Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Hujan Disinfektan Bukan Solusi Tertibkan Pedagang
16 Juli 2021 16:44 WIB
Tulisan dari Anggita Hutami tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jakarta—Kemunculan virus Covid-19 varian delta di Indonesia membuat kasus positif meningkat signifikan. Untuk menekan penyebaran Covid-19, pemerintah menerapkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat sejak 3 Juli 2021. Namun, kebijakan ini menuai gejolak, salah satunya dari kaum kecil seperti pedagang asongan dan Unit Mikro Kecil Menengah (UMKM).
ADVERTISEMENT
Gejolak itu muncul bukan karena mereka tidak peduli dengan protokol kesehatan. Namun, mereka khawatir tidak dapat menyambung kehidupan hari esok dengan sesuap nasi.
Kunifah, seorang pedagang nasi uduk asal Bekasi membagikan kisah betapa sulitnya berjualan di masa pandemi. Wanita yang kerap dipanggil Ifah itu pernah mengalami perlakuan tidak menyenangkan dari petugas keamanan.
Saat itu, Kunifah sedang menjajakan dagangannya seperti biasa. Ada nasi uduk, gorengan, dan kue basah. Saat itu lapaknya sedang sepi pembeli, tetapi dari arah selatan petugas keamanan menyemprotkan disinfektan tanpa peringatan. Dagangan wanita kelahiran Sidoarjo, Jawa Tengah itu seketika basah dan tidak layak dijual lagi. Akibatnya, Kunifah tidak dapat berjualan berhari-hari karena tidak memiliki modal.
Jika ditinjau dalam panduan World Health Organization (WHO) yang berjudul ‘Pembersihan dan Desinfeksi Permukaan Lingkungan dalam Konteks Covid-19’ menjelaskan metode penyemprotan disinfektan pada permukaan berpori seperti trotoar dan jalan beraspal dinilai kurang efektif.
ADVERTISEMENT
Bahkan, WHO mengatakan tanpa adanya bahan organik, penyemprotan kimia tidak mungkin cukup untuk menutupi semua permukaan selama durasi waktu kontak yang diperlukan yang diperlukan untuk menonaktifkan patogen. Tetapi, masih banyak ditemui petugas yang melakukannya tanpa memberi peringatan dini kepada pedagang.
"Kalau dagangan saya disemprot disinfektan dan tidak boleh berjualan, beri saya bantuan uang untuk makan sehari-hari agar keluarga tidak kelaparan," ujar Kunifah.
Beruntung, Kunifah memiliki lingkungan tetangga yang peduli. Tak jarang para tetangga bergiliran memberi bantuan sembako maupun uang tunai.
Di masa pagebluk ini, sulit jika hanya mengandalkan satu pihak saja. Selain pemerintah, warga juga harus memiliki kesadaran membantu sesama.
Kini, harapan Kunifah agar kedua anaknya dapat segera lulus dari bangku kuliah. Wanita kelahiran 1970 itu tidak ingin anaknya bernasib seperti dirinya.
ADVERTISEMENT
Penulis:
Anggita Hutami R.
Politeknik Negeri Jakarta