Konten dari Pengguna

Toxic Relationship hingga Terkena GERD

Ana Nurmala
Saya seorang fresh graduate jurusan Jurnalistik di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta.
29 November 2021 21:23 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ana Nurmala tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi toxic relationship. Foto: Pexels.com/Alex Green
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi toxic relationship. Foto: Pexels.com/Alex Green
ADVERTISEMENT
Manusia terlahir sebagai makhluk individu yang memiliki kepribadian dan karakter masing-masing. Pada hakikatnya, manusia membutuhkan peran orang lain dalam hidupnya, itu sebabnya manusia juga dikatakan sebagai makhluk sosial.
ADVERTISEMENT
Hubungan sosial yang baik bermanfaat bagi perkembangan kepribadian seseorang serta berdampak positif bagi kesehatan dengan menghasilkan hormon endorfin atau hormon bahagia.
Menurut Bonner, interaksi sosial merupakan hubungan antar individu yang dapat mempengaruhi atau mengubah kehidupan individu lain.
Meskipun demikian, hubungan antar individu ada yang baik dan buruk, termasuk toxic relationship.
Toxic relationship atau hubungan beracun yaitu hubungan yang disalahgunakan dan menimbulkan akibat kurang menyenangkan secara emosional, sosial, dan fisik.
Tentunya tidak sedikit orang pernah terjebak dalam toxic relationship.
Tidak hanya dirasakan oleh pasangan saja, tetapi juga dalam hubungan personal, pertemanan, rekan kerja, saudara, dan hubungan antara orang tua dengan anak. Hubungan yang tidak baik dengan seseorang sangat membuat perasaan tidak bahagia dan meningkatkan stres.
ADVERTISEMENT

Bagaimana jika penderita GERD terjebak dalam toxic relationship?

Seseorang yang terjebak dalam toxic relationship dirinya akan sangat senang mengutamakan orang lain tanpa mendapatkan feedback, energinya terkuras secara fisik dan emosional, stres atau penuh tekanan, berpikiran buruk terhadap hubungan yang dijalani, dan merasa takut.
Ketika seseorang mengalami stres atau rasa cemas berlebih terhadap berita buruk, khawatir dengan orang yang dicintai, atau masalah pikiran lainnya dapat menyebabkan produksi asam meningkat, karena stres berdampak pada beberapa aspek sistem pencernaan, seperti GERD.
Saya sangat tidak asing dengan kata GERD. Namun, bagi non penderita GERD sangatlah awam.
GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) atau penyakit asam lambung disebabkan melemahnya katup atau sfingter yang terletak di kerongkongan bagian bawah.
ADVERTISEMENT
Normalnya, katup ini akan terbuka untuk memungkinkan makanan serta minuman masuk menuju lambung dan dicerna. Setelah makanan atau minuman masuk ke lambung, katup ini akan tertutup kencang guna mencegah isi lambung kembali naik ke kerongkongan.
Namun, pada penderita GERD, katup ini melemah, sehingga tidak dapat menutup dengan baik. Hal ini mengakibatkan isi lambung yang berisi makanan dan asam lambung naik ke kerongkongan.
Apabila kondisi ini terus-menerus terjadi, lapisan kerongkongan akan mengalami iritasi hingga peradangan dan lama-kelamaan melemah.
Kebanyakan orang mengira bahwa penyebab asam lambung adalah pola makan tidak teratur, makan dan minum kurang tepat, seperti makanan pedas, asam, berminyak, minuman berkarbonasi, mengandung kafeina, dan lainnya.
Stres kemungkinan penyebab kambuhnya penyakit asam lambung. Penderita GERD yang terjebak dalam toxic relationship akan merasakan kambuh setiap kali dirinya merasa cemas berlebih.
ADVERTISEMENT
Rasa cemas dan stres adalah respons alami tubuh, namun stres yang cukup parah dapat menyebabkan kambuhnya penyakit asam lambung.
Pada umumnya penyakit GERD tidak berakibat fatal. Namun, seseorang yang memiliki penyakit jantung, perlu diwaspadai. Pada beberapa kasus penderitanya mengalami nyeri dada atau nyeri ulu hati yang menyebar ke rahang hingga ke lengan dengan sesak napas dan keringat dingin.
GERD bisa memicu detak jantung yang terlalu cepat, jika terus-menerus terjadi, kemungkinan menandakan gejala serangan jantung.