Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Relevansi Rokuyo sebagai Penentu Tanggal Pemakaman di Jepang
10 Oktober 2024 9:21 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Anindya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pemakaman di Jepang selalu diikuti dengan berbagai tabu akibat tradisi yang diikuti dalam agama Buddha dan Shinto. Pada agama Shinto, kematian dianggap sebagai sebuah tabu yang sangat tidak murni sehingga banyak ditemukan ritual-ritual penyucian. Ritual-ritual penyucian ini dimulai dari sejak sebelum mendiang dikuburkan, hingga dalam ke jenjang beberapa tahun setelah kematian. Selaras dengan pandangan ini, Buddha masuk ke Jepang dengan menawarkan berbagai alternatif penyucian supaya ruh mendiang dapat menyebrang ke alam berikutnya dengan lancar dan tenang. Hal ini menjelaskan mengapa kebanyakan ritual pemakaman (Soushiki) di Jepang merupakan bentuk akulturasi dari dua agama, yakni Buddha dan Shinto. Ritual pemakaman Jepang atau Soushiki memiliki banyak aturan dan tabu yang harus dipatuhi. Menurut buku The Japanese Mind, setidaknya ada dua belas rangkaian kegiatan dalam Soushiki, diikuti dengan sembilan rangkaian kegiatan setelah pemakaman terlaksana. Seluruh rangkaian kegiatan ini memiliki norma dan tabu yang harus dipatuhi, dimulai dari hal kecil seperti memutuskan tanggal pemakaman, cara memandikan jenazah, pakaian terakhir jenazah, urut-urutan pemakaian kimono jenazah, hingga aturan yang meliputi selama upacara kematian disambung dengan kremasi.
ADVERTISEMENT
Penentuan tanggal pemakaman memegang salah satu hal efek krusial pada seluruh rangkaian kegiatan karena dilakukan sebagai awalan Soushiki. Pada masyarakat Jepang modern, pemutusan tanggal pemakaman dilakukan setelah keluarga mendiang melakukan diskusi bersama perusahaan yang menangani pemakaman serta dengan pendeta Buddha. Pengambilan keputusan untuk tanggal dilakukan dengan berdasar pada Rokuyo, yang mana merupakan sistem kalender atau penanggalan untuk enam hari dengan tabu masing-masing. Rokuyo merupakan sistem penanggalan yang telah masuk ke Jepang sejak zaman Kamakura (1185-1333) dan diperkirakan tersebar dari China, walau secara spesifik asal dan kapan tepatnya dimulai kurang diketahui. Rokuyo mulai menyebar di masyarakat Jepang atas adanya kepercayaan bahwa suatu hari memiliki kesialan atau keberuntungan yang berbeda dengan hari-hari lainnya. Rokuyo juga biasanya diistilahkan sebagai Rokki (enam cahaya) dan digunakan untuk membedakan kalender tradisional dengan kalender modern. Pada zaman Meiji (1868-1912), penggunaan Rokuyo dilarang oleh pemerintahan akibat dipandang sebagai sesuatu yang terlalu kuno dan mistis, menyebabkan berkurangnya penggunaan Rokuyo di zaman sekarang.
Namun meski begitu, masyarakat Jepang masih memutuskan beberapa penanggalan untuk kegiatan-kegiatan besar dengan berdasar pada Rokuyo, dengan harapan diberikan keberuntungan sepanjang hari agar kegiatannya mampu berlangsung lancar. Kegiatan-kegiatan tersebut umumnya merupakan keputusan tanggal untuk pernikahan dan pemakaman.
ADVERTISEMENT
Rokuyo meliputi enam hari, yakni sebagai berikut:
1. Senshou (先勝), terdiri dari kanji 先 yang artinya terdahulu, serta kanji 勝 yang berarti menang, hingga dapat didefinisikan sebagai ‘yang duluan yang menang’. Pada hari ini, dianjurkan melakukan sesuatu dengan cepat di awal hari, karena dipercaya keberuntungan berada di pagi hari, diikuti sial di siang hari. Suatu kepercayaan dalam masyarakat bahwa pada hari ini, ada baiknya semua hal dilakukan dengan terburu-buru. Semisal hendak membeli suatu makanan, dipercaya minimarket pertama yang dimasuki akan memberi keberuntungan mengenai makanan yang hendak dibeli dibanding dengan minimarket kedua, maupun minimarket ketiga, tidak peduli dilaksanakan di waktu pagi maupun siang hari. Bagi orang-orang muda, Senshou adalah hari dimana kebiasaan menunda-nunda (procrastinating) harus diperbaiki supaya mendapat keberuntungan. Senshou juga bisa disebut sebagai Senkachi, Sakikachi, atau Sakigachi. Lawan dari Senshou adalah Sakimake.
ADVERTISEMENT
2. Tomobiki (友引), terdiri dari karakter 友 yang berarti teman, kawan, serta kanji 引 yang berarti menarik. Tomobiki merupakan hari dimana keberuntungan menyertai di pagi dan sore hari, tetapi siang hari diisi dengan kesialan, Meski begitu, pemakaman di Jepang menghindari Tomobiki karena dipercaya apabila mengundang rekan sejawat atau teman akan menarik mereka menyusul ke alam kematian. Namun Tomobiki adalah hari yang baik untuk pernikahan, karena dipercaya akan menarik teman menuju asmara atau hubungan percintaan yang dianggap baik. Tomobiki merupakan satu-satunya hari dalam Rokuyo yang tidak memiliki alias atau sebutan lain.
3. Sakimake (先負), terdiri dari kanji 先 yang berarti duluan, terdahulu, serta kanji 負 yang berarti kalah, sehingga dapat diartikan sebagai ‘yang duluan yang kalah’. Sakimake merupakan hari kebalikan dari Senshou, dimana keberuntungan baru menyertai seseorang di sore hari, dan pagi hari dipenuhi kesialan. Pada hari ini dianjurkan melakukan sesuatu dengan santai, tidak terburu-buru. Sebutan lain Sakimake adalah Senbu, Senpu, Senmake, dan Sakeke.
4. Butsumetsu (仏滅), terdiri dari kanji 仏 yang berarti Buddha, serta kanji 滅 yang berarti hancur. Kesialan meliputi sepanjang hari, dan merupakan hari yang dianjurkan untuk pemakaman. Karena makna dari hari ini bukanlah merupakan peringatan kematian Buddha, melainkan kemunculan kejahatan yang begitu besar sehingga Buddha tidak bisa menghancurkannya, akibatnya tidak ada keberuntungan sama sekali yang menyertai selama Butsumetsu. Butsumetsu dulunya disebut sebagai Kumo, atau Kyomo, hari dimana hal-hal yang tak tampak bermunculan, dan merupakan kebalikan hari Taian.
5. Taian (大安), terdiri dari kanji 大 yang berarti besar, serta kanji 安 yang berarti tenang, mudah, dan merupakan hari dalam Rokuyo dimana keberuntungan menyertai sepanjang hari (lawan dari Butsumetsu). Banyak hal dianjurkan untuk dilakukan di hari ini, termasuk pernikahan, operasi, mulai membangun bisnis, serta bermacam kegiatan meski hanya melibatkan perseorangan, karena Taian merupakan hari tenang bagi individu dan masyarakat. Sebutan lain Taian adalah Daian.
6. Shakku (赤口), terdiri dari kanji 赤 yang berarti merah, dan kanji 口 yang berarti mulut, hari ini membawa sial kecuali di waktu sore. Penamaan Shakku diambil dari delapan dewa iblis dibawah kuasa Akakuchigami, penjaga gerbang timur kapital Tai Su. Karena hari ini biasanya menyebabkan sial bagi banyak orang, penamaannya juga diambil dari 赤舌日 (Hari Lidah Merah). Penggunaan kanji dalam nama Shakku juga bisa dimaknai sebagai darah dan mulut, sehingga pada hari ini, orang-orang yang berurusan dengan benda-benda tajam. Sebutan lain Shakku adalah Sekiguchi, Shakko, Jakko, atau Akakuchi.
Pelarangan penerapan Rokuyo yang dimulai pada zaman Meiji menyebabkan berkurangnya praktek kegiatan berdasar pada Rokuyo, tetapi tidak ada sanksi apabila tetap digunakan. Meski begitu, saat ini tidak sepenuhnya pemakaman bergantung pada Rokuyo. Duka tidak bisa dibendung hanya untuk menunggu hari yang tepat, karena itu terdapat alternatif lain semisal pemakaman tidak dilaksanakan di hari yang dianjurkan (di hari Butsumetsu). Di sisi peti mati akan diletakkan boneka sebagai ganti orang-orang yang datang melawat. Peletakan boneka dipercaya akan menggantikan orang-orang yang telah datang untuk menemani ruh mendiang di alam kematian. Hal ini selaras dengan pemikiran modern yang lebih bebas dan tidak terbatas pada aturan-aturan lama. Bagaimanapun, dalam menghadapi kematian anggota keluarga tentunya akan diikuti duka yang begitu besar dan berat, sehingga tidak heran masyarakat Jepang modern mulai mencari alternatif mengenai pengambilan tanggal berdasarkan Rokuyo. Ditemui juga beberapa keluarga yang tidak mengindahkan keyakinan yang ditawarkan oleh Rokuyo, karena bagi beberapa orang, duka lebih berat dipendam dibanding kepercayaan pada sesuatu yang mistis.
ADVERTISEMENT