Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Under The Queen's Umbrella: Peran Perempuan yang Menampik Stigma
5 Januari 2023 16:38 WIB
Tulisan dari Ana Dwi Itsna Pebriana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Setelah maju-mundur; setengah ingin setengah ragu, akhirnya saya mencoba kembali menamatkan serial drama Korea bertema saeguk atau kerajaan, Under The Queen’s Umbrella. Motivasi awal saya menyaksikan drama ini adalah karena ada Bae In-Hyuk, aktor tampan nan manis itu.
ADVERTISEMENT
Tapi ternyata, saya salah server. Gagal fokus. Lha wong jelas judulnya aja “Under The Queen’s Umbrella”, pasti cerita utama drama ini akan lebih berfokus pada sang Queen, bukan Mas Bae In-hyuk yang jadi Putra Mahkota, lalu malah die di episode lima.
Oke, saya tidak terlalu kecewa. Karena nyatanya, drama ini betulan melebihi ekspektasi saya. Keren luar biasa! Dan tentu saja, ini tak terlepas dari peran Kim Hye-soo, Bunda Ratu, sang karakter utama.
Ibu Negara Super-Sibuk
“Ratu kerjaannya ngapain, sih? Perasaan cuma duduk-duduk, nyapa Raja dan Ibu Suri, terus nemenin Raja jalan-jalan.”
Setidaknya, inilah dugaan-dugaan saya setiap kali melihat drama-drama kerajaan. Pasalnya, dalam drama-drama saeguk lain (sejauh yang pernah saya tonton), Ratu seakan-akan kurang berperan. Tidak jelas apa job desc-nya. Tapi, di drama ini sangat bertolak belakang. Ratu yang diperankan oleh Bunda Kim Hye-soo, langsung menampik saya yang sempat menyepelekan peran Ratu dalam drama.
ADVERTISEMENT
Di drama Under The Queen’s Umbrella, Ratu beneran kerja! Dan bukan hanya itu, Ratu di drama ini super-tangguh. Masalahnya banyak betul. Belum lagi dengan kesibukannya yang seakan-akan tidak pernah habis. Ratu adalah definisi Ibu Rumah Tangga yang bekerja. Panutan banget pokoknya!
Lika-Liku Ratu dan Lima Anaknya
Pada episode pertama, langsung menampilkan kehebohan Ratu dalam mengurus kelima anaknya. Sebagai insan yang belum berkeluarga apalagi punya lima anak, saya agak sulit membayangkan bagaimana sibuknya ratu mengurus anak-anaknya ini. Belum lagi dengan persoalan dan kelakuan mereka yang beragam.
Mulai dari anak pertama, Mas Putra Mahkota (Bae In-Hyuk), yang secara tiba-tiba mati di istananya sendiri. Sebagai calon pewaris takhta Raja dan pemimpin negara, otomatis Ratu terkejut bukan main. Pasalnya, Putra Mahkota atau anak sulung Ratu ini skill-nya oke banget, wajah rupawan, ditambah saleh pula, jadi terasa mustahil ada yang tega berbuat jahat pada anaknya ini. Tapi, Ratu tidak hanya berdiam diri, apalagi meratapi nasibnya. Di tengah berbagai kesibukannya, Ratu tetap berusaha menguak dalang di balik wafatnya sang putra kesayangan.
ADVERTISEMENT
Belum lagi dengan anak keduanya, Pangeran Seongnam, yang tidak kalah rupawan. Dia sebetulnya punya skill yang oke juga, pemberani pula. Cuma, gak ada kemauan aja. Apalagi kalau diminta menggantikan Hyung-nya untuk jadi Putra Mahkota. Perlu usaha lebih bagi Ratu untuk meyakinkan Seongnam bahwa dia kompeten dan layak bersaing demi mendapatkan takhta.
Lanjut ke anak ketiga, Pangeran Gyeseong, tipe kaleum, penurut, dan pintar. Nyaris tidak ada cacat sama sekali. Tentunya ini menuai curiga, karena gelagat si anak tengah ini terasa aneh. Dan ternyata benar saja. Pangeran Gyeseong punya “jiwa” lain. Dia senang mendandani dirinya layaknya wanita, yang tak lama kemudian, diketahui juga oleh Ratu. Bayangkan, Ibu mana yang tidak syok mengetahui hal ini. Tapi, saya betul-betul takjub dengan sikap yang Ratu ambil. Dia membakar tempat rahasia Pangeran Gyeseong yang berisi seperangkat alat make-up, tapi dia juga memberikan cara agar anaknya itu bisa melihat dirinya dalam wujud wanita. Tidak terduga sama sekali!
ADVERTISEMENT
Anak keempat, Pangeran Muan, tidak kalah heboh. Mungkin di antara kelima anak Ratu, Pangeran Muan ini yang paling bandel. Sering diam-diam keluar istana demi bertemu sang kekasih hati, bahkan sampai menghamilinya. Tapi, untungnya Pangeran Muan mau bertanggung jawab. Dan Bunda Ratu juga mau menerima cucunya, bahkan ikut bantu merawat. Mertua idaman banget, gak, tuh?
Terakhir, anak kelima, Pangeran Ilyoung, si “ilmuwan” cilik. Sebetulnya, anak bungsu ini relatif tidak begitu sering membuat masalah. Dia hanya senang pada hal-hal yang berkaitan dengan astronomi, tapi sering sekali membuat Bunda Ratu worry. Tetap saja ini menambah beban Ratu.
Dimusuhi Mertua Sendiri
Selain menjadi ibu dari lima anak dengan berbagai persoalan tadi, Bunda Ratu juga mesti sabar dan cerdas menghadapi ibu mertuanya, sang Ibu Suri. Mertua Ratu ini tipe-tipe mertua yang kalau tidak cocok dengan seseorang, bisa dengan mudahnya angkat pedang. Sekalipun itu menantu sendiri.
ADVERTISEMENT
Ratu dengan segala idealismenya ini sering bertentangan dengan Ibu Suri yang sangat ingin berkuasa. Alhasil, mereka sering berdebat dengan sengit sampai para dayang pun ikut tegang, tak bisa berkutik.
Tidak akur dengan mertua itu tentu saja persoalan yang sangat serius. Bahkan tidak jarang, hubungan rumah tangga ada yang sampai bubar gara-gara persoalan dengan mertua. Tapi, Ratu betul-betul tangguh. Sekalipun dimusuhi mertua sendiri, sampai sering diancam akan dibunuh, Ratu tetap kuat dan bisa menyikapi mertuanya ini dengan amat bijak. Mau sungkem dulu sama Bunda Ratu!
Berusaha Tetap Berwibawa di Depan Para Selir
Pada zaman itu, Raja dianjurkan memiliki selir. Di samping sebagai simbol kekuasaan, selir juga berperan sebagai pemain “cadangan”, bila di kemudian hari terjadi kekosongan takhta. Di drama ini, tidak tanggung-tanggung, Raja memiliki delapan selir dengan ambisinya masing-masing, apalagi selir tingkat pertama, si paling ambisius untuk menyingkirkan Ratu dari posisinya.
ADVERTISEMENT
Lagi-lagi, saya tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Ratu. Terlebih, di antara para selir itu, salah satunya adalah mantan dayang Ratu sendiri. Gimana gak nyesek, Bun?
Lalu, dengan karakter Ratu yang “badass”, jauh dari anggun dan lemah lembut ini, ditambah anak-anaknya yang bermasalah, Ratu sering kali jadi bahan gunjingan para selir. Tapi, Ratu tetap bisa berwibawa di hadapan mereka. Kuat dan gak baperan! Salut banget.
Blusukan demi Menolong yang Kesulitan
Tidak hanya sibuk dengan urusan istana, Ratu pun tetap menyempatkan diri untuk blusukan melihat kondisi rakyatnya. Ada salah satu satisfying moment yang membuat saya berdecak hebat, yaitu saat Ratu berani membela seorang perempuan yang difitnah. Ratu tahu betul bahwa perempuan itu tidak salah.
ADVERTISEMENT
Dan kagumnya lagi, Ratu sama sekali tidak menunjukkan jati dirinya sebagai Ratu. Baru kemudian, ada orang yang memanggilnya. Hingga si ahjussi yang memfitnah perempuan tadi pun tak bisa berkutik. Hanya bisa memohon ampunan agar nyawanya tidak melayang. Setelah kejadian itu, Ratu sampai membuat tempat tinggal khusus untuk para korban perempuan yang tertindas. Sungkem lagi ke Bunda Ratu!
Saya rasa, Ratu ini tipe yang paket komplet sekali. Cerdas, tegas, dan badass! Sosok yang menampik peran perempuan yang selama ini sering kali disepelekan. Plus menjadi karakter yang yang betul-betul saya idamkan untuk ada di serial drama kerajaan.
Jadi, drama ini sangat direkomendasikan bagi siapa pun yang ingin mendapat sudut pandang baru soal peran perempuan. Sebagai ide dalam membuka ruang diskusi pun sangat cocok!
ADVERTISEMENT