Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kemahiran Ninja Konoha Adalah Hasil dari Pembelajaran Berdiferensiasi!
18 Februari 2024 4:14 WIB
Tulisan dari Arif Syamsul Ma'arif tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Manusia adalah makhluk yang unik. Tuhan menerbitkan manusia dengan kemampuan dan kelebihan yang berbeda-beda. Ada yang kemampuannya terbentuk dari lingkungan dan ada pula yang terbentuk dari bakat alami. Maka dari itu, perlulah setiap individu mendapatkan sesuatu yang sesuai dengan kodratnya agar bisa menunjang hasil yang cemerlang.
ADVERTISEMENT
Salah satu sarana yang bisa mengembangkan kemampuan manusia adalah pendidikan. Dewasa ini, pendidikan di Indonesia tengah mengimplementasikan Kurikulum Merdeka. Kurikulum Merdeka dilandasi oleh filosofi Ki Hadjar Dewantara yang mengatakan bahwa biarkan peserta didik belajar berdasarkan kodrat alam dan kodrat zamannya.
Agar pembelajaran tepat sasaran dan sesuai kodratnya, guru perlu menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Haspari, Arianti, dan Widiasari (2015) mengatakan, pembelajaran berdiferensiasi membuat peserta didik menjadi lakon dalam kegiatan pembelajaran. Artinya, peserta didik diberikan kesempatan untuk lebih mengeksplorasi sesuai dengan kemampuannya dan guru hanya menjadi fasilitator. Dengan begitu, pembelajaran diferensiasi dapat menonjolkan hasil yang baik dari peserta didik karena cara pembelajarannya telah disesuaikan dengan kemampuannya.
Ngomong-ngomong soal unjuk kemampuan, kita bisa berkaca pada ninja-ninja yang dicetak oleh Desa Konoha dalam serial anime Naruto Shippuden. Sebut saja Naruto Uzumaki yang andal dalam bidang ninjutsu, Might Guy yang andal dalam taijutsu, atau Uchiha Itachi yang andal dalam genjutsu. Mereka semua berkembang dengan apa yang mereka bisa tanpa harus terpaku pada satu bidang. Dengan demikian, kurikulum di pendidikan Konoha pun mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi. Perlu diketahui, pembelajaran berdiferensiasi terbagi menjadi tiga bidang: konten, proses, dan produk. Simak persamaannya berikut ini.
ADVERTISEMENT
Pembelajaran berdiferensiasi konten
Dikutip dari beberapa sumber, pembelajaran berdiferensiasi konten adalah suatu cara penyampaian materi berdasarkan kebutuhan peserta didik. Hal itu dilandasi oleh kemampuan dan gaya belajar peserta didik yang berbeda-beda sehingga pemahamannya harus disesuaikan.
Warga Konoha harus banyak berterima kasih kepada Hokage ke-2, Tobirama Senju, yang telah membangun sistem pendidikan ninja yang ciamik. Sistem tersebut masih bergulir hingga era Boruto. Hal yang dapat ditelisik dari berdiferensiasi konten adalah pendidikan di Konoha membagi ke dalam tiga kemampuan: ninjutsu, taijutsu, dan genjutsu.
Dikutip dari duniagames.co.id, ninjutsu adalah kemampuan yang dihasilkan oleh gabungan dari kemampuan fisik serta energi spiritual yang dimanipulasi sehingga menjadi chakra. Adanya chakra dalam tubuh ninja perlu dikombinasikan dengan teknik segel tangan agar menghasilkan jutsu sesuai dengan keahliannya. Selanjutnya, taijutsu adalah teknik bela diri yang tak harus memerlukan chakra. Meskipun tidak memerlukan chakra, pengguna taijutsu perlu melakukan latihan yang teratur karena mengandalkan fisik. Terakhir, genjutsu adalah jurus yang bisa menyerang tanpa menyentuh. Sebab, jurus ini menyerang musuhnya lewat pikiran. Jurus ini tentunya memanfaatkan chakra dan hanya dipunyai oleh beberapa individu ninja saja.
Dalam anime tersebut, hampir setiap ninja mampu menguasai ninjutsu. Pembelajaran berdiferensiasi muncul saat Might Guy dicemooh oleh kawan-kawannya karena tidak bisa mempraktikkan kagebunshin, yang identik dengan jurus ninjutsu. Di sisi lain, Guy sangat beruntung karena menjadi seorang ninja tak melulu harus mampu menguasai ninjutsu, ada juga kemampuan taijutsu. Guy pun lantas memaksimalkan kemampuan tersebut dengan berlatih fisik dengan intens dan keras.
ADVERTISEMENT
Hasil yang ditanam telah dituai dengan menjadikan Might Guy sebagai ninja terkuat di dunia shinobi. Hal itu diamini oleh Madara Uchiha karena dirinya kewalahan melawan Guy yang menggunakan teknik hachimon tonkou sehingga menghasilkan jurus sekizo dan night Guy. Kemampuan itu sampai-sampai membahayakan nyawanya sendiri.
Semua ninja yang mahir dalam ninjutsu belum tentu bisa menguasai genjutsu. Sebab secara garis besar, genjutsu identik dengan clan Uchiha. Kemampuan genjutsu clan Uchiha bersumber dari mata sharingan yang dimilikinya. Ninja lain yang mampu menggunakan genjutsu adalah Kurenai Yuki dan clan Yamanaka.
Dalam pendidikan di Indonesia, guru bertugas untuk memetakan kemampuan peserta didik dalam menangkap materi yang diberikan. Salah satunya adalah guru perlu memahami gaya belajar peserta didik. Setelah mengetahuinya, guru bisa memberikan treatment materi lewat visual, audiovisual, atau aural.
ADVERTISEMENT
Pembelajaran berdiferensiasi proses
Dikutip dari berbagai sumber, pembelajaran berdiferensiasi proses difokuskan pada pengerjaan tugas yang diberikan pada peserta didik. Hematnya, guru dapat memberikan tugas sesuai dengan kemampuan peserta didik baik yang mahir atau kurang mahir.
Agar semuanya berjalan lancar, guru bisa membentuk kelompok belajar bagi peserta didik. Namun, dengan catatan, guru harus membagi anggota kelompok secara sama rata. Setelah itu, guru memberikan pertanyaan di lembar tugas kelompok sesuai dengan levelnya: high order thinking skill (HOTS) agar yang mahir dapat memecahkan masalah dan low order thinking skill (LOTS) agar yang kurang mahir dapat memecahkan masalah.
Pembelajaran berdiferensiasi proses pun dilaksanakan dalam serial Naruto Shippuden. Hal itu bisa dilihat dalam pembentukan beberapa kelompok ninja yang telah direkap dari asesmen selama pendidikan. Pertama, ada tim 7 besutan Hatake Kakashi yang digawangi oleh Uchiha Sasuke, Uzumaki Naruto, dan Haruno Sakura. Sasuke adalah murid yang mahir dalam menguasai jurus. Disusul oleh Naruto yang mempunyai kemampuan sedang pada ninjutsu dan terlihat cukup bodoh, tetapi punya ambisi yang tinggi. Lalu, ada Sakura—banyak pihak bicarakan—kalau karakter satu ini adalah beban tim karena kerjaannya hanya menangis minta pertolongan. Meski begitu, Sakura di awal karirnya ditugaskan hanya untuk menjaga hal yang dilindungi, bukan melawan musuh.
Kedua, ada tim 10 besutan Asuma Sarutobi yang digawangi oleh Nara Shikamaru, Akimichi Chouji, dan Yamanaka Ino. Shikamaru adalah tipe ninja yang malas melakukan apa pun, tetapi punya IQ yang tinggi sehingga dijuluki ninja jenius. Lalu, disusul Ino yang memiliki kemampuan sedang dan Chouji memiliki kemampuan yang kurang mahir di awal-awal episode karena mempunyai badan yang cukup besar, lambat, hobi makan, namun berhati lembut.
ADVERTISEMENT
Pembelajaran berdiferensiasi produk
Dikutip dari berbagai sumber, pembelajaran berdiferensiasi produk berorientasi pada hasil akhir dari materi yang telah diajarkan. Diferensiasi produk dapat memudahkan peserta didik untuk memilih apa produk yang akan dibuat setelah mempelajari materi. Contohnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia materi cerita fiksi. Peserta didik bisa menghasilkan produk berupa cerita fantasi, fabel, atau cerpen. Hasil karyanya pun dapat peserta didik buat dalam bentuk kasar, seperti buku; atau bentuk halus, seperti unggah ke sosial media.
Dalam serial Naruto Shippuden, pembelajaran berdiferensiasi produk bisa saja terlihat dari bagaimana pemberian misi kepada para ninja mulai dari ranking D sampai S. Rangking D untuk misi yang tidak berisiko, seperti menangkap kucing yang kabur; ranking C untuk misi pengawalan; rangking B untuk misi yang berpotensi konflik dengan penjahat; rangking A untuk misi yang berhadapan dengan desa lain, seperti pengawalan atau menangkap penjahat dari desa lain; dan rangking S adalah misi paling berbahaya karena harus menaklukan musuh yang jago, seperti anggota Akatsuki. Di sini, petinggi dapat memberikan penugasan sesuai dengan kemampuan para kelompok ninja.
Simpulan
Dari ketiga tipe pembelajaran berdiferensiasi, dapat disimpulkan jika pembelajaran di Konoha telah tepat sasaran. Semua ninjanya dapat berkembang dengan baik sesuai kemampuannya. Pembentukan kelompok pun tidak tumpang tindih dan bisa berkembang secara bersama-sama. Berkaca dari itu, penulis berharap pendidikan di Indonesia dapat makin berkembang dengan penerapan pembelajaran berdiferensiasi.
ADVERTISEMENT