Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kelola Limbah Pasca Kurban: Wadah, Darah, dan Sampahnya
13 Juni 2024 13:11 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Arin Nurul Annisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Waktu Dzulhijjah sudah tiba. Umat Islam memasuki waktu ibadah haji dan merayakan moment kurban dengan serentak.
ADVERTISEMENT
Ada waktu-waktu yang dikhususkan dalam penyembelihan hewan kurban, yaitu pada tanggal 10 Dzulhijjah (nahar) dan 11, 12, 13 Dzulhijjah (tasyrik). Pada hari-hari tersebut setiap hewan kurban (sapi, kambing, domba, kerbau, atau unta) yang memenuhi persyaratan syariat akan disembelih, kemudian dagingnya dibagikan kepada penerima manfaat.
ADVERTISEMENT
Dalam perayaan kurban ini, ada 2 hal yang sangat penting untuk diperhatikan, terutama kaitannya dengan lingkungan. Pertama, penggunaan kantong plastik sebagai bungkus daging kurban yang hanya digunakan satu kali pakai. Dilansir dari Aliansi Zero Waste Indonesia, dalam satu masjid diperkirakan ada sekitar 900 paket daging yang dibagikan ke masyarakat sekitar.
Sementara, menurut data Dewan Masjid Indonesia (DMI) jumlah masjid di Indonesia ada lebih dari 800 ribu. Sehingga, jumlah penggunaan kantong plastik akan semakin meningkat dikarenakan banyaknya masjid di Indonesia. Bayangkan berapa banyak kantong plastik yang harus diproduksi dan berakhir menjadi sampah?
Kedua, proses penyembelihan hewan kurban sering kali meninggalkan limbah, berupa kotoran, sisa pangan hewan, darah, atau bagian lain yang tidak terpakai dari hewan kurban. Umumnya, dalam usaha mengurangi limbah, darah yang dihasilkan dari hewan kurban akan ditimbun di dalam tanah.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Aliansi Zero Waste Indonesia bahwa limbah kotoran dan bagian tubuh hewan biasanya dibuang ke sungai atau aliran air saat proses pencucian. Namun, pembuangan limbah kurban tersebut akan mencemari sungai dan aliran air karena kandungan bakteri seperti E. Coli, di mana bakteri ini dapat menyebabkan penyakit diare dan berdampak pada penurunan kualitas sungai.
Dari dua hal di atas, maka sebagai manusia yang baik, kita perlu lebih aware terhadap dampak lingkungan pasca kurban. Salah satu upaya dalam memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai kurban dan lingkungan dilakukan oleh lembaga penyelenggara kurban di Kota Bandung, yaitu Indonesia Beramal Sholeh (IBS), melalui event Belajar Cinta Lingkungan.
Kegiatan sharing dilaksanakan secara online dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup bersama narasumber Lulu Nailufaaz yang merupakan penggerak Saviorangers (Salman Environmental Rangers dan Trainer Zero Waste Lifestyle). Topik yang dibahas seputar wadah, darah, dan sampah yang merupakan limbah pasca kurban. Menurutnya, wadah kantong plastik yang biasanya digunakan untuk membungkus daging kurban bisa mencapai 119 juta wadah. Namun, wadah ini dapat digantikan dengan besek bambu atau box plastik yang dapat dipakai berulang kali , sehingga meminimalisir sampah.
ADVERTISEMENT
Kemudian, dalam mengelola darah hewan kurban, lubang galian tanah harus cukup dalam. Sehingga, bau tidak sedap dari darah hewan tidak tercium lagi setelah ditutupi tanah.
Semua limbah hewan kurban, baik darah hewan maupun wadah yang digunakan untuk membagikan daging kurban, harus dapat diolah dengan baik dan bijaksana. Kita harus memastikan tidak ada jejak penyembelihan hewan kurban yang berserakan.
Walaupun sebenarnya, menurut Kak Lulu, tanpa kita mengelola limbah-limbah, lingkungan sekitar kita bisa dengan sendirinya memulihkan kondisi seperti semula. Namun, hal ini memakan waktu yang cukup lama, sehingga manusia-lah yang harus sadar untuk mengelola limbah agar proses pemulihan jauh lebih cepat. (ANA)
Sumber: Aliansi Zero Waste Indonesia