Konten dari Pengguna

Desa Lalang, Permata Budaya di Belitung Timur

Ares Faujian
Guru Inovatif Nasional 2020 (KEMDIKBUD) & 2023 (Penerbit Erlangga) - Agen Pusat Penguatan Karakter (PUSPEKA) KEMDIKBUDRISTEK - Fasilitator Literasi Regional Sumatra BADAN BAHASA - Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran Sosiologi Kab. Belitung Timur
20 Desember 2024 23:21 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ares Faujian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tradisi Hadrah di Desa Budaya Lalang Kec. Manggar Kab. Belitung Timur. Foto: https://jadesta.kemenparekraf.go.id/desa/budaya_lalang
zoom-in-whitePerbesar
Tradisi Hadrah di Desa Budaya Lalang Kec. Manggar Kab. Belitung Timur. Foto: https://jadesta.kemenparekraf.go.id/desa/budaya_lalang
ADVERTISEMENT
Desa Lalang, yang terletak di Kecamatan Manggar, Kabupaten Belitung Timur, merupakan salah satu desa yang kaya akan warisan budaya, sejarah, dan potensi alam yang luar biasa. Dengan luas wilayah yang mencakup dataran rendah pesisir dan dataran tinggi, Desa Budaya Lalang tak hanya dikenal sebagai desa dengan keindahan alam, tetapi juga sebagai penjaga tradisi budaya Melayu Belitong yang diwariskan turun-temurun.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2022, Desa Lalang sukses menggapai penghargaan "Apresiasi Desa Budaya Tahun 2022" yang diberikan oleh Kemendikbudristek RI atas komitmen dalam pemajuan kebudayaan dan memanfaatkannya menjadi salah satu alternatif kepariwisataan. Untuk di tahun 2024, Desa Lalang menjadi tuan rumah event Apresiasi Desa Budaya dari Kementerian Kebudayaan RI, sekaligus memperingati hari jadinya ke-148 tahun melalui Festival Nepak Belulang (Desember 2024) di Lapangan Taruna Manggar dan dihadiri langsung oleh Fadli Zon selaku Menteri Kebudayaan RI.
Desa Budaya Lalang sebagai Tuan Rumah event Apresiasi Desa Budaya Tahun 2024 sekaligus Memperingati Hari Jadi Ke-148 Tahun Desa Lalang melalui Festival Nepak Belulang 2024 yang dihadiri oleh Fadli Zon selaku Menteri Kebudayaan RI di Lapangan Taruna Manggar. Foto: Diskominfo SP Beltim, 2024.

Sejarah Desa Lalang

Berdasarkan Dokumen Pemajuan Kebudayaan Desa (DPKD) Desa Lalang tahun 2023, Desa Lalang memiliki sejarah panjang yang dimulai sejak era penjajahan Belanda. Dikenal pada abad ke-19 sebagai bagian dari distrik tambang di Manggar, desa ini memiliki keterkaitan erat dengan industri timah yang menjadi sumber perekonomian utama saat itu. Area ini menjadi bagian dari distrik tambang Manggar yang didirikan oleh Belanda pada 1851.
ADVERTISEMENT
Nama ”Desa Lalang” sendiri diambil dari peta topografi Belanda pada 1876, yang mana wilayah ini dikenal sebagai Pangkalan Lalang. Sejarah panjang tersebut kini diabadikan melalui Peraturan Desa Lalang Nomor 4 Tahun 2023, menetapkan tanggal 29 November 1876 sebagai hari jadi Desa Lalang. Seiring berjalannya waktu, desa ini berkembang dengan adanya permukiman-permukiman yang dibangun oleh perusahaan timah, dan kini menjadi saksi sejarah kehidupan masyarakat pesisir yang erat dengan budaya Melayu Belitong.

Geografi dan Demografi

Berdasarkan data Profil Desa Lalang tahun 2022, Desa Lalang memiliki luas wilayah 18.780,22 ha dengan tipologi dataran rendah dan garis pantai yang panjang. Beberapa pantai yang menjadi daya tarik desa ini antara lain Pantai Nyiur Melambai, Pantai Mudong, dan Pantai Keramat. Bukit Samak, sebuah dataran tinggi kecil, juga menjadi salah satu ikon alam yang menarik di desa ini.
ADVERTISEMENT
Dari sumber data ini, Desa Lalang memiliki populasi sebanyak 4.653 jiwa, yang mayoritas merupakan suku Melayu Belitong. Selain itu, terdapat pula komunitas suku Jawa, Batak, Sunda, dan Bugis yang hidup berdampingan secara harmonis. Desa ini memiliki 8 dusun dengan nama-nama yang mencerminkan kekayaan sejarah dan tradisi, seperti Dusun Sekip yang berasal dari istilah Belanda “schietbaan” (lapangan tembak) dan Dusun Ban Motor yang terinspirasi dari aktivitas penumpukan ban bekas oleh perusahaan timah pada masa lalu.

Keanekaragaman Budaya di Desa Lalang

Desa Lalang kaya akan Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK), yang mencakup berbagai tradisi, kesenian, pengetahuan tradisional, hingga cagar budaya yang menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas masyarakat setempat. Berdasarkan DPKD Desa Lalang 2023, keberagaman ini terlihat dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, mulai dari tradisi lisan seperti Ngelasak, yaitu tradisi bercerita atau berkisah yang lucu, tetapi terdapat pesan moral di dalam ceritanya. Hingga ada Besaer, yakni tradisi lisan berupa membaca kitab syair arab melayu.
ADVERTISEMENT
Selain Ngelasak dan Besaer, ada pula Antu Bubu. Antu Bubu ialah pertunjukan yang menggunakan properti seperti bubu (alat menangkap ikan/ hasil laut lainnya) yang dikenakan kain kafan.
Adat istiadat seperti Makan Bedulang dan Betangas juga masih dipertahankan. Masyarakat Desa Lalang masih melakukan tradisi-tradisi ini untuk menikmati hidangan bersama, yang disebut Makan Bedulang. Berikut pula mempersiapkan calon pengantin perempuan melalui tradisi mandi uap rempah, yang disebut Betangas.
Pertunjukan tradisional seperti Hadrah Maindi dan Hadrah Gedungguk memajukan eksistensi seni Desa Lalang. Dua jenis hadrah ini bukan hanya sebatas seni semata, keduanya digunakan sebagai sarana spiritual dan merupakan representasi dari budaya Melayu Belitong. Memperkuat eksistensi hadrah di desa ini, terdapat juga gendang hadrah yang berusia sekitar 150 tahun di desa ini. Selain hadrah, sanggar-sanggar seperti Pinang Gading dan Kembang Simpor juga mengembangkan kesenian di desa ini, seperti seni musik dan tari.
ADVERTISEMENT
Desa Lalang terkenal dengan ritual sakralnya. Dua upacara tahunan, Selamat Laut dan Selamat Kampong, dilakukan oleh masyarakat di daerah ini, termasuk dari luar. Tujuan dari Selamat Laut adalah untuk meminta keselamatan bagi desa, sementara Selamat Kampong adalah untuk mendoakan keberkahan untuk para nelayan.
Warisan lain yang tidak kalah penting adalah pengetahuan tradisional. Misalnya, orang-orang di Desa Lalang tahu apa yang disebut Mace Musim atau membaca musim, yang berarti mereka dapat memprediksi musim dan cuaca dengan membaca tanda-tanda alam. Melalui makanan khas seperti Lakse, Begero, hingga Suto Belitong, mereka menunjukkan cita rasa lokal sebagai Desa Budaya.
Tak hanya itu, teknologi tradisional seperti Sampan (perahu tradisional), Ambong yang merupakan peralatan rumah tangga terbuat dari anyaman rotan sebagai wadah menaruh berbagai hasil alam atau ikan tangkapan.
ADVERTISEMENT
Kemudian ada pula Atap Nipah yang terbuat dari daun nipah. Atap Nipah ini menggambarkan bagaimana masyarakat Desa Lalang memanfaatkan sumber daya alam dengan cara yang bijaksana. Semua elemen ini menjadi bagian dari budaya hidup yang sangat relevan dengan kehidupan masyarakat desa yang masih berpegang pada tradisi, meski di tengah arus modernisasi dan globalisasi.

Cagar Budaya dan Warisan Sejarah

Desa Lalang juga memiliki sejumlah cagar budaya yang menjadi bukti kejayaan masa lalu, terutama di masa penjajahan Belanda. Beberapa situs cagar budaya yang ada di desa ini antara lain Rumah Dinas Bupati yang dikenal sebagai Rumah Muncong A2 di Bukit Samak. Selanjutnya ada SMK Stania Manggar (dulu bernama Ambacht Cuursus) yang merupakan eks sekolah teknik dari era kolonial, di mana H.AS. Hanandjoeddin selaku eks Bupati Belitung dan dari kalangan militer pernah bersekolah di sana.
ADVERTISEMENT
Sekilas tentang H.AS Hanandjoeddin, ia merupakan tokoh militer Indonesia yang berperan besar dalam peristiwa Agresi Militer Belanda I dan II. Hanandjoeddin dipercaya sebagai komandan di beberapa satuan pasukan dalam pertempuran tersebut. Berkat usaha dan jasa-jasa beliau, nama "H.AS Hanandjoeddin" diabadikan menjadi nama bandar udara di Tanjungpandan, Kab. Belitung.
Berkaitan dengan cagar budaya lainnya di Desa Lalang, terdapat juga Electrische Centrale (EC) di Bukit Samak. EC ini dulunya merupakan pembangkit listrik tenaga diesel terbesar di Asia Tenggara pada era kolonial Belanda. Selanjutnya, ada pula pantai Oliepier. Pantai ini merupakan sebuah pelabuhan minyak yang dibangun pada masa penjajahan.
Keberadaan situs-situs bersejarah ini tidak hanya mencerminkan peran penting pulau Belitung dalam sejarah timah di Indonesia, tetapi juga menawarkan potensi besar untuk pengembangan wisata. Termasuklah wisata berbasis sejarah.
ADVERTISEMENT

Produk Hukum Berkaitan Budaya

Berdasarkan DPKD Desa Lalang tahun 2023, terdapat 2 produk hukum desa berkaitan dengan kebudayaan. Pertama, Keputusan Kepala Desa Nomor 13 Tahun 2023 tentang Penunjukan Dukun Kampong Wilayah Desa Lalang Kecamatan Manggar. Kedua, Peraturan Desa Nomor 04 Tahun 2023 tentang Hari Jadi Desa Lalang.
Produk hukum ini ialah tanda bahwa Desa Lalang begitu serius dalam memanajemen desa menjadi Desa Budaya. Artinya, produk hukum ini bisa menjadi dasar hukum yang dapat dipertanggung jawabkan dan diimplementasikan melalui penganggaran dan pelaporan kegiatan berbasis budaya.

Melestarikan Budaya Melalui Festival

Desa Lalang sering mengadakan Festival Nepak Belulang untuk melestarikan kembali budayanya. Salah satu acara tahun 2024, yakni diadakan Festival Nepak Belulang di Lapangan Taruna Manggar dari 15-17 Desember 2024. Festival ini tidak hanya memperkenalkan seni Hadrah kepada khalayak luas, tetapi juga menawarkan kesempatan bagi para pelaku seni dan UMKM untuk bangkit bersama.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Hari Jadi Desa Lalang dirayakan dengan berbagai tradisi lokal, seperti Tari Selamat Datang, Berebut Lawang, Ngaso Pajangan, seni pertunjukan, dan makanan lokal. Festival tahun ini memiliki kompetisi Ngayun, yang berarti lomba menidurkan anak. Ini juga membuat desa menjadi semakin menarik sebagai tempat wisata berbasis budaya.
Desa Budaya Lalang adalah contoh anugerah Tuhan tentang bagaimana warisan budaya dapat menjadi identitas dan kebanggaan suatu komunitas. Desa ini ialah contoh permata budaya yang sukses di Indonesia dengan upaya pemajuan kebudayaan yang terus dilakukan. Diharapkan Desa Lalang akan menjadi destinasi wisata dan budaya yang berkelanjutan melalui kerja sama antara swasta, pemerintah, dan masyarakat.

Referensi

ADVERTISEMENT
Oleh: Ares Faujian (Tim DPKP Desa Lalang Tahun 2023)