Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
kumparan dan Corona
2 April 2020 9:20 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
Tulisan dari Arifin Asydhad tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Virus Corona dan COVID-19 menjadi tema paling banyak diberitakan di dua bulan terakhir. kumparan sudah memulai memberitakan virus Corona ini sejak 5 Januari 2020. Saat itu, virus misterius itu baru saja menyerang Wuhan, China. Dan hari-hari setelah itu, sampai saat ini, menjadi hari-hari Corona.
ADVERTISEMENT
Seperti biasa, kumparan tidak sekadar menyampaikan narasi. Tapi, menyampaikan dorongan untuk bersikap dan memberi alternatif solusi. Ketika di pertengahan Januari 2020, sejumlah WNI di Wuhan—yang berada di episentrum virus Corona, berteriak meminta segera dievakuasi, kumparan menyuarakan agar pemerintah segera mengevakuasinya.
Dari awal virus ini menyerang Wuhan dan memperlihatkan penyebaran yang begitu masif, redaksi kumparan sudah melihat bahwa wabah Corona ini masalah serius, termasuk untuk Indonesia. Pemerintah perlu cepat dalam mempersiapkan diri, termasuk membuat keputusan mengevakuasi WNI di Wuhan. Keselamatan warga nomor satu.
kumparan mewawancarai beberapa WNI di Wuhan, mewawancarai banyak tokoh di Indonesia, dan memberitakan negara-negara lain yang cepat tangkas mengevakuasi warganya di Wuhan. Namun, sampai 28 Januari, pemerintah masih belum memperlihatkan sikapnya untuk mengevakuasi saudara-saudara kita di Wuhan. Menko Polhukam Mahfud MD menyatakan pemerintah belum memikirkan evakuasi WNI di Wuhan. Bikin geregetan!
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi pada 29 Januari 2020 juga masih menyampaikan bahwa WNI belum bisa dievakuasi, karena Wuhan sudah dikunci. Tapi, nyatanya beberapa negara, seperti Amerika Serikat dan Jepang, bisa mengevakuasi warga negaranya.
Sejumlah pihak kami wawancarai untuk menyuarakan agar pemerintah Indonesia menggunakan semua cara dalam melakukan evakuasi. Harus ada terobosan! Kami paham, tidak mudah untuk mengevakuasi WNI kita di sana. Namun, bila ada kemauan yang kuat, pasti ada jalan. Saat itu tak ada pejabat pemerintah yang menyampaikan niat dan tekad kuat melakukan evakuasi. Dalam Rapat Redaksi, kami geram juga.
Sampai akhirnya, kabar baik itu muncul sehari sesudahnya. 30 Januari, Presiden Jokowi memutuskan untuk mengevakuasi mereka. Kami lega. Kami bisa membayangkan bagaimana resahnya saudara-saudara kita di Wuhan saat itu. Hari-hari sesudahnya, Menlu Retno L. Marsudi tampil menjelaskan aksi-aksi nyata pemerintah dalam proses evakuasi.
ADVERTISEMENT
Kami terus memonitor proses evakuasi ini. Termasuk saat hari evakuasi 1 Februari 2020. Saya terus memberi semangat, terutama kepada Bu Menlu. Saya tahu, saat proses evakuasi itu, Bu Menlu sampai tidak tidur. Ini misi kemanusiaan yang tidak mudah. Saya memberikan semangat kepada Bu Menlu lewat WhatsApp saat itu.
Akhirnya, proses evakuasi para WNI di Wuhan sukses. Ternyata kita bisa! Sampai akhirnya cerita haru dari tempat karantina di Pulau Natuna pecah saat masa-masa karantina mereka selesai. Mereka semua sehat dan bisa kembali ke daerah masing-masing. Pengalaman ini pasti tak akan mereka lupakan sepanjang hidup—seperti yang diceritakan Fadil melalui tulisannya di kumparan.
Seusai proses evakuasi Wuhan, kami berharap pemerintah bisa melihat wabah Corona dengan lebih baik, disertai persiapan segala sesuatu untuk menangkal virus ini. Namun, pernyataan pemerintah sungguh mengecewakan. Terlalu meremehkan, terlalu santai! Menganggap virus ini flu biasa, bisa sembuh sendiri, tidak usah panik, dan sebagainya. Tak ada pernyataan pemerintah bahwa wabah ini serius dan pemerintah sedang menyiapkan skenario-skenario menangkalnya.
ADVERTISEMENT
Bahkan pada 22 Februari, Presiden Jokowi malah menyampaikan terima kasih kepada Menkes dr Terawan Putranto karena Corona tidak masuk ke RI. Duh! Pak Presiden terlalu dini menyampaikan hal ini. Berbagai dorongan terus kami lakukan supaya pemerintah lebih serius dalam menyikapi hal ini.
5 Februari, saya bersama para pemimpin redaksi media-media nasional bertemu mantan Wapres JK di kediamannya. Pak JK sebagai ketua umum PMI saat itu meminta kami untuk waspada, karena Corona pasti akan masuk ke Indonesia. Bahkan, Pak JK saat itu menduga virus Corona sudah masuk ke Indonesia, tapi tidak terdeteksi. “Singapura yang sangat ketat dan disiplin saja sudah kena, apalagi kita,” kata Pak JK saat itu. Pandangan Pak JK ini sungguh berbeda dengan pandangan pemerintah.
ADVERTISEMENT
Menkes Terawan juga masih tidak berubah. Tidak ada pernyataan yang meyakinkan bahwa RS-RS sudah siap bila wabah Corona masuk Indonesia. Pada 2 Maret 2020, secara mengejutkan pemerintah mengumumkan dua orang positif Corona. Pengumuman ini mengejutkan masyarakat, karena selama ini pemerintah selalu menyampaikan Indonesia aman. Hari-hari sesudahnya, akhirnya terbukti begitu Corona masuk RI, penanganan medis terhadap para pasien Corona kedodoran.
Setelah pengumuman kasus positif Corona pertama, secara umum, sikap pemerintah masih sama. Tidak terlihat kebijakan dalam menangani Corona secara komprehensif. Penerbangan dari luar negeri masih dibuka lebar. Bahkan wisatawan asing digenjot masuk ke Indonesia, di saat negara-negara lain membatasi diri. Pemerintah masih berkutat membahas persoalan ekonomi dan investasi.
ADVERTISEMENT
Kami terus mendorong pemerintah supaya lebih serius, terutama dalam membuat kebijakan-kebijakan kemanusiaan. Instrumen-instrumen hukum perlu segera disiapkan. Koordinasi antara pusat dan daerah dibangun. Selain berita-berita reguler tentang Corona, kami jumlah membuat sejumlah liputan khusus. Bahkan, sampai 7 cover story.
Karena kami memandang Corona sangat bahaya, kami tidak hanya bergulat dengan berita, tapi juga bersikap dalam lingkungan kami sendiri. 23 Januari, kumparan sudah memberikan pengumuman kepada para karyawan agar waspada dengan virus Corona.
Sejak awal Februari, saya sebagai pemimpin redaksi sudah memerintahkan supaya peliputan luar negeri diseleksi dengan ketat. Di awal Februari, kami sudah melarang peliputan ke negara-negara yang sudah terjangkit Corona. Kami menolak hampir semua undangan peliputan ke luar negeri.
ADVERTISEMENT
28 Februari, begitu WHO menetapkan Corona sebagai pandemi, kumparan langsung mengeluarkan larangan perjalanan ke luar negeri untuk semua negara bagi para karyawan. Karyawan yang baru saja tiba dari luar negeri, langsung diberlakukan karantina di rumah 14 hari.
Tanggal 16 Maret 2020, dua hari setelah Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi diumumkan positif Corona, kumparan langsung memberlakukan 100 persen Work from Home (WFH) sampai waktu yang belum ditentukan. Keselamatan karyawan dan wartawan kumparan lebih utama!
Kami mengajak pihak-pihak lain melakukan hal yang sama, meminta instansi-instansi terutama pemerintah untuk menggelar jumpa pers secara online, mengajak masyarakat melakukan social dan physical distancing, dan sebagainya. Karena kami yakin dengan cara ini bisa mengurangi penyebaran virus Corona.
ADVERTISEMENT
Sudah lebih dari dua minggu kami melakukan WFH, namun upaya pemerintah masih belum juga cekatan dalam membuat kebijakan. Kami sangat kuat menyuarakan pemerintah menetapkan karantina wilayah (lockdown) sejak jauh-jauh hari. Namun, sampai hari ini, dorongan ini belum direalisasikan pemerintah. Bahkan kami diminta tidak lagi menyuarakan lockdown.
Dorongan agar penerbangan dari luar negeri ditutup, baru direalisasikan pemerintah dua hari lalu. Dorongan-dorongan demi Indonesia lebih baik akan terus kami gaungkan. Edukasi-edukasi terhadap masyarakat kami terus lakukan, agar masyarakat lebih memahami Corona, masyarakat mau terus bergerak saling bantu, melakukan karantina mandiri, dan sebagainya. Saat ini masyarakat masih dihadapkan dengan banyak ketidakpastian. Kami masih belum putus asa!