beberapa kali untuk kebutuhan rumah tangga. Hehhe.
Jadi tidak perlu merasa gagal saat keuangan rumah tangga tidak berjalan rapi. Sebagai seorang perempuan, kita memang dituntut untuk terus belajar akan hal tersebut sampai benar benar mahir.
ADVERTISEMENT
Inilah mengapa hal hal tersebut penting untuk dipelajari dan diterapkan bahkan sejak memasuki dunia pernikahan. Kelak saat kita berada di posisi tersebut, tidak ada lagi pikiran besok makan apa? Besok anak kuliah pakai biaya yang mana? Bagaimana jika aku meninggal? Dan sederet pertanyaan yang mengkhawatirkan lainnya
Terakhir Sun Life juga menyampaikan lewat Kelly Tandiono selaku seorang aktris dan juga ambasador Sun Life. Hakikat dari kesejahteraan adalah kebahagiaan fisik, mental dan financial.
Jika financial telah tercukupi lewat keberhasilan eksekusi cara cara di atas, maka seorang perempuan sekaligus seorang ibu juga dituntut untuk terus menjaga kesehatan keluarga.
Sederhana sekali tips dari Kelly, setidaknya ada 5 hal berikut yang harus dipraktikkan dalam hidup sehari-hari: tertawa, terkena sinar matahari, tidak malas bergerak, pola makanan yang sehat, sehat serta melek financial.
ADVERTISEMENT
#LiveHealthierLives
#MomsMingle