Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Bantuan Luar Negeri AS untuk Moldova : Sebuah Cara Menghapus Pengaruh Rusia
24 Oktober 2024 16:06 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Anggita Mardika tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Moldova merupakan sebuah negara pecahan Uni Soviet yang terletak di Eropa Timur dan berbatasan dengan Ukraina di bagian Timur, Utara, dan Selatan-nya serta Romania di bagian Barat (Britannica, 2024). Meskipun telah mendapatkan kemerdekaannya pada 1991, negara ini masih mengalami banyak tantangan dalam berbagai aspek, baik ekonomi maupun politik. Hal ini membuat Moldova menyandang posisi sebagai negara termiskin kedua di Eropa setelah Ukraina (Best Diplomats, 2024). Ditambah lagi pada 1992, adanya sebuah wilayah separatis yang telah memisahkan diri dari Moldova dan kemudian menjadi negara baru bernama Transnistria.
ADVERTISEMENT
Wilayah Transnistria yang terletak di bagian Timur Moldova ini mendapat dukungan penuh dari Rusia, hal itu dapat dilihat dari salah satunya keputusan Rusia untuk menempatkan sumber energi seperti pasokan gas dan listrik di Tiraspol, Transnistria. Moldova sebagai negara yang kekurangan energi harus bergantung kepada Transnistria dan hal ini secara tidak langsung juga membuat Moldova bergantung kepada Rusia.
Di sisi lain, perebutan pengaruh antara dua blok, Blok Barat dan Blok Timur di Moldova sangat jelas. Uni Eropa dan Amerika Serikat serta Rusia melakukan beragam cara untuk mempertahankan pengaruhnya di Moldova. Moldova yang sejak tahun 2020 dipimpin oleh Presiden Maia Sandu menunjukkan kecenderungan yang besar bagi negara tersebut untuk lebih dekat dengan Uni Eropa, yang mana hal ini sangat mengancam Rusia.
ADVERTISEMENT
Bantuan Amerika Serikat dalam Pandangan Realisme Klasik
Menyikapi hal ini, Amerika Serikat sebagai negara adidaya yang mendukung Moldova untuk condong ke Barat melakukan berbagai upaya untuk membebaskan Moldova dari pengaruh Rusia dengan memberikan beberapa bantuan kepada Moldova. Hal ini tidak terlepas dari teori realisme klasik yang menganggap negara sebagai aktor utama dalam politik global dan senantiasa selalu berjuang untuk mendapatkan dominasi atau kekuasaan (Dirzauskaite & Ilinca, 2017). Realisme klasik dicetuskan oleh beberapa pemikir yaitu Machiavelli, Hobbes, Bismarck, Morgenthau. Realisme klasik sangat berfokus pada konsep "balance of power" yang mana pada intinya menyatakan bahwa jika salah satu aktor di panggung internasional meningkatkan kekuatannya dan menyebabkan pergeseran kekuatan besar dalam sistem internasional, negara-negara yang terancam akan membentuk koalisi penyeimbang sebagai tanggapan (Dirzauskaite & Ilinca, 2017).
ADVERTISEMENT
Pendapat Morgenthau (1960) tentang teori keseimbangan kekuatan adalah bahwa ketika satu negara memegang lebih banyak kekuatan daripada yang lain, maka negara tersebut mampu menantang sistem internasional atau bahkan menyalahgunakan kekuatannya. Secara historis, keseimbangan dan keseimbangan kekuatan terlihat jelas selama Perang Dingin antara AS dan Uni Soviet; ketidakseimbangan muncul setelah runtuhnya Uni Soviet ketika AS jelas menjadi negara yang dominan dalam urusan dunia.
Di dalam buku International Relations Theories: Discipline and Diversity, Mearsheimer, J. J. (2010) berpendapat bahwa “power” diibaratkan sebagai mata uang dalam politik internasional dan oleh karena itu semua aksi dan strategi aktor negara selalu berfokus untuk meningkatkan kekuatan mereka di panggung internasional dan selalu memastikan bahwa tidak ada aktor lebih kuat yang muncul dalam menentang tatanan dunia. Selain itu, negara juga saling memandang kekuatan ekonomi dan militer dalam persaingan akan kekuatan.
ADVERTISEMENT
Pengaplikasian Realisme Klasik dalam Upaya Bantuan Amerika Serikat
Adapun upaya yang dilakukan Amerika Serikat untuk menghapus pengaruh Rusia di Moldova di antaranya adalah sejak perang Ukraina pada 2022, Amerika Serikat telah mengalokasikan $300 juta untuk ketahanan energi Moldova. Terlebih lagi pada tahun 2022, Moldova mengalami krisis energi akut dikarenakan Moscow mengurangi pasokan energinya dan menyebabkan Moldova mengalami pemadaman listrik sementara. Hal itu diakibatkan sistem energi era Sovietnya terhubung dengan Ukraina yang sedang dilanda serangan militer Rusia. Tidak hanya itu, Transnistria yang mendapat dukungan kuat dari Moscow sengaja memutus aliran listrik ke beberapa wilayah di Moldova. Pada 29 Mei 2024, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken mengatakan akan memberikan $85 juta dolar untuk memperkuat infrastruktur energi Moldova (Lee & Ghirda, 2024).
ADVERTISEMENT
Selain bantuan ekonomi, Amerika Serikat juga memberikan bantuan militer kepada Moldova dengan cara mengirim pasukannya ke Moldova selama beberapa kali. Pada 10–22 September 2023, Anggota Garda Nasional Carolina Utara berada di Moldova untuk melaksanakan Latihan Rapid Trident bersama Korps V Angkatan Darat AS Eropa dan Afrika, Angkatan Bersenjata Republik Moldova, dan Angkatan Bersenjata Rumania (National Guard, 2023). Pada April 2024, pasukan AS kembali mengadakan latihan bersama dengan Moldova yang dinamai JCET 2024 (Joint Command Exchange Training) (Bryen, 2024).
Kesimpulan
Dalam sistem internasional, tidak terlepas dari adanya konflik dan bentrokan antara satu negara dengan negara lain dimana konflik tersebut nantinya melahirkan keberpihakan dan aliansi antarnegara. Negara sebagai aktor utama akan memilih siapa yang akan menjadi kawan dan lawan. Adapun dalam menyelesaikan permasalahannya, suatu negara pasti akan selalu membutuhkan bantuan dari negara lain. Bantuan yang diberikan oleh negara pendonor pun tidak terlepas dari adanya berbagai alasan tertentu. Kasus Amerika Serikat memberikan bantuan kepada Moldova bisa dipandang melalui kacamata realisme klasik yang mana alasan Amerika memberikan bantuan dikarenakan ingin menunjukkan bahwa pengaruhnya lebih kuat dari Rusia.
ADVERTISEMENT