Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Analisis Semiotik Jaket Biru Menteri Jokowi
22 Desember 2020 20:27 WIB
Tulisan dari Anwar Saragih tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam politik tidak ada yang kebetulan, jika itu terjadi, anda bisa bertaruh, segala sesuatu telah direncanakan sebelumnya. Termasuk soal menyoal setelan pakaian kemeja putih yang dipadukan dengan jaket biru 6 (enam) calon menteri yang diumumkan Presiden Jokowi sore tadi (22/12).
ADVERTISEMENT
Muncul pertanyaan utama yang selalu layak dianalisis soal: makna dominasi warna biru yang dipakai calon menteri yang baru diumumkan itu, secara politik apa maknanya?
Warna biru adalah warna dasar yang tidak bisa dibuat dengan pencampuran antar satu warna dengan warna lainnya. Biru itu otentik, sama seperti warna merah dan kuning sebagai warna primer dalam struktur warna.
Pada pilpres 2019 yang lalu, pasangan Prabowo-Sandi memilih biru sebagai warna dominan setiap kampanye mereka. Mulai dari pakaian kemeja/kaus hingga tagline di media sosial dengan tagar #RabuBiru yang menunjukkan 17 April 2020 jatuh pada hari rabu. Sementara pasangan Jokowi-Maruf memilih dominasi warna putih pada setiap acara kampanyenya dengan tagar #RabuPutih.
Seorang pakar semiotika bernama Roland Barthes (1976) menyebutkan pemaknaan sebuah tanda selalu betautan dengan sesuatu yang ada di sekitarnya, waktu, dan kondisi yang ada. Tanda ini yang kemudian membawa pesan tersirat tokoh-tokoh politik dalam menyampaikan pesan politik mereka.
ADVERTISEMENT
Jokowi termasuk orang yang komunikasi politiknya yang kerap mengadopsi simbol, tanda hingga warna seperti yang dijelaskan Barthes di atas. Artinya soal tanda, ini sangat lumrah digunakan Presiden Jokowi.
Apalagi suara Jokowi-Maruf di Pilpres 2019 adalah 55,5 % sementara Prabowo-Sandi 44,5% yang jika dijumlahkan adalah 100%. Demikian istilah #RabuPutih dan #RabuBiru kekuasaan akan habis dibagi besok ketika Sandiaga Uno dilantik menjadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada Rabu, 23 Desember 2020.
Lebih lagi, ekonomi Indonesia sedang babak belur dipukul oleh Covid-19. Presiden Jokowi membutuhkan yang namanya kestabilan politik hingga ia menarik Mantan Ketum HIPMI (2001-2004) Muhammad Lufti sebagai Menteri Perdagangan.
Artinya ini menjadi napas baru dalam upaya perbaikan ekonomi di masa dan pasca Covid-19. Jadi reshuffle kabinet ini semacam landasan Indonesia mencapai Ekonomi Biru.
ADVERTISEMENT
Istilah Ekonomi Biru pertama kali diperkenalkan oleh Gunter Pauli (2010) dalam bukunya yang berjudul : "The Blue Economy : 10 Years, 100 Innovation, 100 million Jobs", yang mana logikanya dengan membangun ekosistem kerja menuju efisiensi dengan menitik beratkan pada inovasi dan kreativitas produk, sistem produksi dan penataan sumber daya.
Artinya Kabinet Indonesia Maju (KIM) akan merevisi Blueprint ekonomi dengan rencana bentuk baru yang tentu saja akan dituliskan di atas kertas berwarna biru sebagaimana penamaannya Blueprint Ekonomi Indonesia Pasca Covid-19.
Pada sisi lain, ini bisa jadi sebagai perjudian kekuasaan karena akan dicap menciptakan kartel kekuasaan baru. Alasannya semua kekuatan politik sudah dipangku tanpa menghitung berat dan residu kekuasaan itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Walaupun yang ditukarkan adalah layaknya chip set berwarna biru yang merupakan koin yang paling tinggi dalam permainan poker nilainya di antara warna koin lainnya merah, kuning dan hijau.
Biru barang tentu juga sangat alami, ia mewakili warna laut dan langit meski kita jarang menemukannya dalam buah-buahan atau sayur mayur.
Biru juga mewakili kontradiktifnya pemerintahan Jokowi tapi mewakili kedalaman, ketenangan, dan kepercayaan pada sumber-sumber pemangku kepentingan.
Jauh daripada itu, bisa saja biru ini hanya sebuah fantasi layaknya robot kucing biru yang diciptakan Fujiko F Fujio (1975) bernama Doraemon. Ia memberi kita harapan untuk berada pada satu titik yang sulit kita bayangkan hanya dengan pintu ke mana saja.
Jayapura, 22 Desember 2020
ADVERTISEMENT