Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
CCerpen - Tragedi
16 Oktober 2023 1:00 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Amel tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
"Yuk makan kepiting Cak Gundul!" untuk kesekian kalinya kalimat itu terlontar.
Putri menjawab dengan helaan nafas. Gadis berkuncir kuda itu menggeleng lagi. Ia lalu mengambil ember kecil yang berisi potongan ikan segar dan diberikan pada lelaki berseragam coklat di hadapannya.
"Bantu aku memberi makan para lumba-lumba!" ujarnya pada Bara. "Pertunjukan kali ini banyak menghabiskan tenaga mamalia laut itu."
Tiga ekor lumba-lumba mengapung di permukaan kolam. Ekor mereka bergerak ke kanan-kiri. Sesekali mereka menyelam, kemudian muncul dengan moncongnya dan lompat ke udara. Setelah itu hewan air itu mengapung lagi seraya membuka mulut dan menggerakkan siripnya bagai bertepuk tangan.
Bara melangkah menuju tepi kolam. Ditiupnya peluit yang tergantung di dadanya.
Priiit!
Para lumba-lumba mendekat dan menangkap potongan ikan segar yang dilempar dengan mulut mereka. Putri tersenyum melihatnya. Diliriknya jam tangan, pukul 12.20 WIB. Jam makan siang berakhir sepuluh menit lagi, tiada waktu untuk keluar kompleks Taman Safari II.
"Untunglah bekal yang disiapkan Mama belum kumakan. Lebih baik kubagi dengannya saja," kata Putri, lirih.
Baru selangkah berjalan, panggilan Bara membuatnya menoleh. Dan pipinya memerah ketika melihat tiga ekor lumba-lumba yang kekenyangan itu menggigit bunga Krisan berwarna kuning, favoritnya. Putri menoleh ke arah Bara yang memamerkan senyum tiga jarinya sambil berpose bak foto model.
***
Akhir-akhir ini pengelola taman satwa seluas lebih dari dua hektar yang berada di kawasan Prigen Kabupaten Pasuruan ini, resah. Beberapa hewan langka koleksi taman satwa ini berkurang satu persatu. Ada yang tiba-tiba mati dan juga menghilang. Pengelola mencurigai ada orang dalam yang sengaja melakukan ini semua, tapi mengapa? Sedangkan kesejahteraan para staf begitu diperhatikan.
Misteri inipun mengganggu pikiran Putri. Ia begitu sayang pada hewan-hewan di sini. Gadis itu bahkan bersedia menjadi relawan pengurus para hewan dan melepas pekerjaannya sebagai asisten manager PT Mahardika, perusahaan terkemuka di Surabaya. Ia jatuh cinta pada keunikan para satwa. Selain itu, juga terjerat api asmara dari pawang harimau, Bara.
Lelaki itu cinta pertamanya sewaktu SMA. Namun hubungan kasih mereka tak bertahan lama karena orang tua Putri tidak menyetujui bila putri semata wayangnya berhubungan dengan orang yang tidak sederajat dengan mereka, pemilik 80% saham PT Mahardika. Dan ternyata Tuhan mempertemukan mereka kembali bertahun-tahun kemudian, saat Putri mengunjungi obyek wisata favorit di Jawa Timur ini.
"Aku akan berusaha menjadi apa yang orang tuamu inginkan," itulah kata-kata Bara saat perjumpaan mereka pagi tadi. "Nanti juga akan kubuatkan taman satwa serupa ini, bahkan lebih besar lagi. Hanya untukmu."
Dekapan hangat yang kemudian dirasakannya membuat hati Putri was-was. Tidak biasanya lelaki itu memeluknya begitu erat, seakan pelukan perpisahan. Sorot matanya pun lain. Begitu dalam dan tajam, tetapi kemudian menatapnya sendu.
Putri tersentak saat lumba-lumba di hadapannya mengibaskan ekor dan meriakkan air kolam ke pakaian Putri. Segera gadis berkulit coklat itu menuju kamar mandi.
"Gila! Tak kusangka dia senekad itu!" sebuah suara menyambut kedatangan Putri. Nia, rekan kerjanya di kompleks Taman Burung sedang berbincang dengan Via, pawang gajah. "Katanya demi uang ratusan juta, tuh!"
"Ada apa?" Putri yang penasaran pun mendekat.
"Umm... Bara. Kau tidak tahu?"
***
Air mata Putri meleleh deras di depan kandang harimau Sumatera, area kerja kekasihnya. Peristiwa siang ini sungguh di luar bayangnya. Bagaimana mungkin Bara pelakunya? Ia tahu betul bila lelaki itu begitu sayang pada Ancha, harimau betina yang telah melayangkan nyawa Bara.
Menurut kesaksian Rudi, kerabat kerja Bara, tiada yang aneh dengan gerak-gerik Bara sebelumnya. Ia memberi makan Ancha seperti biasa, sepotong daging ayam seberat satu kilo dari luar kandang. Entah mengapa dia tiba-tiba masuk hunian Ancha seraya membawa alat suntik berisi cairan aneh. Ancha yang asyik melahap makan siangnya tak menyadari bila Bara ada di bagian belakang tubuhnya. Hingga jarum suntik menancap pada paha kiri dan hewan itu mengaum sekeras-kerasnya.
Kecepatan lari Bara terkalahkan oleh kelincahan hewan buas itu. Bara habis dicabik dan darah berceceran. Efek dari suntikan itu bereaksi setengah jam kemudian, Ancha lemas dan ambruk di atas jasad Bara.
Putri terus terisak hingga jasad Bara diangkat dan dibawa ke rumah sakit terdekat untuk diotopsi. Ia terus menggenggam kalung berinisial BP yang kemarin diberikan oleh Bara. Mungkinkah ini semua terjadi karenanya? Putri histeris dan pingsan di luar ruang otopsiotopsi