Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Hebohnya Suami dan Istri dalam Menyiapkan Mudik Lebaran
30 April 2019 15:46 WIB
Tulisan dari Amel tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Alhamdulillah, tahun ini akan menjadi mudik ketiga kalinya antara saya dan suami. Kadang geli sendiri, apakah keribetan tahun lalu akan terjadi lagi? Namanya rumah tangga yang baru dijalani, komunikasi masih belum bagitu bagus. Akhirnya malah saling menggantungkan siapa yang pesan tiket. Untung saja selalu tersedia tiket mudik lebaran di Tiket.com. Jadi tak cemas lagi meski ada salah paham sedikit.
ADVERTISEMENT
H-90
Waktu berlalu begitu cepat. Karena padatnya rutinitas, kami jadi tak sadar kalau sebentar lagi Ramadhan kembali menyapa. Artinya lebaran juga menanti dan kami harus mudik! Namanya anak berbakti, rasanya kami selalu diwajibkan pulang kampung demi sungkem pada orang tua. Apalagi orang tuanya nambah, ada mertua yang jadi orang tua kedua.
Tahun lalu, saya baru sadar kalau akan lebaran saat ada gembar-gembor ada tiket mudik gratis yang dibagikan Kementerian Perhubungan, berita yang saya dapat dari media sosial. Maklum, namanya ibu rumah tangga. Saat senggang kalau tidak lihat sinetron yaaa baca akun gosip di instagram. Eh ternyata follow akun berita juga, terbacalah berita tiket mudik gratis tersebut.
Karena mindset-nya, “Gratis = tidak keluar biaya = pangkal kaya,” maka saya coel suami.
ADVERTISEMENT
“Yank, tiket mudik gratis nih. Ikut, yuuuk!” rayu saya.
Malah respon yang tidak saya harapkan diberinya, melengos. “Duh ... Malas ah! Pasti desak-desakan.”
“Terus mudik kita gimana?” saya panik dan membayangkan harga tiket mudik yang melambung tinggi seiring naiknya sembako nantinya.
“Gampang. Kan bisa pesan di Tiket.com.”
“Okeee...” Obrolan selesai. Saya anggap sudah ada solusinya. Toh di Tiket.com juga ada banyak promo, pasti bikin irit saku pengantin rantau ini.
H-20
Di media sosial mulai banyak promo belanja. Dari busana muslim yang didiskon hingga aneka sembako yang banting harga plus gratis ongkir. Saya sebagai istri pemuja harga promo, langsung belanja ini itu. Beli sembako sebanyak-banyaknya biar saat puasa nanti tak perlu keluar rumah untuk belanja di minimarket seberang jalan demi harga murah. Seragam lebaran juga sudah deal dengan Mama, belanja online saja cari yang kembar, lalu dikirim ke rumah Mama agar saat lebaran di rumah Mama bisa pakai seragam lebaran.
ADVERTISEMENT
Suami beda lagi. Di masa ini beliau mulai merinci siapa-siapa keponakannya yang bakal kebagian jatah Tabungan Hari Raya (THR)-nya. Saya tulis nama saya besar-besar biar dapat jatah lebih, tapi dicoret dengan semena-mena.
“Nanti dapat baju baru. Gak usah jatah THR lah, kayak anak kecil aja,” ledeknya. "Yang penting tiket mudik lebaran aman, ya. Kan ada #tiketWonderfulIndonesia."
Saya tersenyum. Menganggap perkataannya ialah sebuah deskripsi bahwa suami telah memesan Tiket Kereta Api untuk kami pulang nanti.
H-10
Tahun lalu, walau kurang 2 minggu, rasanya lebaran sudah di depan mata. Dikomando suami, saya siapkan perbekalan mudik kami. Apalagi saat itu Zril, buah hati kami, sudah berusia 5 bulan. Tidak hanya kebutuhan saya dan suami, mulai dari gendongan, popok, baju ganti, peralatan pompa ASi dan botol susu, stroller dan aneka keperluan bayi juga saya siapkan. Jangan tanya berapa koper yang kami bawa. Banyak!
ADVERTISEMENT
Mengapa sampai dikomando segala? Sebab saya seringkali ceroboh. Terlalu menganggap enteng sesuatu sehingga kadang terlewat dipersiapkan. Sekali lagi saya cek perlengkapan mudik. Baju ganti untuk di kampung halaman sudah masuk, peralatan bayi Zril juga sudah, makan minuman untuk bekal di jalan siap dibawa, tinggal...tiket!
"Tiketnya mana, yank? Saya siapin sekalian." Saya ingatkan suami yang asyik main game di ponselnya.
"Kan kamu yang pesan," jawabnya ringan.
Sontak saya berbalik padanya. "Lho kan kamu bilang tiket mudik lebaran aman?"
Tangannya yang tadi asyik menekan-nekan layar berhenti. "Kamu gak pesan?" Nada suaranya meninggi.
Gawat! Ini siapa yang salah kok dia yang marah.
"Duh!" Lekas dia asyik dengan ponselnya lagi.
Saya terduduk kaku. Memandangi aneka persiapan pulang kampung kami. Segunung. Dan sebentar lagi saya kembalikan ke tempat semula. Gagal pulang kampung. Gagal bertemu orang tua. Gagal menjadi anak berbakti. Dan gagal jadi istri yang menyenangkan hati suami karena tak memenuhi perintah suami untuk pesan tiket mudik lebaran.
ADVERTISEMENT
"Udah. Nih ..." sebuah kecupan melayang di dahi saya. Di hadapan saya pun tampak layar ponsel yang menunjukkan nomor tiket kereta kami ke kampung halaman, Pasuruan.
Beruntung tiket perjalanan kini lebih mudah didapat melalui tiket.com. Perjalanan yang mendadak tetap bisa dilakukan karena tiket perjalanan selalu tersedia. Banyak alternatif transportasi yang juga bisa dipilih di https://www.tiket.com/ . Pun banyak promosi yang menyenangkan hati, dan juga menyelamatkan dompet.
Tahun ini sepertinya sudah tanpa kendala. Mengingat peristiwa tahun lalu yang bikin deg-deg-an membuat saya lekas pesan tiket kereta api untuk mudik lebaran. Tapi tanya dulu sama suami, takutnya dia sudah pesan juga karena berpikir saya lupa lagi. Ahahah. Komunikasi memang yang utama ya.
ADVERTISEMENT