Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Giat Museum Wayang Menjaga Eksistensi dengan Pergelaran Wayang
26 Mei 2022 15:26 WIB
Tulisan dari Annisa Dyah Novia Arianto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sempat terhenti dua tahun karena pandemi Covid-19, Dinas Kebudayaan DKI Jakarta melalui Unit Pengelola Museum Seni kembali menyelenggarakan pergelaran wayang kedua di Museum Wayang, Jalan Pintu Besar Utara Nomor 27, Jakarta Barat.
ADVERTISEMENT
Pentas yang telah dilangsungkan pada Minggu (22/5/2022) itu menghadirkan Ki Sukandar Winarto, dalang kawakan asal Gunung Kidul, Yogyakarta. Lakon yang dibawakan oleh Ki Sukandar bertajuk “Gendero Jati Waseso”.
Sebagai awalan usai PPKM dilonggarkan, Museum Wayang telah mengundang dalang Ki Sri Kuncoro Brimob untuk mementaskan lakon “Gatotkaca Wisuda” pada Minggu (27/5/2022) lalu.
Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta Iwan Henry Wardhana menyebut bahwa pergelaran wayang di Museum Wayang telah menjadi kegiatan rutin setiap Minggu dengan lakon, jenis wayang, dan dalang yang berbeda-beda sebelum pandemi.
Namun, sejak adanya pandemi Covid-19, pagelaran wayang dihentikan sementara.
“Saya sangat mengapresiasi dan mendukung Unit Pengelola Museum Seni dalam usahanya meningkatkan antusiasme masyarakat untuk berkunjung ke museum dan mengenal seni budaya Indonesia, khususnya wayang kulit,” ucap Iwan seperti dikutip dari mediaindonesia.com pada Selasa, (25/5/2022).
ADVERTISEMENT
Kepala Satuan Pelayanan Museum Wayang Sumardi menambahkan bahwa tahun ini Dinas Kebudayaan DKI Jakarta memberikan izin kepada Museum Wayang untuk melangsungkan sepuluh kali pagelaran wayang dalam setahun.
Berbanding terbalik dengan tahun-tahun sebelum pandemi yang dapat melaksanakan pagelaran wayang hingga empat puluh kali tiap tahunnya.
“Saya menghaturkan banyak terima kasih atas perhatian dan keikutsertaannya dalam melestarikan, mengembangkan, dan mempromosikan wayang sebagai seni budaya kita,” tutur Sumardi ketika membuka pergelaran wayang.
“Tidak hanya sekadar dipajang, tetapi juga di-tanggap (dipertunjukkan),” lanjut Sumardi.
Pukul 10.00 WIB, pentas wayang dilangsungkan. Lima belas pengrawit dan tiga sinden memainkan perannya. Ki Sukandar mengawali pertunjukan dengan memainkan gunungan wayang.
Pentas berdurasi empat jam yang dilangsungkan dalam aula Museum Wayang itu menyediakan sekitar tujuh puluh kursi untuk pengunjung. Penonton datang silih berganti tetapi tetap hadir beberapa orang yang duduk dari awal sampai akhir pertunjukan.
ADVERTISEMENT
Promosi pergelaran yang gencar dilakukan oleh pihak pengelola Museum Wayang melalui sosial media, pamflet, atau brosur sukses menarik animo wisatawan domestik dan asing untuk memenuhi aula Museum Wayang.
Sebagai bentuk interaksi, Sumardi dan Ki Sukandar memberikan kuis kepada para penonton yang berhadiah plakat khusus dari Museum Wayang. Kuis yang berisi cuplikan dari alur cerita wayang itu ditempatkan di awal dan akhir pementasan.
Haryono, penonton wayang asal Ngawi berhasil mendapatkan plakat dari Museum Wayang.
Haryono mengungkapkan bahwa dia menyukai falsafah wayang karena pergelaran tidak hanya sekadar tontonan, tetapi juga tuntunan kehidupan manusia.
“Namanya hobi, namanya penggemar, di mana aja pasti didatengin (pergelaran wayang),” kata Haryono.
Antusiasme terhadap pertunjukan wayang turut dilakukan oleh Aymerich, turis asal Prancis, yang sedang berlibur di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Aymerich menceritakan rasa penasarannya terhadap wayang karena buku bertajuk Tales from Djakarta: Caricatures of Circumstances and Their Human Beings karangan Pramoedya Ananta Toer.
Aymerich tertarik dengan wayang kulit berkarakter orang Eropa.
“I think, sometimes museum is boring. But, when there is a show, use audio visual. It’s more interesting, same like puppet theater today,” kata Aymerich.
Aymerich, lebih lanjut memberikan saran kepada pihak pengelola Museum Wayang untuk memasang spanduk berisi orientasi mengenai wayang. Karena sebagai seorang turis, Aymerich tidak begitu paham dengan wayang. Alhasil, Aymerich perlu dipandu oleh tour guide.
Museum Wayang menjadi salah satu ikon destinasi wisata untuk melestarikan budaya. Dalam melaksanakan pergelaran, Museum Wayang bekerja sama dengan Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI).
ADVERTISEMENT
Pergelaran di dalam museum dilakukan dengan PEPADI DKI Jakarta, sementara pagelaran di luar museum atau di tempat umum dilakukan dengan PEPADI Pusat.
Kini, keadaan kembali normatif dan destinasi wisata mulai dibuka kembali termasuk wayang. Berbagai pergelaran wayang sudah dilakukan, tidak hanya di Museum Wayang.
Tidak perlu merogoh kocek dalam untuk mengunjungi Museum Wayang. Harga tiket masuk untuk dewasa adalah Rp5.000, sementara untuk anak-anak dan mahasiswa dapat masuk dengan harga yang lebih murah yaitu Rp2.000 dan Rp3.000.
Pembayaran dilakukan melalui kartu Jakcard. Museum yang dibuka sejak pukul 9.00 sampai 14.00 tiap Selasa sampai Minggu ini juga memiliki akses kendaraan umum yang cukup banyak.
Bagi pengunjung yang hendak menonton pagelaran wayang bisa langsung berkunjung ke Museum Wayang sesuai jadwal yang tertera.
ADVERTISEMENT
Namun, bagi masyarakat yang belum bisa datang langsung ke Museum Wayang bisa menyaksikan secara daring atau live streaming melalui kanal YouTube Museum Wayang.
Sukandar Winarto menyebutkan bahwa untuk mengenal dan mengembangkan budaya wayang, harus diperkenalkan sedini mungkin sejak dari TK sampai perguruan tinggi.
“Karena budaya yang adiluhung dan berbudi pekerti luhur, Indonesia akan menjadi percontohan baik bagi negara lain,” pesan Sukandar.
Imbauan Sukandar turut diamini oleh Suroto, pemain gamelan sekaligus dosen ekonomi di Universitas Pamulang. Suroto juga pernah mengampu mata kuliah Sastra Jawa di kampus yang sama.
Suroto menuturkan bahwa Sanggar Nirmalasari yang terletak di Jakarta Selatan menjadi tempat menimba ilmu pewayangan bagi para dalang dan pemain gamelan cilik.
Dalam dua tahun sekali, anak-anak perwakilan dari Sanggar Nirmalasari akan berkompetisi melalui Festival Dalang Cilik di Taman Budaya Surakarta.
ADVERTISEMENT
“Wayang kulit ‘kan sudah diakui oleh UNICEF. Sudah menjadi tugas kita semua, terutama generasi muda untuk mewariskan seni wayang. Ada pelaku, pelestari, dan penonton wayang yang bersinergi melestarikan wayang supaya tetap eksis,” pungkas Suroto.