Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Bidan Desa dan Dedikasi dalam menekan Angka Kematian Ibu dan Bayi di Indonesia
23 Oktober 2024 18:04 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Anggraeni Anggraeni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bidan Senita Riskiwahyuni, yang lebih akrab dipanggil bidan Nita, adalah contoh tenaga medis inspiratif di Indonesia dengan dedikasi tinggi terhadap pengabdian negara. Tentu saja, masih banyak bidan Nita lainnya di berbagai pelosok tanah air yang menjadi garda terdepan dalam menjaga kesehatan ibu dan bayi di daerah pedesaan. Bidan desa memiliki peran penting dalam memberikan perawatan medis kepada ibu hamil, mendukung proses persalinan, dan memberikan edukasi kesehatan kepada masyarakat di lokasi terpencil. Mereka bertanggung jawab untuk memastikan kesehatan dan keselamatan ibu serta bayi di desa tersebut.
ADVERTISEMENT
Bidan adalah pahlawan bagi para calon ibu, dikenal karena kesabaran dan ketelatennya dalam mendampingi wanita yang akan melahirkan. Tak dapat disangkal bahwa saat ini fasilitas kesehatan di pedesaan, terutama di daerah terpencil, masih sangat terbatas. Jalan yang rusak, serta kurangnya akses listrik, kendaraan, dan jaringan telekomunikasi, menambah tantangan bagi bidan dalam menjalankan tugasnya. Namun, kondisi ini tidak menghalangi para tenaga medis untuk melaksanakan tugas mereka, terutama dalam menghadapi tantangan mengurangi angka kematian ibu dan bayi di Indonesia.
Tantangan dalam menekan Angka Kematian Ibu dan Bayi
Berdasarkan data dari BPS, dalam dua tahun terakhir, penolong proses kelahiran di Indonesia masih didominasi oleh Bidan, disusul oleh dokter kandungan, dokter umum dan dukun beranak/ paraji, khususnya di daerah pedesaan.
WHO melaporkan bahwa angka kematian ibu sangat tinggi, dengan sekitar 287.000 wanita meninggal selama atau setelah kehamilan dan persalinan pada tahun 2020. Hampir 95% dari semua kematian ibu terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah, dan sebagian besar kasus tersebut dapat dicegah. Perempuan di negara-negara berpenghasilan rendah menghadapi risiko kematian akibat masalah maternal yang lebih tinggi seumur hidup. Risiko ini menunjukkan kemungkinan seorang perempuan berusia 15 tahun meninggal karena penyebab maternal. Di negara-negara berpendapatan tinggi, risiko tersebut adalah 1 dari 5.300, sedangkan di negara-negara berpendapatan rendah, risikonya mencapai 1 dari 49. (sumber: https://www.who.int)
ADVERTISEMENT
Angka kematian ibu dan bayi merupakan dua indikator utama yang digunakan untuk menilai tingkat kesehatan suatu negara. Di Indonesia, kedua masalah ini menjadi perhatian utama pemerintah karena angka kematian ibu dan bayi di negara ini termasuk yang tertinggi di ASEAN. Perempuan meninggal akibat komplikasi yang terjadi selama dan setelah kehamilan serta persalinan. Sebagian besar komplikasi ini muncul selama kehamilan dan banyak di antaranya dapat dicegah atau diobati. Beberapa masalah kesehatan mungkin sudah ada sebelum kehamilan, tetapi menjadi lebih serius selama kehamilan, terutama jika tidak mendapatkan perawatan yang memadai. Komplikasi utama yang menyebabkan hampir 75% dari semua kematian ibu meliputi: perdarahan hebat (terutama setelah melahirkan), infeksi (biasanya setelah melahirkan), tekanan darah tinggi selama kehamilan (preeklamsia dan eklamsia), komplikasi saat persalinan, dan aborsi yang tidak aman.
ADVERTISEMENT
Upaya Kementerian Kesehatan dalam Menekan Angka Kematian Ibu dan Bayi
Pemerintah, melalui Kementerian Kesehatan, terus berupaya untuk meningkatkan pembangunan kesehatan masyarakat di Indonesia dengan menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: HK.02.02/Menkes/52/2015 yang menetapkan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan untuk tahun 2015-2019. Rencana ini sejalan dengan visi, misi, dan nawacita Presiden dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Fokus pembangunan kesehatan di Indonesia selama periode tersebut adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui berbagai upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, dengan dukungan perlindungan finansial dan pemerataan akses layanan kesehatan. Sasaran pembangunan kesehatan yang ingin dicapai pada tahun 2025 mencakup peningkatan derajat kesehatan masyarakat, yang terlihat dari meningkatnya umur harapan hidup, menurunnya angka kematian bayi, menurunnya angka kematian ibu, serta berkurangnya prevalensi gizi kurang pada balita. Peningkatan status kesehatan masyarakat dilakukan di setiap tahap kehidupan, mulai dari bayi, balita, anak sekolah, remaja, kelompok usia kerja, ibu hamil, hingga lansia. Adapun langkah-langkah program yang telah dilakukan yaitu:
ADVERTISEMENT
1. Program antenatal care (ANC). Kemenkes menetapkan bahwa pemeriksaan ANC bagi ibu hamil harus dilakukan setidaknya 6 kali selama 9 bulan. Ini merupakan bagian dari komitmen untuk menyediakan layanan penting bagi ibu hamil. Untuk mendukung kegiatan ini, Kemenkes sedang berupaya untuk menyediakan layanan USG di seluruh provinsi di Indonesia. Sebelumnya, pemeriksaan USG hanya tersedia di rumah sakit atau klinik, tetapi kini ibu hamil dapat melakukan pemeriksaan di Puskesmas. Pemeriksaan USG ini perlu didukung dengan penguatan kolaborasi layanan ANC antara bidan, dokter umum, dokter spesialis kebidanan, serta jejaring PONED dan PONEK.
2. Penguatan Program Keluarga Berencana (KB). Program KB sangat penting untuk mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI). Kita perlu memperkuat program ini dengan memfokuskan pada sasaran yang tepat, yaitu pasangan usia subur yang berisiko, bukan hanya sekadar mengejar cakupan yang tinggi.
ADVERTISEMENT
3. Jaminan Kesehatan bagi masyarakat. Jaminan kesehatan memungkinkan masyarakat untuk mengakses layanan kesehatan yang diperlukan tanpa beban finansial yang berlebihan. Ini menciptakan perlindungan finansial yang penting untuk mencegah keluarga terjebak dalam kemiskinan akibat biaya kesehatan yang tinggi. Jaminan kesehatan, baik dari pemerintah maupun sektor swasta, memberikan perlindungan dan akses ke layanan kesehatan yang berkualitas. Dengan memastikan ketersediaan dana untuk perawatan medis, asuransi kesehatan membantu mencegah terjadinya pemiskinan akibat biaya kesehatan yang tidak terduga. Dengan akses yang memadai ke pelayanan kesehatan, individu dapat lebih baik dalam menjaga kesehatan, mencegah penyakit, dan mengelola kondisi kronis.
Asa Program Pembangunan Kesehatan di Indonesia
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), dalam sepuluh tahun terakhir, pembangunan kesehatan di Indonesia menunjukkan kemajuan yang positif. Beberapa indikator yang mencerminkan perbaikan signifikan selama periode tersebut antara lain adalah umur harapan hidup saat lahir (UHH), yang meningkat dari 70,20 tahun pada tahun 2012 menjadi 71,85 tahun pada tahun 2022. Selama periode yang sama, Angka Kematian Ibu (AKI) mengalami penurunan drastis, dari 346 kematian per 100.000 kelahiran hidup (Sensus Penduduk 2010/SP 2010) menjadi hampir setengahnya, yaitu 189 kematian per 100.000 kelahiran hidup (Sensus Penduduk Long Form 2020/SPLF 2020). Sementara itu, Angka Kematian Bayi (AKB) juga turun dari 26 kematian per 1.000 kelahiran hidup (SP 2010) menjadi sekitar 17 kematian per 1.000 kelahiran hidup.
ADVERTISEMENT
Banyak faktor yang berkontribusi pada perbaikan kondisi kesehatan penduduk Indonesia selama periode tersebut, termasuk tingkat pendidikan dan kesejahteraan. Peningkatan pada kedua aspek ini terlihat dari proporsi penduduk yang menyelesaikan Sekolah Menengah Atas/Sederajat, yang meningkat dari sekitar 30,91 persen pada tahun 2012 menjadi 40,12 persen pada tahun 2022. Selain itu, pengeluaran per kapita penduduk (yang disesuaikan) juga meningkat selama periode ini, dari sekitar Rp9,8 juta per orang per tahun pada tahun 2012 menjadi sekitar Rp11,5 juta per orang per tahun. Faktor lain yang memengaruhi derajat kesehatan penduduk adalah pengeluaran untuk kesehatan, baik dari pemerintah maupun rumah tangga. Dampak positif dari peningkatan alokasi anggaran kesehatan oleh pemerintah dapat terlihat secara langsung, seperti melalui pembangunan fasilitas kesehatan dan peningkatan kualitas serta kuantitas tenaga kesehatan, yang semuanya berkontribusi pada perbaikan status kesehatan masyarakat, termasuk Bidan Desa sebagai garda terdepan tenaga medis di pelosok Nusantara.
ADVERTISEMENT