Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Efisiensi Air dengan Digital Farming
9 Desember 2024 10:32 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Arif Putra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Digital farming, khususnya vertikal farming, kini semakin populer sebagai solusi efisien dan ramah lingkungan untuk menghadapi tantangan global terkait ketahanan pangan. Teknologi ini menawarkan metode baru dalam bertani di ruang terbatas dengan efisiensi tinggi, sekaligus dapat mengurangi konsumsi air yang berlebihan dalam produksi makanan, yang pada akhirnya meningkatkan ketahanan pangan secara berkelanjutan.
Mengatasi Tantangan Ketahanan Pangan
ADVERTISEMENT
Krisis ketahanan pangan menjadi isu utama yang perlu diatasi di berbagai negara, terutama di perkotaan dengan lahan terbatas. Dengan jumlah populasi dunia yang terus meningkat, lahan pertanian yang terbatas menjadi semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan pangan. Digital farming atau Vertikal farming hadir sebagai solusi inovatif yang memungkinkan produksi pangan dilakukan di ruang vertikal, baik di dalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan (outdoor), memanfaatkan gedung tinggi atau struktur lainnya yang tidak digunakan.
Dalam sistem Vertikal farming, tanaman ditanam dalam lapisan-lapisan bertingkat menggunakan media tanam yang terkontrol, seperti hidroponik atau aeroponik. Proses ini memungkinkan pertumbuhan tanaman yang lebih cepat dan lebih produktif dalam ruang yang lebih kecil, tanpa memerlukan lahan pertanian yang luas. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa satu hektar pertanian vertikal dapat menghasilkan hasil yang setara dengan 10 hingga 20 hektar pertanian konvensional.
ADVERTISEMENT
Efisiensi Penggunaan Air
Salah satu keuntungan terbesar dari vertikal farming adalah efisiensinya dalam penggunaan air. Sektor pertanian konvensional, yang mengandalkan irigasi terbuka, sering kali mengakibatkan pemborosan air yang signifikan. Diperkirakan bahwa sekitar 70% konsumsi air dunia digunakan untuk pertanian. Dalam sistem vertikal farming, penggunaan air dapat dipangkas hingga 90%, karena sistem irigasi yang digunakan lebih efisien. Air yang digunakan dalam sistem hidroponik atau aeroponik disirkulasikan dalam sistem tertutup, mengurangi kehilangan air akibat penguapan atau limpahan.
Selain itu, penggunaan teknologi sensor canggih dalam vertikal farming memungkinkan pemantauan kebutuhan air secara real-time. Dengan memanfaatkan data yang dikumpulkan oleh sensor, sistem dapat menyesuaikan pasokan air yang dibutuhkan oleh tanaman, sehingga tidak ada air yang terbuang. Hal ini sangat bermanfaat di daerah-daerah dengan sumber daya air terbatas.
Potensi untuk Meningkatkan Akses Pangan di Perkotaan
ADVERTISEMENT
Salah satu keunggulan vertikal farming adalah kemampuannya untuk diterapkan di area perkotaan yang padat penduduk. Mengingat semakin terbatasnya lahan pertanian di kota-kota besar, teknologi ini memungkinkan produksi pangan dilakukan di dalam gedung tinggi, bahkan di atap gedung yang tidak terpakai. Dengan demikian, masyarakat perkotaan dapat lebih mudah mengakses bahan pangan segar dan lokal tanpa harus bergantung pada pasokan dari luar kota.
Pengembangan vertikal farming juga membuka peluang untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru di sektor pertanian dan teknologi, serta mendorong kewirausahaan berbasis teknologi hijau. Beberapa kota besar di dunia, seperti Singapura dan New York, telah mulai mengimplementasikan vertikal farming untuk meningkatkan pasokan pangan lokal dan mengurangi jejak karbon dari pengangkutan pangan.
ADVERTISEMENT
Tantangan dan Masa Depan Vertikal Farming
Meski memiliki banyak potensi, vertikal farming juga menghadapi beberapa tantangan, terutama dalam hal biaya awal pembangunan yang relatif tinggi. Pembangunan sistem pertanian vertikal memerlukan investasi besar dalam infrastruktur, teknologi, dan peralatan. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi dan penurunan biaya produksi, diharapkan vertikal farming dapat menjadi solusi yang lebih terjangkau di masa depan.
Selain itu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan dari sistem vertikal farming. Salah satu fokus utama adalah pengembangan teknik pemupukan dan pengendalian hama yang lebih ramah lingkungan, sehingga proses pertanian vertikal dapat menjadi sepenuhnya berkelanjutan.
Kesimpulan
Vertikal farming merupakan terobosan teknologi yang dapat membantu mengatasi berbagai tantangan ketahanan pangan global, terutama di kota-kota dengan lahan terbatas. Dengan efisiensi dalam penggunaan air dan potensi untuk meningkatkan akses pangan lokal, teknologi ini memiliki peran penting dalam mewujudkan pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Dukungan dari pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sangat diperlukan untuk mewujudkan potensi penuh dari teknologi ini dalam menciptakan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT