Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Pentingnya Menjelaskan “Mengapa”, sebelum “Apa”
9 Januari 2018 15:08 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
Tulisan dari Andrew Prasatya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai makhluk hidup kita akan selalu membutuhkan bantuan dari orang lain.
ADVERTISEMENT
Mulai dari keluarga, teman, sampai partner bisnis.
Biasanya kita akan selalu mulai dengan “apa” ketika kita ingin meminta bantuan dari orang lain.
Contohnya:
B: Eh, Andrew, boleh minta tolong buatin video untuk tim tech ga?
A: Boleh, tapi kira-kira buat apa ya?
B: Makasih banyak Ndrew, ini buat kita pakai di acara career fair bulan depan
A: Oke, ga masalah
Apa ada yang aneh dari pembicaraan di atas? Sepertinya tidak ada. Semua tampak begitu normal dan sangat sopan. Kita bisa melihat ia mengucapkan kata tolong dan juta terima kasih.
Jika kita analisa pembicaraan di atas, orang tersebut memulai permintaan tolongnya dengan “apa”. Ia menjelaskan hal apa yang ia butuh dari Andrew, yaitu membuat video. Baru kemudian ia menjelaskan “mengapa” Andrew harus membantu dia.
ADVERTISEMENT
Orang dan juga Anda yang sedang membaca tulisan ini pasti menganggap situasi ini sesuatu yang normal. Namun pada kenyataannya ini adalah permasalahan dalam pola komunikasi manusia saat ini.
Sekarang coba mundur beberapa saat dan ingat kejadian ketika ibu, guru, atau bos datang dan meminta Anda untuk melakukan sesuatu. Apakah respon pertama Anda “Kenapa saya harus melakukan itu?”
Di dalam bukunya, Start with Why, Simon Sinek mengatakan: “People don’t buy what you do, they buy why you do it”
Kalau kita tahu bahwa menjelaskan “mengapa” sangat penting, kenapa tidak kita lakukan?
Jawabannya adalah karena untuk menjelaskan “mengapa” itu tidak mudah, dan butuh usaha lebih. Banyak dari kita, termasuk saya malas untuk berpikir lebih dalam, dan langsung lompat menjelaskan “apa”.
ADVERTISEMENT
Di tulisan ini saya ingin berbagi pengalaman saya mengaplikasikan metodologi ini dalam kehidupan personal dan juga karir. Berikut ini beberapa poin yang akan kita bahas bersama.
Kenapa kita harus memulai dengan “mengapa”?
Seperti judul, sebelum menjelaskan apa yang harus dilakukan untuk mengaplikasikan metode ini, saya akan mulai dengan kenapa kita harus mulai dengan “mengapa”?
Pertama, berdasarkan ilmu pengetahuan, salah satu hal yang memotivasi orang untuk melakukan sesuatu adalah kekuatan dari “story” atau cerita.
“Apa” itu tidak menarik dan tidak dapat menjelaskan sebuah cerita. Namun ketika kita memulai dengan menjelaskan “mengapa”, kita menceritakan latar belakang, kita membuat orang lain mengerti.
Karena pada dasarnya, orang ingin mengerti sesuatu.
Contohnya, keran air di toilet saya bermasalah. Saya harus mematikannya secara manual jika mau airnya berhenti mengalir. Pasangan saya beberapa kali lupa untuk mematikannya, jadi saya mau agar ingat untuk mematikannya.
ADVERTISEMENT
Dari pada mengatakan “Kamu kalo abis pakai toiletnya jangan lupa diputer lagi ya kerannya”. Saya menjelaskan bahwa beberapa bulan terakhir tagihan air sangat murah, dan setelah diselidiki salah satu yang mempengaruhi ini adalah karena kita selalu mematikan keran air. Setelah menjelaskan itu, saya meminta dia untuk ingat agar mematikan keran.
Hasilnya? Dia mendapatkan pesannya, tidak ada argumentasi, dan ia selalu ingat untuk mematikan kerannya.
Orang akan lebih mudah menerima perubahan ketika kita mengerti alasan di balik itu. Contohnya kita akan sangat marah ketika terjebak beberapa jam di jalanan tanpa bergerak. Namun, ketika kita mengetahui bahwa kemacetan terjadi karena ada kecelakaan dan salah satu korbannya adalah anak kecil, emosi kita berubah menjadi perasaan kasihan.
ADVERTISEMENT
Kedua, reaksi orang akan jauh lebih baik ketika kita bisa membuat mereka merasa dihargai, diperlakukan adil dan juga jujur.
Dale Carnegie dalam bukunya “How to win friends and influence people” menjelaskan satu prinsip cara membuat orang lebih menyukai kita, yaitu “Datang dengan motif yang lebih mulia”.
Dalam bagian ini, ia menekankan bahwa pentingnya kita menjelaskan motif secara jujur dan jelas, sebelum meminta bantuan dari orang lain.
Di buku ini, ia juga mengatakan bahwa, orang jauh lebih tertarik dengan diri mereka sendiri dan permasalahan mereka daripada masalah orang lain.
Lain kali ketika ingin meminta bantuan dari orang lain, ingat bahwa terlalu banyak berbicara mengenai diri Anda, dan juga masalah yang Anda miliki tidak akan ada gunannya.
ADVERTISEMENT
Apa manfaat dari menjelaskan “mengapa”?
Berdasarkan pengalaman saya, hal ini akan secara drastis membuat orang lebih suka terhadap diri kita, ingin mendengarkan, dan pada akhirnya mau menolong kita.
Bulan Desember tahun 2016 saya mengirimkan email ke CEO tempat saya bekerja sekarang. Tujuannya adalah meminta ia mengeluarkan beberapa juta untuk membeli kamera dan juga peralatan lainnya. Sedikit gambaran, pada saat itu saya baru bergabung selama 3 bulan di perusahaan ini. Terdengar mustahil bukan? Tapi saya memberanikan diri untuk menekan tombol “kirim” itu.
Kira-kira di email tersebut saya menjelaskan bahwa sudah ada beberapa video yang kita produksi untuk perusahaan, namun kualitasnya kurang baik karena menggunakan kamera smartphone dan kamera model lama. Selain itu saya menjelaskan apa manfaat dari investasi kamera untuk perusahaan, apa yang bisa kita lakukan kedepannya dengan barang ini. Saya juga memberikan beberapa opsi kamera lengkap dengan harganya.
ADVERTISEMENT
Hasilnya? Ia hanya butuh waktu 30 menit untuk membalas email tersebut dan setuju untuk mengeluarkan kurang lebih 8 juta untuk membeli kamera dan juga beberapa peralatan pendukung.
Contoh lainnya, saya membutuhkan bantuan dari teman Indonesia yang ada di tim penulis bahasa Inggris untuk membuat subtitle dari video behind the scene e-commerce Indonesia yang sedang kami kerjakan dengan beberapa toko online besar di Indonesia.
Saat ini videonya dalam bahasa Indonesia. Kita memiliki 4 video. Durasi setiap video kurang lebih 3 sampai 4 menit. Sehingga ia harus menonton videonya, menulis subtitlenya di sebuah dokumen. Tugas ini bukan tanggung jawabnya sama sekali, ia tidak mendapatkan nilai atau bonus dengan mengerjakan hal ini. Namun ia setuju untuk ikut membantu.
ADVERTISEMENT
Mengapa? Di emailnnya saya menjelaskan latar belakang dari konten ini dan menjelaskan secara jujur mengapa ia adalah orang yang paling tepat untuk membantu proyek ini.
Jadi, lain kali ketika kita ingin meminta orang lain melakukan sesuatu untuk kita, baik itu keluarga, teman kantor, manager, atau rekan bisnis kita, selalu mulai dengan menjawab “why”.