Konten dari Pengguna

Sudjiatmi Notomihardjo, Sang Pengukir Hati Jokowi

26 Maret 2020 11:53 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anwar Saragih tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber Foto : Twitter Setkab
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Foto : Twitter Setkab
ADVERTISEMENT
Pada suasana sesak, kala anaknya memimpin perjuangan melawan pandemi corona. Ibunda Presiden Jokowi, Sudjiatmi Notomihardjo meninggal dunia pada usia yang ke-77 tahun (25/3).
ADVERTISEMENT
Sudjiatmi sakit dengan keadaan sepi, jauh dari hingar bingar pemberitaan media. Kala bertahun-tahun lamanya, melawan penyakit kanker yang dia simpan dibalik senyum semangatnya.
Sudjiatmi mangkat dengan kesederhanaan di Solo. Jauh dari putera satu-satunya yang berstatus orang nomor satu di negeri ini, yang kini sibuk memimpin perang melawan COVID 19 untuk menyelamatkan nyawa 260 juta jiwa rakyat Indonesia, dari ibukota : DKI Jakarta.
Sumber Foto : Twitter
Pada ujung mautnya, Sudjiatmi terlihat memilih tidak terlalu menambah beban puteranya : -- harus menyelamatkan rupiah yang sedang anjlok, memperbaiki ekonomi Indonesia sekaligus menjawab kritik yang tiada henti hadir setiap waktu. Pun hal itu belum termasuk melawan arus fitnah dan hoaks yang berseliweran tiada henti menyerang Jokowi.
ADVERTISEMENT
Siapa pun pasti mengerti. Kepergian Sudjiatmi, meninggalkan luka yang amat mendalam bagi Jokowi. Rasa kehilangan terhadap ibu yang mencintainya tak terbatas dan tanpa syarat.
Panjang usus (kesabaran) atas fitnah yang tak berkesudahan, pada masa ketika Jokowi berada di politik. Hati yang luas seperti samudera menerima segala hinaan. Langit yang tak terukur tanpa kebencian.
Perempuan yang mengukir dengan hati, diantara pengukir-pengukir kayu yang pernah hadir di kehidupannya.
Sudjiatmi adalah putri dari pasangan Wirorejo dan Sani, tukang kayu dari Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Suaminya, Widjiatno Notomihardjo juga seorang tukang kayu dari Solo. Hingga pekerjaan yang sama sebagai tukang kayu juga sempat digeluti oleh anaknya pertamanya Jokowi.
Pasangan Sudjiatmi dan Widjiatno Notomihardjo dikaruniai 4 (empat) anak, Jokowi adalah yang paling sulung dan satu-satunya laki-laki, yang setelahnya ada 3 (tiga) adik perempuan Jokowi, yaitu Iit Sriyantini, Ida Yati, dan Titik Relawati.
ADVERTISEMENT
Pun Sudjiatmi adalah saksi hidup bagaimana kehidupan Jokowi kecil, remaja hingga dewasa. Jokowi yang 3 (tiga) kali digusur rumahnya. Jokowi kecil yang pernah berdagang, mengojek payung, dan jadi kuli panggul untuk sekadar uang jajan dan keperluan sekolah.
Diatas segala tingkah laku kenakalan anak-anak, Sudjiatmi merupakan goresan pertama dalam ukiran bernama Jokowi. Mengharuskannya membayar segala makanan yang dipesan Jokowi, yang dikisahkan kala anak-anak suka memanggil pedagang makanan dan memesan jajanan sesuka hati.
Hingga pada satu waktu, Jokowi kecil pernah salah memanggil pedagang. Dikiranya saat itu, pedagang yang dipanggilnya adalah pedagang jajanan pasar. Ternyata pedagang arang.
Sudjiatmi bergegas berlari menemui pedagang itu, lalu membeli sebungkus arang, sambil berkata : “Ayo, Joko…makan, habisin ya. kamu kan yang kepingin jajan”.
ADVERTISEMENT
Meski tidak benar-benar, menyuruh anaknya memakan arang. Sudjiatmi kerap memberi pelajaran moral dalam tingkah laku Jokowi.
Sudjiatmi mengajarkan tindak perilaku kehidupan pada Jokowi, layaknya tukang kayu yang memiliki peralatan beragam dalam bekerja, yang membuat segala sesuatu tidak bisa diselesaikan dengan satu alat kerja saja.
Pun tukang kayu bisa hanya mengandalkan palu dalam bekerja yang membuatnya terus memukul. Ada kalanya harus menggunakan pensil dan penggaris agar penyelesaian persoalannya bisa terukur.
Ada kalanya pula harus menggunakan paku terhadap sikap agar tidak gampang goyah. Serta ada kalanya harus menggunakan lem agar bisa merekatkan yang sempat terpisah.
Sudjiatmi menjadi rujukan moral yang mengukir Jokowi sebagai seorang manusia dan pemimpin.
ADVERTISEMENT
Tidak asal menggebuk perilaku fitnah yang menyerang keluarga Jokowi, kadang terlihat hanya dijawab dengan sebatas klarifikasi atas tuduhan yang datang.
Bahkan dalam memukul, Jokowi terlihat hanya memakainya kala hal-hal yang esensial seperti toleransi dan keragaman Indonesia yang diganggu.
Akhirnya setelah ukiran itu paripurna, Sudjiatmi pun mangkat. Sudjiatmi yang mengandung berbulan-bulan dan menjadi awan pelindung bagi Jokowi untuk menahan teriknya panas matahari.
Apa yang pernah ditanam kini tumbuh subur dan berbuah. Apa yang pernah diukir, kini telah berbentuk dengan sempurna dan berguna bagi banyak umat manusia. Terima kasih rahimnya, ibu.
Diatas segalanya, Tuhan yang menjaga dan melihat diatas semua amal, perbuatan dan ibadah. Tuhan pula menempatkan ibu di sisinya dan dibukakan pintu surga. Beristirahatlah dengan damai, Ibu Sudjiatmi.
ADVERTISEMENT
Anwar Saragih adalah Penulis Buku Berselancar Bersama Jokowi