Konten dari Pengguna

Mengapa Hanya Sedikit Kota Berhasil Menata Menjadi Kota Hijau?

Anita Qurrotul Aini
Mahasiswi semester 1 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Program Studi Pendidikan Matematika
4 Desember 2024 16:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anita Qurrotul Aini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Taman kota (Sumber: Foto oleh Melike: https://www.pexels.com/id-id/foto/kota-pohon-taman-kebun-17227141/)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Taman kota (Sumber: Foto oleh Melike: https://www.pexels.com/id-id/foto/kota-pohon-taman-kebun-17227141/)
ADVERTISEMENT
Pernahkah kita merasa sesak saat beraktivitas di tengah kota besar? Atau mungkin merasa lelah karena polusi udara yang terus menghantui setiap langkah kita? Di zaman yang semakin berkembang ini, banyak kota besar yang mengalami masalah serius seperti kemacetan, polusi udara, serta berkurangnya ruang terbuka hijau. Kondisi ini, meskipun mungkin sudah menjadi hal yang biasa, sebenarnya sangat berdampak buruk bagi kualitas hidup manusia. Nah, di sinilah pentingnya peran tata kota hijau yang baik, sesuatu yang sering kali terabaikan padahal memiliki banyak manfaat, baik bagi manusia, lingkungan, ekonomi, bahkan seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Meskipun tuntutan untuk menciptakan kota yang ramah lingkungan semakin meningkat, kenyataannya hanya sedikit kota yang berhasil mewujudkannya. Perubahan menuju kota hijau bukanlah hal yang mudah, dan ada berbagai faktor yang menghambat sebagian besar kota untuk mencapainya, yaitu sebagai berikut:
Keterbatasan Anggaran
Membangun kota hijau memerlukan investasi besar dalam berbagai aspek, mulai dari transportasi ramah lingkungan, sistem pengelolaan sampah yang efisien, hingga ruang terbuka hijau yang cukup. Namun, banyak kota yang terkendala oleh anggaran terbatas, sehingga sulit untuk melaksanakan rencana besar tersebut.
Keterbatasan Lahan
Kota-kota besar dengan kepadatan tinggi seringkali kesulitan untuk menyediakan ruang hijau, terutama di area yang sudah padat penduduk atau kawasan yang lebih banyak diisi oleh bangunan. Di kota-kota seperti Jakarta, ruang terbuka semakin langka karena pesatnya pertumbuhan kota. Mengubah lahan yang sudah terbangun menjadi area hijau memerlukan kebijakan pengelolaan yang lebih inovatif dan progresif.
ADVERTISEMENT
Kurangnya Kesadaran dan Pendidikan Lingkungan
Banyak orang yang belum sepenuhnya memahami pentingnya pembangunan berkelanjutan. Tanpa dukungan penuh dari warga, kebijakan kota hijau seringkali gagal atau tidak berjalan efektif. Untuk itu, edukasi mengenai manfaat kota hijau—baik dari segi kesehatan, kualitas hidup, maupun ekonomi—sangat diperlukan agar masyarakat lebih mendukung kebijakan tersebut.
Dampak Perubahan Iklim dan Bencana Alam
Bencana alam juga perubahan iklim menjadi tantangan besar. Kota-kota yang rawan bencana alam sering kali lebih fokus pada pemulihan dan mitigasi bencana ketimbang membangun infrastruktur hijau. Ketika bencana terjadi, perhatian dan sumber daya cenderung teralihkan untuk penanggulangan krisis, sementara pembangunan jangka panjang terkendala.
Meskipun tantangan menuju kota hijau sangat besar, hal ini bukanlah hal yang mustahil untuk dicapai. Perubahan ini membutuhkan komitmen jangka panjang dari semua pihak—pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta—untuk bersama-sama mencari solusi yang ramah lingkungan. Namun, proses ini memerlukan kesabaran dan dedikasi, karena kota hijau bukan hanya sekadar soal pohon atau taman, melainkan juga bagaimana merancang masa depan yang lebih sehat dan berkelanjutan bagi generasi mendatang.
ADVERTISEMENT
Anita Qurrotul Aini, Mahasiswi Semester satu Pendidikan Matematika Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.