Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Menyikapi Krisis BSI: Pembelajaran Berharga untuk Masyarakat dan Dunia Bisnis
3 Oktober 2024 10:16 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Ardelia Nur Eka Fitriyani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Layanan perbankan PT. Bank Syariah Indonesia (BSI) mengalami serangan siber. Mulai dari system tarik tunai ATM, mobile banking, hingga transaksi di teller kantor cabang. Seperti yang kita ketahui pada tanggal 08/05/2023 Bank Syariah Indonesia mengalami down system selama beberapa hari hingga 11/05/2023, hal ini terlihat dari maraknya ransomware yang mana memanfaatkan perkembangan teknologi sehingga memberikan gangguan terhadap system operasi perbankan.
ADVERTISEMENT
Ransomware merupakan jenis malware yang mengancam korban dengan menghancurkan atau mencegah akses ke data atau sistem penting hingga uang tebusan dibayarkan. Serangan tersebut diduga terjadi pada hari Senin setelah BSI mematikan sementara sistem keamanan BSI. Akibat serangan ini, manajemen BSI memastikan keamanan dana klien dan menghimbau kepada semua klien untuk waspada pada semua mode operasi dengan tidak memberikan PIN, OTP, kata sandi dan dorongan untuk mengkonfirmasi kontak telepon BSI.
Munculnya ransomware telah menjadi epidemi global karena terus memakan banyak korban di seluruh dunia, memaksa perusahaan untuk memilih antara mencoba memulihkan data dari cadangan dan berpotensi kehilangan data penting sejak cadangan terakhir, dan membayar uang tebusan besar kepada peretas.
Baru-baru ini, serangan cyber ransomware dilaporkan setelah Bank Syariah Indonesia mengalami gangguan pada layanan mobile banking-nya. Serangan siber merupakan kejahatan yang dilakukan oleh seorang atau kelompok yang mampu menggunakan teknologi informasi yang terkoneksi dengan internet sebagai alat kejahatan. Terkait apa yang disebut sebagai serangan siber, BSI juga mengatakan akan mengusut masalah tersebut. BSI menekankan bahwa sebagai institusi perbankan penting untuk terus memperkuat pertahanan dan keamanan siber, khususnya untuk kepentingan nasabah.
ADVERTISEMENT
Penyerangan kejahatan siber pada BSI dengan menggunakan modus meminta tebusan dalam bentuk uang atau kripto sebagai syarat untuk mendapatkan kunci deskripsi dan mengembalikan akses ke file yang telah di enskripsi yang mana secara etika peretasan ini melanggar etika sistem informasi. sebagai mana dalam kode etik bahwasannya seorang hacker jangan mengambil keuntungan yang tidak fair dari hack.
Dengan membentuk citra yang baik tentunya akan meningkatkan kepercayaan bagi nasabah pada umumnya dalam mengikatkan kerja sama dengan BSI. Adapun hal-hal yang dapat dilakukan oleh BSI untuk memperbaiki citra dan kepercayaan nasabah yaitu dengan memperbaiki layanan dan meningkatkan keamanan dalam mengelola system, memberikan fasilitas dan layanan dengan didasarkan prinsip syariah, melakukan klarifikasi saat mendapatkan berita negatif yang tidak relevan dengan keadaan sebenarnya, akui kesalahan perusahaan dan meningkatkan keberpihakan terhadap tercapainya Suitainable Development Goals/SDGS.
ADVERTISEMENT
Tanggung jawab sosial BSI untuk insiden ransomware adalah memberikan informasi insiden ransomware secara transparan, untuk mencegah spekulasi dan kepanikan yang tidak perlu perusahaan bisa mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki situasi di server, memberi kompensasi kepada pelanggan, berurusan dengan jutaan materi, dan tidak meminta maaf kepada pelanggan yang terkena dampak kritis (kerugian kritis).
Perusahaan perlu meningkatkan system keamanan pada perusahaannya, sehingga hal yang seperti ini tidak terjadi lagi. Masyarakat perlu waspada dan bijak dalam menghadapi isu yang terjadi, serta masyarakat tidak boleh bertindak gegabah dalam menggunakan fitur dan layanan perbankan ketika sedang down.