Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Krisis Ekonomi Gen Z di Indonesia pada Era Digital: Meninjau dan Solusi
7 Agustus 2024 5:54 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Annisa Rahma Lila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Generasi Z, telah berada di tengah transformasi besar di era digital. Di Indonesia, perubahan ini membawa tantangan baru yang signifikan terutama bagi kehidupan ekonomi. Dengan meningkatnya teknologi digital, terdapat tantangan ekonomi yang dihadapi Gen Z di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Gen Z berhadapan dengan berbagai masalah. Kesulitan memasuki pasar kerja, utang pendidikan, kenaikan biaya hidup, dan kurangnya literasi keuangan. Artikel ini membahas mengenai krisis ekonomi yang dihadapi oleh Gen Z di Indonesia, baik dari faktor penyebabnya, serta membantu mereka mengeksplorasi solusi dalam mengatasi tantangan tersebut.
Apa Saja Tantangan Ekonomi Gen Z di Indonesia?
Gen Z di Indonesia memiliki tantangan utama yaitu ketidakpastian pasar kerja dan kesulitan dalam memasuki pasar kerja yang kompetitif. Transformasi digital dan otomatisasi telah mengubah lanskap pekerjaan secara dramatis. Dalam Laporan lain dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa tingkat pengangguran di kalangan lulusan perguruan tinggi meningkat, dengan angka pengangguran mencapai 5,18% pada tahun 2023 (BPS, 2023). Banyak dari mereka yang terpaksa bekerja dalam posisi yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan, atau terjebak dalam pekerjaan informal dengan pendapatan yang tidak stabil. Oleh sebab itu, diperlukannya kestabilan pasar kerja pada setiap bidang pekerjaan untuk meminimalisirkan keterpaksaan bekerja di sektor yang melenceng dari latar belakang pendidikan mereka.
ADVERTISEMENT
Permasalahan utang pendidikan yang mempengaruhi banyak mahasiswa dan lulusan baru di Indonesia. Meskipun terdapat lonjakan biaya pendidikan tinggi di Indonesia relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan negara maju. Biaya kuliah menjadi tantangan besar bagi keluarga dengan pendapatan menengah ke bawah. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mempunyai peningkatan biaya pendidikan tinggi mencapai 2 kali lipat dari total biaya pendidikan jenjang sekolah menengah/sederajat yang membuatnya makin sulit bagi Gen Z untuk menanggung biaya tersebut tanpa mengandalkan utang (BPS, 2021).
Seperti maraknya kasus pinjaman online (pinjol) yang menjadi masalah baru di kalangan mahasiswa. Pinjol sering kali menawarkan akses mudah ke dana tunai, namun memiliki bunga yang sangat tinggi dan syarat yang tidak transparan. Dalam data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), terdapat sekitar 20% mahasiswa yang mengambil pinjaman pendidikan beralih ke pinjol agar bisa memenuhi kebutuhan finansial mereka, yang sering berujung pada siklus utang yang makin membebani (Septiani, 2023).
ADVERTISEMENT
Lonjakan biaya hidup di kota-kota besar seperti Jakarta, Bekasi, Makassar, dan Tangerang telah memberikan dampak signifikan pada kesejahteraan finansial masyarakat, khususnya bagi Generasi Z. Peningkatan tajam dalam dekade terakhir ini membuat beban finansial makin berat, terutama bagi mereka yang baru memulai karier atau masih dalam pendidikan.
Menurut Survei Biaya Hidup peningkatan biaya tempat tinggal, transportasi, dan makanan melonjak secara signifikan dalam dekade terakhir ini.(Karnadi, 2021).
Dampak ini tidak hanya membatasi kemampuan mereka untuk menabung dan berinvestasi, tetapi juga memperparah ketimpangan sosial dan ekonomi di Indonesia, dengan kekayaan makin terpusat pada kelompok tertentu dan memperlebar jurang antara yang kaya dan miskin.
Adanya Keterbatasan Akses ke Layanan Keuangan
ADVERTISEMENT
Gen Z di Indonesia juga menghadapi kesulitan dalam mengakses layanan keuangan yang memadai. Meskipun teknologi finansial (fintech) telah berkembang secara pesat. Gen Z cenderung memiliki kesenjangan dalam literasi keuangan. Laporan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan bahwa literasi keuangan di Indonesia masih pada tingkat rendah. Sekitar 49% dari populasi dewasa yang memahami konsep dasar pengelolaan keuangan ( Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan, 2022). Dalam hal ini OJK juga berniat meningkatkan informasi literasi dan inklusi keuangan di Indonesia dalam literasi keuangan digital.
Apa Faktor Penyebab Krisis Ekonomi Gen Z di Indonesia?
Kesenjangan antara keterampilan yang dimiliki oleh lulusan dan keterampilan yang dibutuhkan oleh industri. Seperti yang dibahas dalam laporan Badan Pusat Statistik di Indonesia terdapat banyak lulusan di Indonesia yang tidak memiliki keterampilan yang sesuai dengan tuntutan pasar kerja, seperti keterampilan digital dan teknis. Hal ini mengakibatkan tingkat pengangguran yang tinggi di kalangan lulusan muda dan menghambat kesempatan mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang baik (BPS, 2023).
ADVERTISEMENT
Ketimpangan Ekonomi dan Sosial
Ketimpangan ekonomi di Indonesia makin melebar dengan konsentrasi kekayaan yang meningkat di tangan orang-orang tertentu saja. Menurut data dari Bank Dunia menunjukkan Indonesia memiliki salah satu tingkat ketimpangan pendapatan tertinggi di Asia Tenggara. Hal ini bisa berdampak pada Gen Z, terutama mereka yang berasal dari latar belakang ekonomi rendah yang memiliki kesulitan dalam mengakses peluang ekonomi dan sosial yang sama (World Bank Group, 2023).
Peranan media sosial dan platform digital juga sering kali menciptakan tekanan untuk memenuhi standar hidup yang tinggi, sehingga dapat mengarah pada pola konsumsi yang tidak berkelanjutan. Seperti pada era digital saat ini mereka menunjukkan bahwa konsumsi media sosial di kalangan Gen Z di Indonesia sangat tinggi, dan banyak yang merasa tertekan untuk mengikuti gaya hidup yang dipromosikan di media sosial, meskipun pendapatan mereka tidak mencukupi untuk mendukung gaya hidup tersebut.
ADVERTISEMENT
Bagaimana Solusi untuk Krisis Ekonomi Gen Z di Indonesia?
Untuk menghadapi tantangan di pasar kerja, penting untuk meningkatkan pendidikan dan pelatihan keterampilan di kalangan Gen Z. Program pelatihan yang fokus pada keterampilan digital dan teknis dapat membantu mereka menyesuaikan diri dengan tuntutan pasar kerja. Pemerintah dan sektor swasta dapat berkolaborasi untuk menyediakan pelatihan keterampilan yang relevan, serta memfasilitasi akses ke pendidikan tinggi yang lebih terjangkau
Reformasi dalam sistem pendidikan tinggi juga diperlukan untuk mengurangi beban utang pendidikan. Pemerintah dapat mempertimbangkan untuk memberikan subsidi atau beasiswa lebih banyak bagi mahasiswa dari latar belakang ekonomi rendah, serta memperkenalkan kebijakan yang membuat biaya pendidikan lebih terjangkau. Inisiatif seperti Program Kartu Indonesia Pintar (KIP) yang sudah ada dapat diperluas untuk mencakup biaya pendidikan tinggi. Namun tetap perlu adanya kolaborasi antara universitas dengan pemerintah dalam mengarahkan mahasiswa ke alternatif beasiswa atau dana pendukung lainnya ketika terdapat masalah biaya.
ADVERTISEMENT
Meningkatkan literasi keuangan di kalangan Gen Z sangat penting untuk membantu mereka mengelola keuangan mereka dengan lebih baik. Program pendidikan keuangan yang diperkenalkan di sekolah dan universitas dapat memberikan keterampilan pengelolaan uang yang diperlukan. Selain itu, penggunaan aplikasi fintech yang mendidik dapat membantu Gen Z dalam merencanakan anggaran dan investasi dengan lebih bijaksana.
Perlu adanya dukungan dari pemerintah dan sektor swasta juga berpengaruh untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan ekonomi Gen Z. Kebijakan yang mempromosikan terciptanya lapangan kerja, pengurangan biaya hidup, dan akses ke layanan keuangan yang terjangkau dapat membantu mengatasi krisis ekonomi ini. Adanya inisiatif seperti insentif untuk bisnis yang mempekerjakan Gen Z atau program-program subsidi perumahan dapat memberikan dukungan langsung yang diperlukan.
ADVERTISEMENT
Dapat disimpulkan bahwa krisis ekonomi yang dihadapi oleh Gen Z di Indonesia dilandasi berbagai faktor, termasuk perubahan dalam pasar kerja, kesenjangan pendidikan dan keterampilan, ketimpangan sosial dan ekonomi, serta pengaruh konsumsi digital. Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan pendekatan yang menyeluruh, termasuk peningkatan pendidikan dan pelatihan keterampilan, reformasi hutang pendidikan, peningkatan literasi keuangan, serta dukungan dari pemerintah dan sektor swasta. Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan Gen Z dapat mengatasi krisis ekonomi dan mencapai stabilitas serta kesuksesan di era digital yang terus berkembang.
Daftar Referensi:
BPS. (2023). Laporan Pengangguran di Kalangan Lulusan Perguruan Tinggi di Indonesia. Dibuka pada 5 Agustus 2024 dari
ADVERTISEMENT
BPS.(2021). Statistik Penunjang Pendidikan 2021. Dibuka pada 5 Agustus 2024 dari
Karnadi, A. Biaya Hidup di Kota-Kota Indonesia. Dibuka pada 5 Agustus 2024 dari
Septiani, L. Utang Pinjol Mahasiswa dan Pekerja Naik Jadi Rp 27,3 Triliun. Dibuka pada 5 Agustus 2024 dari
Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan. SNLIK OJK 2022: Indeks Literasi dan Inklusi Keuangan Masyarakat Meningkat. Dibuka pada 5 Agustus 2024 dari
World Bank Group. (2023). Kajian Baru Bank Dunia Menekankan Pentingnya Penciptaan Peluang yang Lebih Baik dan Perlindungan Terhadap Kemiskinan di Indonesia. Dibuka pada 5 Agustus 2024 dari
ADVERTISEMENT