Konten dari Pengguna

Langkah Strategis Pasca-bonus Demografi

Muhammad Aqiel
Alumni FISIP Universitas Lampung
11 Februari 2021 5:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Aqiel tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi penduduk usia produktif Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi penduduk usia produktif Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Strategi tanpa taktik adalah rute paling lambat menuju kemenangan. Taktik tanpa strategi adalah suara sebelum kekalahan.
ADVERTISEMENT
- Sun Tzu, The Art of War
Kebijakan dalam mengentaskan permasalahan kependudukan dan ketenagakerjaan di Indonesia akan semakin kompleks dimasa mendatang. “Bonus Demografi” yang telah dinikmati semenjak awal periode tahun 2000-an akan membuka “Window of Opportunity” pada tahun 2030-2035, tidak lama lagi dari saat ini, sementara itu Indonesia juga akan mengalami era penduduk lanjut usia mulai tahun 2030.
Dengan konsentrasi penduduk di daerah perkotaan Jawa, perencanaan kependudukan yang dikaitkan dengan berbagai aspek perekonomian lain, perlu mendapat perhatian lebih serius. Terutama upaya peningkatan kualitas manusia yang diperlukan sebagai faktor penggerak utama dari pertumbuhan ekonomi tetap perlu diupayakan.
Upaya melihat masa depan dinamika kependudukan dan ketenagakerjaan perlu diaksentuasi dalam metode foresight. Melihat masa depan (foresight) pada dasarnya adalah mendeteksi dini segala ancaman yang akan datang, tidak hanya membuat regresi dari masa lalu ke masa mendatang, namun secara aktif membentuk strategi untuk mempengaruhi masa depan.
ADVERTISEMENT

Horizon Scanning

Prinsip-prinsi dasar dari Horizon Scanning adalah memaparkan fakta-fakta yang terjadi di lapangan, dalam tahap ini maka Mega trend soal kependudukan Indonesia jika merujuk pada hasil statistik Migran Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2019 (Badan Pusat Statistik) ada 4 (empat) aspek yakni: Pertama, besarnya jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk yang belum mencapai kondisi ideal. Apabila pertambahan penduduk Indonesia masih pada tingkat 0,88% maka penduduk Indonesia diperkirakan akan mencapai sekitar 340 juta pada tahun 2050.
ADVERTISEMENT
Kedua, adanya besaran proporsi jumlah penduduk usia produktif (15-60 tahun) dan penduduk usia muda (10-24 tahun) sampai dengan sekitar tahun 2030. Kondisi ini berdampak pada menurunnya angka ketergantungan (dependency ratio) dan sangat berdampak positif pada pembangunan ekonomi. Sekarang ini Indonesia sedang menikmati era "bonus demografi". Sedangkan tahun 2020-2035 Indonesia akan mengalami masa “window of opportunity” yaitu masa di mana “dependency ratio” berada pada posisi sangat rendah. Setelah 2035 “dependency ratio” akan kembali meningkat.
Ketiga, Indonesia memiliki jumlah dan proporsi penduduk usia lanjut ( di atas 60 tahun) akan mengalami peningkatan yang sangat pesat setelah tahun 2030. Pada tahun 2050 jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia hampir 80 juta jiwa. Mereka terdiri dari sekitar 36 juta berusia 60-69 tahun, 32 juta berusia 70-79 tahun dan 11,8 juta berusia di atas 80 tahun.
ADVERTISEMENT
Lalu yang Keempat adalah meningkatnya proporsi penduduk daerah perkotaan (urbanisasi) dari kondisi saat ini sekitar 50 persen dari jumlah seluruh penduduk menjadi sekitar 75 persen tahun 2050.

Trend and Drivers

Selanjutnya pada tahap ini adalah mengidentifikasi trends (kecenderungan) berdasarkan hal-hal faktual yang teramati dan terumuskan dalam tahap sebelumnya. Setelah itu, dilakukannya identifikasi drivers (penggerak) dari trends tersebut yang dikelompokkan menurut STEEPV (social, technological, economics, envionmentm, politics, and values).
Oleh karena itu, penulis akan memaparkan hal tersebut berdasarkan hal-hal apa saja yang menjadi kecenderungan serta mempengaruhi/menggerakkan persoalan terkait kependudukan dan ketenagakerjaan sesuai fakta lapangan di tahap sebelumnya dalam empat (4) aspek, yang diantaranya; Pertama, besarnya jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk memiliki kecenderungan terhadap peningkatan drastis kondisi kependudukan global. Hal tersebut sesuai dengan penelitiannya Jhon Bongaarts dalam Population Dynamics and Development Opportunities (Bongaarts, 2013), Indonesia merupakan satu dari 5 (lima) negara sebagai penyumbang pertumbuhan penduduk dunia sampai dengan tahun 2050 bersama dengan India, Pakistan, Brasil, dan Nigeria. Jumlah penduduk yang besar itu akan berpengaruh juga kepada tenaga kerja dan angkatan kerja yang ada.
ADVERTISEMENT
Kedua, besarnya proporsi jumlah penduduk usia produktif (15-60 tahun) dan penduduk usia muda (10-24 tahun) sampai dengan sekitar tahun 2030 memiliki kecenderungan terhadap tingginya angkatan kerja yang berkerja pada usaha kecil dengan jumlah 185.124 perusahaan sedangkan usaha sedang berjumlah 51.092 unit, dan 76.622 unit untuk usaha besar per Triwulan II 2020 (Binwasnaker, Kemenaker, 2020). Apabila kondisi ini tidak ditanggulangi, jelas akan berpengaruh terhadap daya saing perekonomian di masa mendatang. Untuk itu Indonesia harus melakukan investasi secara efektif dan efisien dalam SDM, terutama kelompok usia muda jika tidak ingin “window of oportunity” tersebut berubah menjadi “door to disaster”.
Ketiga, proporsi penduduk lanjut usia yang akan meningkat pesat setelah tahun 2030 memiliki kecenderungan terhadap program SJSN (Sistem Jaminan Sosial Nasional) yang telah diimplementasikan sejak tahun 2019, dimana program ini harus benar-benar dirancang dengan memperhatikan aspek perubahan struktur umur, pola penyakit dan struktur sosial yang ada di masyarakat. Karena jika tidak, program tersebut akan berpengaruh pada persoalan ekonomi bangsa yang bisa meledak di masa mendatang.
ADVERTISEMENT
Keempat, meningkatnya proporsi penduduk daerah perkotaan (urbanisasi) memiliki kecenderungan terhadap pesatnya perkembangan dan pertumbuhan kota metropolitan dan kota besar yang jauh melampaui kota-kota sedang dan kecil. Akibatnya penduduk desa yang ingin pindah ke daerah perkotaan lebih banyak langsung menuju ke kota metropolitan dan besar daripada menuju kota sedang dan kecil. Kejadian ini menimbulkan banyak persoalan sosial budaya di kota metropolitan dan kota besar. Di samping itu perkembangan yang tidak terkendali dari kota metropolitan dan kota besar akan berpengaruh buruk pada persoalan lingkungan dan dapat menimbulkan ekonomi tinggi. Sebaliknya daerah pedesaan kurang berkembang dan keadaan ini berdampak pada menurunnya produksi pangan yang pada akhirnya akan berdampak pada semakin banyaknya masalah penduduk yang ada di kota dan berhubungan dengan hal-hal kriminalitas, pemukiman kumuh, anak jalanan dan makin berkembangnya sektor informal yang tidak akan menunjang pertumbuhan ekonomi seperti yang diharapkan.
ADVERTISEMENT

Creating Scenarios for the Future

Selanjutnya pada tahap ini penulis menentukan dua aspek utama yang menjadi poros penyusunan “plausible scenarios”. Proses ini menghasilkan diagram kartesius yang berisi empat (4) kuadran. Setiap kuadran diidentifikasi karakteristik dasarnya untuk menghasilkan skenario yang perlu diaksentuasi dalam produk kebijakan.
Berdasar dinamika kependudukan yang ada maka paling tidak ada empat (4) persoalan pokok yang yang menjadi dasar permasalahan yang harus diantisipasi dalam penyusunan skenario atau strategi untuk masa mendatang. Pertama, penduduk Indonesia masih akan terus bertambah. Hingga tahun 2050 penduduk Indonesia diperkirakan akan memiliki jumlah menjadi 320–370 juta. Perbedaan 50 juta itu juga merupakan angka yang sangat bermakna untuk keberadaan akan kelangsungan kehidupan bumi. Saat ini saja carrying capacity bumi sudah sekitar 1,8 kali dari yang seharusnya. Persoalan yang berhubungan dengan keadaan lingkungan perlu menjadi perhatian.
ADVERTISEMENT
Kedua, saat ini Indonesia sedang menikmati “bonus demografi” sampai dengan tahun 2035. Persoalan kualitas penduduk terutama generasi muda harus menjadi perhatian utama dalam hubungan dengan suatu kebijakan ketenagakerjaan.
Ketiga, setelah tahun 2030 Indonesia mulai memasuki era penduduk lanjut usia. Indonesia mulai menghadapi lansia boom tahun 2030. Saat ini jumlal lansia sekitar 20 juta yang diperkirakan akan menjadi sekitar 25 juta pada tahun 2030 dan pada tahun 2050 angkanya mendekati 70 juta jiwa. Suatu kebijakan yang komprehensif sangat diperlukan jika Indonesia tidak menginginkan munculnya masalah serius sehubungan dengan isu lansia.
Keempat, distribusi atau persebaran penduduk Indonesia masih terkonsentrasi di pulau Jawa, Bali dan Sumatera dengan proporsi mereka yang tinggal diperkotaan akan terus meningkat. Saat ini penduduk tinggal di perkotaan sekitar 50% dari jumlah penduduk yang ada di mana di pulau Jawa angkanya sudah mendekati 70%. Pada tahun 2050 diperkirakan penduduk tinggal di perkotaan mendekati 70% dan di pulau Jawa mendekati 90%. Jawa akan menjadi pulau kota. Apakah kecenderungan ini yang memang diinginkan, ataukah harus dilakukan pengalihan lokasi industri ke luar pulau Jawa agar laju urbanisasi di Jawa bisa lebih dikurangi? Bagaimana dengan kebutuhan penyediaan pangan, karena pulau Jawa merupakan lokasi yang sangat cocok untuk tanaman pangan? Strategi apa yang harus disiapkan untuk subsitusi lokasi pangan di Jawa ke pulau lainnya? Dengan kondisi jumlah penduduk yang akan terus bertambah dan penyusutan lahan pertanian di pulau Jawa maka fenomena impor bahan pangan, seperti yang sudah terjadi sekarang ini, menjadi tidak terelakan atau bahkan mungkin akan lebih memprihatinkan. Apakah memang keadaan seperti ini yang diinginkan?
ADVERTISEMENT
Dinamika kependudukan di atas ditambah dengan aspek kualitas serta pembangunan ekonomi sangat terkait satu dengan yang lainnya, sehingga juga perlu dirumuskan skenario dalam bentuk kebijakan terpadu dan terarah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan penduduk dan juga mencoba membuka lapangan kerja yang mungkin tersedia, tentu dengan mempertimbangkan kualitas pekerja yang ada.
Maka berdasarkan hal tersebut ada empat (4) skenario yang perlu diaksentuasi dalam produk kebijakan untuk mempengaruhi kondisi kependudukan dan ketenagakerjaan di masa mendatang, yang diantaranya, Pertama, dalam hal menghadapi ‘’bonus demografi’’ yang segera terjadi, perlu disiapkannya suatu kebijakan yang menyangkut perluasan kesempatan kerja di dalam negeri. Sekaligus disiapkan pula pengembangan sikap kewirausahaan agar tenaga kerja terutama usia produktif yang ada mampu menyiapkan pekerjaaan sendiri. Upaya untuk mengirim tenaga kerja Indonesia keluar negeri seyogyanya bukan merupakan alternatif yang dipilih.
ADVERTISEMENT
Kedua, dengan semakin bertambah besar penduduk lanjut usia, perlu segera dilakukan tindakan untuk membuat suatu ‘’old-aged friendly city’’ di berbagai tempat. Perkotaan yang ramah pada orang tua sehingga kelompok lanjut usia ini bisa hidup dan beraktivitas secara nyaman perlu segera ditumbuhkan. Pada saat ini sudah banyak kota-kota di Indonesia yang ramah lingkungan, atau biasa disebut ‘’environmental friendly cities’’ tetapi belum pernah terpikirkan untuk mengusahakan adanya ‘’perkotaan yang ramah pada orang tua’’.
Ketiga, Konsentrasi penduduk yang terpusat pada daerah-daerah perkotaan di pulau-pulau Jawa, Bali, dan Sumatera harus diperhatikan serius. Kesemrawutan lalu lintas, berkembangnya daerah-daerah kumuh (slum areas) dan kriminalitas perkotaan akan mewarnai kehidupan kota-kota besar di tiga pulau tersebut. Ditambah dengan persoalan polusi udara dan pencemaran air minum, kebijakan yang terpadu diantara para pengambil kebijakan di bidang perkotaan dan kependudukan perlu dipikirkan serta ditindaklanjuti secara lebih hati-hati dan secara seksama.
ADVERTISEMENT
Keempat, semua pilihan kebijakan yang diusulkan tersebut perlu dilandasi dengan adanya kelembagaan yang kuat serta efektif; yaitu suatu kelembagaan di bidang kependudukan dan keluarga berencana yang tepat ukur berdasarkan kinerja, baik dari urusan pemerintah konkuren di daerah (Pemerintah Daerah) maupun yang menjadi urusan pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Dalam Negeri.
Dengan berbagai upaya di atas Indonesia akan dapat meningkatkan kesejahteraan penduduknya secara berkelanjutan, bukan sesaat, dan terhindar dari fenomena Failed State (Negara Gagal).