Konten dari Pengguna

Opini: Biaya di Toko Aplikasi Online dan Masa Depan Ekonomi Kreator

Ario Tamat
Failed Musician, Reformed Gadget Freak and Eating Extraordinaire. Previously Wooz.in and Ohdio.FM, now working on karyakarsa.com
23 Agustus 2024 11:32 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ario Tamat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Opini: Biaya di Toko Aplikasi Online dan Masa Depan Ekonomi Kreator
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Kemunculan kreator-kreator konten di media sosial yang mulai mendapatkan penghasilan dari YouTube—maupun melalui brand endorsement, turut memunculkan berbagai platform kreator yang berupaya memenuhi kebutuhan kreator-kreator tersebut. Dampaknya, ekosistem yang bernama ekonomi kreator belakangan ini jadi tumbuh pesat dan menjadi bahan pembicaraan dalam 5 tahun terakhir. Terutama di masa pandemi saat banyak orang terjebak di rumah mencari cara berpenghasilan via internet. KaryaKarsa adalah salah satunya.
ADVERTISEMENT
Tumbuhnya platform-platform kreator tentunya tak lepas dari semakin mudahnya bertransaksi online. Kian bertambahnya payment gateway, dari Stripe sampai Xendit, menyebabkan pertambahan platform kreator yang memberi kemudahan untuk kreator menawarkan karyanya secara online secara berbayar. Salah satu media pembayaran online yang terbesar dengan sebaran layanan yang paling luas, adalah toko aplikasi online seperti Apple App Store dan Google Play Store. Namun, pemanfaatan media-media pembayaran ini tentunya ada biaya.
Terkait biaya tersebut, tak lama yang lalu muncul berita dari Patreon yang akan mulai menambahkan biaya pada transaksi yang terjadi lewat aplikasi iOS mereka, untuk menutupi beban biaya App Store yang cukup besar. Untuk aplikasi sebesar Patreon, yang notabene masih satu-satunya unicorn di ekonomi kreator, mereka dibebani biaya 30% untuk transaksi berlangganan yang terjadi via aplikasi yang diedarkan via Apple App Store.
ADVERTISEMENT
Patreon, yang model bisnisnya adalah menyediakan tempat untuk kreator menjalankan bisnis konten berlangganan, tidak mungkin menanggung biaya ini karena maksimum bagi hasil yang mereka berlakukan saja hanya 12%. Kreator-kreator di Patreon pun diberikan pilihan untuk menaikkan harga langganan mereka untuk menutup biaya App Store ini, atau menanggung beban biaya App Store supaya tidak ada perubahan harga pada fans mereka. Keduanya bukan pilihan enak juga.
KaryaKarsa sendiri sudah terlebih dahulu melewati penetapan kebijakan ini, baik dari Apple App Store maupun Google Play Store. Transaksi yang terjadi melalui aplikasi yang diedarkan lewat kedua toko aplikasi online tersebut wajib menggunakan payment gateway iOS dan Android, dengan biaya per transaksi 30%. Hal ini yang menjadi salah satu alasan KaryaKarsa meluncurkan Kakoin sebagai in-app currency kami, karena toh hadirnya KaryaKarsa sebagai aplikasi akan mempermudah banyak pengguna. Hanya saja, jika melakukan top up Kakoin memang jadinya ada biaya tambahan 30% yang nanti harus diberikan ke masing-masing toko aplikasi online.
ADVERTISEMENT
Benar bahwa ada program di mana “biaya toko” ini bisa lebih rendah, namun ada berbagai syarat dan pembatasan. Merespons biaya tambahan tersebut, kami selalu membuat promo secara berkala dan jika memungkinkan. Misalnya, ada program bagi-bagi Kakoin dan top-up Kakoin dengan harga juga masa promo terbatas (kini baru di Android, mudah-mudahan segera bisa di iOS). Namun pada akhirnya memang biaya 30% tadi harus terbayar dan tak mungkin kami bayarkan dari porsi 10% yang kami ambil dari setiap transaksi pembelian karya, sama seperti Patreon. Malah, sebenarnya saya heran kenapa baru sekarang Patreon diwajibkan seperti ini.
Tak dapat disangkal bahwa peranan toko aplikasi online ini sangat penting dalam menjaga kualitas aplikasi, menjaga konsumen, dan mengawal para pengembang untuk supaya dapat terus berpenghasilan melalui aplikasi mereka. Untuk saya, sebuah biaya yang dikenakan pada penggunaan toko aplikasi online oleh pengembang wajar adanya.
ADVERTISEMENT
Yang perlu dicermati adalah “Berapa Biaya yang Tepat?”.
Aturan bagi hasil ini tidak berlaku untuk beberapa jenis aplikasi, misalnya e-commerce yang memang melakukan pemenuhan order secara fisik, bukan mengirimkan konten melalui aplikasi. Adapun aplikasi berlangganan media seperti Netflix atau Spotify, bahkan tidak mencantumkan cara berlangganan di aplikasi iOSnya, karena hanya dapat berlangganan via web. Standar biaya apa yang layak diberlakukan untuk aplikasi platform ekonomi kreator seperti Patreon dan KaryaKarsa?
Menurut saya, aplikasi penerbitan mandiri (self-publishing) seperti KaryaKarsa berhak mendapatkan standar biaya toko yang lebih rendah, karena model bisnisnya sendiri tidak dapat menutup biaya tersebut. Membebankan biaya ini pada user juga memberatkan. Perlu ada jalan tengah dan persyaratan yang ketat, supaya tidak ada penyalahgunaan dan ekonomi kreator tetap dapat hidup dan berkembang via toko aplikasi online seperti Apple App Store dan Google Play Store.
ADVERTISEMENT
Menjadi kreator, yang dapat memonetisasi fansnya secara langsung, kelak akan semakin menjadi tren mata pencaharian baru yang berbasis ekonomi kreatif dengan ketahanan tinggi (defensible business). Tentu dengan catatan bahwa selama memang kualitas karya dan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang baik. Untuk itu, semua komponen rantai nilai ekonomi kreator—toko aplikasi online termasuk di sini—perlu bekerja sama demi terus tumbuhnya ekosistem ekonomi kreator Indonesia dan dunia.
Penulis: Ario Tamat
Editor: Maria Cherry