Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
3 Tips Berkelanjutan Dalam Menghentikan Stigma Negatif terhadap Suku Madura
15 Juli 2024 16:03 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Aprilia Sadatul Zahrah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai orang Madura asli yang merantau ke kota besar, banyak sekali stigma negatif yang penulis dengar dan dapatkan mengenai identitas penulis yang merupakan orang Madura. Mengutip dari (Ayu & MHSc, 2017), Stigma merupakan pemberian symbol negative terhadap suatu individu maupun kelompok lain.
ADVERTISEMENT
Madura sendiri merupakan salah satu pulau yang terletak di Jawa Timur yang terdiri dari 4 kabupaten. Di antaranya Bangkalan, Pamekasan, Sumenep, dan Sampang.
Stigma-stigma negatif seperti orang Madura yang dilabeli sebagai suku yang keras, berperilaku seenaknya sendiri, dan kasar merupakan hal yang sering penulis dengar dan terima dari etnis lain.
Sebenarnya, alasan mengapa banyak etnis lain melabeli suku Madura dengan hal yang negative ialah karena banyaknya perantau asli Madura di berbagai kota di Indonesia bahkan di luar negeri, hal inilah yang membuat banyak etnis lain mengenali hingga hidup berdampingan dengan masyarakat Madura. Bahkan menurut data Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Jawa Timur, sekitar 75% masyarakat Madura tinggal di luar Madura (Anshori, 2017).
ADVERTISEMENT
Namun, stigma negative mengenai suku Madura yang telah banyak disepakati oleh etnis lain ini tentunya perlu dihentikan dan diubah. Selain karena dampak nya yang membuat etnis lain memandang buruk suku Madura, stigma negative ini juga dapat menghalangi generasi mendatang dari suku Madura yang hendak mengembangkan diri di perantauan. Oleh karenanya, berikut 3 tips berkelanjutan yang dapat dilakukan oleh masyarakat Madura dalam menghentikan stigma negative terhadap suku Madura:
1. Pendidikan
Pendidikan merupakan kunci utama untuk memangkas dan menghentikan stigma negative etnis lain terhadap suku Madura. Masyarakat Madura terbilang masih memiliki kesadaran yang minim terhadap pentingnya Pendidikan. Rata-rata Pendidikan akhir paling tinggi dari suku Madura adalah di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Dan kebanyakan dari mereka setelah menyelesaikan studi SMA melanjutkan jenjang karier dengan mencari pekerjaan di perantauan tanpa pembekalan skill yang memadai untuk dapat bekerja di sektor formal. Sehingga, hal tersebut menyebabkan kebanyakan masyarakat Madura bekerja di sektor informal seperti menjadi buruh pabrik dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Oleh karenanya, pendidikan disini sangatlah penting karena selain dapat membangun dan menanamkan pengetahuan serta keterampilan kepada masyarakat Madura agar dapat bersaing dengan etnis lain dalam bekerja di sektor formal, pendidikan juga menjadi kunci agar dapat melahirkan sumber daya manusia yang memiliki karakter positif di tanah perantauan dan dapat hidup berdampingan secara harmonis dengan etnis lain.
2. Adaptif dan berbaur dengan budaya yang berbeda
Sikap adaptif dan menerima perbedaan juga merupakan sikap yang perlu dilatih dan diterapkan oleh suku Madura terlebih di perantauan. Rata-rata perantau yang berasal dari Madura akan tinggal di wilayah yang penghuni nya juga merupakan suku Madura. Sebenarnya, jika ditelusuri lebih dalam lagi hal ini disebabkan karena budaya gotong royong yang sangat melekat di suku Madura, sehingga kebanyakan perantau yang berasal dari Madura akan tinggal di wilayah yang penghuni nya mayoritas suku Madura. Namun, hal tersebut juga akan membuat suku Madura tidak terbiasa dengan perbedaan dan membuat mereka berfikir bahwa mereka masih tinggal di lingkungannya karena orang-orang yang mereka temui dan Bahasa yang mereka gunakan masih tetaplah sama seperti daerah asal mereka. Oleh karena itulah, banyak review dari etnis lain yang mengatakan bahwa masyarakat Madura memiliki sikap seenaknya sendiri bahkan di tanah perantauan.
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itulah, penting untuk beradaptasi dan mempelajari budaya dari etnis lain khususnya budaya dari wilayah yang sedang dijadikan tempat perantauan, sehingga akan timbul adanya sikap adaptif. Hal ini sesuai dengan istilah “Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung” yang artinya sudah sepatutnya mengikuti dan menghormati adat istiadat yang berlaku di tempat yang kita tinggali.
Dibanding mempraktekkan budaya asli Madura yang hanya ditoleransi oleh sesama suku Madura di tanah perantauan, akan lebih baik untuk lebih menerima dan menghargai budaya dan nilai-nilai dari wilayah tempat perantauan yang sedang ditempati.
3. Introspeksi Diri
Introspeksi diri merupakan salah satu sikap yang perlu dilakukan oleh suku Madura saat di perantauan. Hal ini perlu dilakukan karena sebagian perantau suku Madura yang telah penulis temui memiliki sikap etnosentrime. Mengutip dari KBBI, Sikap etnosentrisme merupakan sikap atau pandangan yang berpangkal pada masyarakat dan kebudayaan sendiri, biasanya disertai dengan sikap dan pandangan yang meremehkan masyarakat dan kebudayaan lain. Sikap inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa stigma negative terhadap suku Madura tercipta dari etnis lain. Karena adanya sikap etnosentrime tersebut membuat suku Madura merasa budaya yang dimilikinya adalah budaya yang paling benar dan baik, sehingga sikap inilah yang membuat suku Madura sulit menerima kritik dari etnis lain dan alhasil timbullah stigma bahwa masyarakat Madura adalah masyarakat yang ngeyel atau sulit untuk diberi tahu.
ADVERTISEMENT
Oleh karenanya, untuk mengatasi permasalahan seperti di atas perlu adanya introspeksi dari masyarakat Madura itu sendiri, khususnya bagi masyarakat yang di perantauan. Sehingga, akan menciptakan lingkungan yang harmonis antar etnis di wilayah perantauan.
Dengan adanya artikel ini, penulis berharap khususnya kepada masyarakat Madura untuk saling bekerja sama menghentikan stigma negative yang telah melekat kepada suku Madura dari etnis lain. Sehingga, di masa mendatang generasi masa depan dari suku Madura tidak mengalami pandangan buruk dari etnis lain dan dapat mengembangkan diri di wilayah manapun dengan sambutan positif dari etnis lain. Selain itu, penulis juga berharap agar masyarakat dari etnis lain tidak memukul rata stigma negative terkait suku Madura kepada tiap-tiap masyarakat Madura. Sehingga, tidak ada pihak yang tidak bersalah yang dirugikan.
ADVERTISEMENT
Referensi:
Ayu, N., & MHSc, K. (2017). Pengaruh Stigma Terhadap Perubahan Perilaku Remaja (Studi terhadap Stigma Negatif Remaja Mukim Kongsi Gampong Kuta Barat Kota Sabang) . Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, 234.
Anshori, M. (2017). Analisis wirausaha terhadap keberhasilan bisnis suku Madura.Universitas Andalas.