Konten dari Pengguna

Kawasan Pesisir Indonesia Sedang Tidak Baik-baik Saja

Mohammad Arkham Zulqirom Putra
Tenaga harian lepas di Dinas Sosial Kabupaten Tegal. Universitas Pancasakti Tegal.
13 April 2023 6:12 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mohammad Arkham Zulqirom Putra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dok: Pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
Dok: Pribadi.
ADVERTISEMENT
Indonesia sebagai wilayah kepulauan terbesar di dunia memiliki berbagai potensi, yang di antaranya tidak terbatas pada potensi sumber daya hayatinya. Dengan jumlah pulau yang banyak itu, Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati, khususnya keanekaragaman hayati pesisir dan kelautan.
ADVERTISEMENT
Menurut Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil pada Pasal 2 berbunyi wilayah Pesisir adalah daerah peralihan antara Ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut.
Pesisir Indonesia yang sebagian besar berada di perairan Indo-Pasifik menjadi pusat keanekaragaman terumbu karang dunia dengan varietas lebih dari 400 spesies. Dengan luas terumbu karang 8,5 juta Ha, perairan Indonesia bermanfaat sebagai habitat ganggang laut. Suhu perairan Indonesia yang relatif hangat merupakan tempat yang sangat sesuai bagi ikan yang bermigrasi untuk berkembang biak seperti lumba-lumba, ikan tuna, ikan paus dan penyu.
Sebagai sebuah negara yang memiliki potensi sumber daya yang sangat melimpah di kawasan pesisirnya, pengelolaan yang dilakukan pemerintah saat ini masih dirasa belum optimal. Ditambah, sekarang sudah tidak sedikit bencana alam di kawasan pesisir yang terjadi di banyak wilayah di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB, 2018) menunjukkan dari 2.426 kejadian bencana di Indonesia, 96,6% merupakan bencana hidrometeorologi. Masih meluasnya kerusakan daerah aliran sungai, lahan kritis laju kerusakan hutan, kerusakan lingkungan hidup menjadi penyebab tingginya bencana iklim.
Bahkan sejak tahun lalu, BNPB telah menyatakan bahwa semakin meningkatnya bencana di Indonesia telah menunjukkan situasi darurat ekologis. Akibatnya, keselamatan hidup rakyat terus terancam.
Melansir dari Detik.com, diperkirakan pesisir di wilayah Pantai Utara (Pantura) pada tahun 2030 akan hilang, Wilayah-wilayah pesisir yang hilang itu diprediksi terjadi di Banten, Jawa Tengah, hingga ke Jawa Timur.
Dari pesisir Bulakamba hingga Pantai Larangan Indah di Tegal, Pusat Restorasi Mangrove Pemalang hingga Pantai Ujungnegoro. Sementara kawasan terancam paling parah dan cukup luas tenggelam yaitu di Demak.
ADVERTISEMENT
Pantai Larangan Kabupaten Tegal yang mengalami abrasi pantai.
Tidak hanya abrasi yang parah, bencana alam seperti Rob juga menjadi bahaya yang patut diwaspadai di sekitar wilayah pesisir, kejadian bencana alam berupa rob di sebagian daerah pesisir pantai utara jawa, termasuk di Kabupaten Tegal yang melanda sebagian wilayah Kelurahan Dampyak Kecamatan Kramat Kabupaten Tegal.
Kejadian rob atau naiknya permukaan air laut ke daratan terjadi pada Senin tanggal 23 Mei 2022 menyebabkan warga harus mengungsi dari tempat tinggal ke tempat yang lebih aman.
Pesisir Indonesia memiliki peranan yang amat sangat penting untuk keberlangsungan kehidupan rakyat Indonesia ke depannya. Kita harus mengakui ketergantungan kita pada kawasan pesisir terhadap sistem pangan, nutrisi dan kesehatan pada keanekaragaman hayatinya. Alangkah bijaknya jika pemerintah dan masyarakat mulai aware dengan hal tersebut.
Pengungsian di Masjid Al-Ikhlas Kelurahan Dampyak saat terjadi bencana Rob yang melanda
Karena Pesisir Indonesia memiliki sumber daya daerah pesisir yang dapat diperbaharui (renewable resource) terdiri atas hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun dan rumput laut, sumber daya perikanan laut serta bahan-bahan bioaktif. Sedangkan sumber daya tidak dapat pulih (non-renewable resource) terdiri atas seluruh mineral dan geologi. Sumber daya mineral juga sangat beragam dan terdiri dari tiga kelas yaitu kelas A (mineral strategis; minyak, gas, dan batu bara), kelas B (mineral vital; emas, timah, nikel, bauksit, bijih besi, dan cromite), dan kelas C (mineral industri; termasuk bahan bangunan dan galian seperti granit, kapur, tanah liat, kaolin, dan pasir).
ADVERTISEMENT
Sudah tentu perlu lebih baik dalam pembangunan kawasan pesisir yang lebih mengutamakan paradigma pembangunan yang berkelanjutan sesuai dengan sustainable development goals oleh PBB yang disetujui juga oleh Negara Indonesia. Banyak potensi yang bisa diambil dengan bijak untuk mengoptimalkan kawasan pesisir di Indonesia untuk masa depan bersama.
Dalam masa sekarang tentu saja akan terwujud banyak tindakan yang bisa kita lakukan. Semua tindakan tersebut akan membawa kita kepada kemungkinannya sendiri-sendiri, yaitu terwujudnya masa depan bagi setiap tindakan.
Pengelolaan wilayah pesisir harus dilakukan secara terpadu dengan mengintegrasikan berbagai perencanaan sektor oleh pengambil kebijakan baik di pusat maupun di daerah, sehingga saling terjadi keharmonisan dan penguatan pemanfaatan dengan pengelolaan yang melibatkan masyarakat. Perbaikan dapat dilakukan apabila pemerintah daerah dan pemerintah pusat berkonsentrasi pada pengembangan SDM lokal di wilayah pesisir, infrastruktur, dan keberlangsungan ekosistem sebagai sebuah rangkaian yang tidak terpisahkan.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, masih ada harapan untuk masa depan pesisir Indonesia, apabila saat ini kita menyadari bahwa kita mempunyai banyak pilihan untuk bertindak dan merespons sebuah aksi dengan pilihan reaksi, maka masa depan adalah sebuah kemungkinan. Kemungkinan dari masa depan adalah sebanyak pilihan dari respons kita terhadap aksi yang ada.