Konten dari Pengguna

Perang Dagang AS-China menurut Teori Stabilitas Hegemoni

Arvito Rachman
Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Sebelas Maret
12 November 2023 17:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Arvito Rachman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Teori Stabilitas Hegemoni adalah teori dari hubungan internasional yang menjelaskan fungsi negara hegemoni atau negara yang mendominasi dalam membentuk tatanan global dan melestarikannya. Teori tersebut juga menjelaskan bahwa tatanan dunia akan stabil jika ada satu negara yang menjadi penguasa tertinggi, begitupun sebaliknya, jika ada lebih dari satu negara yang menjadi penguasa di dunia maka akan menimbulkan ketidakstabilan dalam tatanan dunia.
source : https://www.shutterstock.com/image-illustration/china-united-states-trade-american-tariffs-1052256230
zoom-in-whitePerbesar
source : https://www.shutterstock.com/image-illustration/china-united-states-trade-american-tariffs-1052256230
Gabungnya China menjadi anggota World Trade Organization (WTO) pada tahun 2001 memberikan hasil yang signifikan terhadap ekonomi China. Produk Domestik Bruto (PDB) China mulai meningkat setelah negara ini secara resmi bergabung dengan WTO dan telah terhitung sejak 1979 hingga setelah bergabung dengan WTO bahwa PDB China telah naik rata-rata 9% per tahun. Sehingga China kini menjadi negara dengan tingkat pertumbuhan tercepat di seluruh dunia. Sedangkan AS mengalami keterlambatan ekonomi disaat krisis ekonomi global pada tahun 2008. Momentum ini akan memungkinkan China untuk berkontribusi secara signifikan terhadap stabilisasi perdagangan dan keuangan global. perdagangan dan keuangan global. Kekuatan ekonomi AS saat ini dapat diimbangi oleh dinamika baru dalam hubungan ekonomi China. Karena peningkatan operasi impor dan ekspor China di AS dan negara-negara lain, serta di negara-negara lain, pertumbuhan ekonomi China menjadi ancaman bagi kerja sama ekonomi yang telah terjalin antara AS dan China.
ADVERTISEMENT
Secara global, stabilitas ekonomi AS terancam oleh ekspansi ekonomi China yang sangat cepat. Secara historis, adanya persaingan dua negara adidaya ini memiliki kecenderungan untuk menimbulkan ketidakstabilan geopolitik yang bermanifestasi dalam banyak hal, termasuk ekonomi. Keresahan geoekonomi telah disebabkan oleh ekonomi dan keamanan China, terutama dalam perdagangan AS-China dan kolaborasi AS-China.
Pada tahun 2017 AS hanya mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 2,5% sedangkan pertumbuhan China sebesar 6,9%. Hal tersebut menyebabkan AS khawatir bahwa sebuah kekuatan baru akan muncul di Indo-Pasifik. Selain itu, Terdapat selisih perdagangan sebesar 375 miliar dolar antara China dan AS. Karena perdagangan antara kedua negara, kesenjangan ini tercipta. Melihat perkembangan ekonomi China, membuat AS sebagai negara hegemoni, pada saat kepemimpinan Trump melakukan tindakan untuk mempertahankan hegemoninya dengan memunculkan kebijakan luar negeri dan memberlakukan pembatasan impor senilai 50 miliar dolar AS dan tarif baru tambahan senilai 200 miliar dolar AS untuk barang-barang China.
ADVERTISEMENT
Tanggapan China terhadap tarif AS adalah dengan mengancam akan memungut bea masuk sebesar 15-25% pada daftar 128 barang AS jika pembicaraan perdagangan antara AS dan China tidak membuahkan hasil. Untuk menaikkan harga jual komoditas yang dikirim ke masing-masing negara, kedua negara saling melempar kebijakan tarif perdagangan. Akibatnya adalah penurunan konsumsi barang-barang impor dari AS dan China
Perang dagang antara AS dan China telah menciptakan tantangan dan dampak global yang signifikan. Ketidakpastian dalam hubungan perdagangan kedua negara telah menghambat investasi dan pertumbuhan ekonomi global secara luas. Pelaku usaha di berbagai negara terpaksa menunda keputusan investasi besar-besaran atau mengurangi ekspansi bisnis mereka karena ketidakjelasan arah dan kebijakan perdagangan internasional. Tingginya ketegangan perdagangan antara AS dan China juga mempengaruhi pasar keuangan global. Fluktuasi harga saham, mata uang, dan aset keuangan lainnya menjadi lebih rentan terhadap sentimen pasar yang dipengaruhi oleh perkembangan dalam perang dagang ini. Investor dan pelaku pasar keuangan harus mewaspadai berbagai peristiwa dan keputusan yang dapat mempengaruhi prospek perdagangan antara dua negara terbesar di dunia ini.
ADVERTISEMENT
Selain itu, dampak perang dagang AS-China juga dirasakan dalam harga komoditas. Ketidakpastian dan ketegangan perdagangan ini dapat mempengaruhi permintaan dan pasokan global untuk berbagai produk komoditas seperti logam, minyak, dan hasil pertanian. Ketika perdagangan terhambat atau terganggu antara AS dan China, pasar global harus menyesuaikan diri dengan perubahan dalam pola perdagangan, yang berdampak pada harga dan ketersediaan komoditas di pasar internasional. Walaupun terjadi beberapa upaya untuk meredakan ketegangan dan mencapai kesepakatan perdagangan yang lebih komprehensif antara AS dan China, perang dagang ini belum sepenuhnya diselesaikan.
Apa yang akan terjadi setelah perang dagang?
Perang dagang yang terjadi menjadi bukti atas kebenaran teori stabilitas hegemoni, dimana ketika ada 2 negara adidaya atau lebih maka akan menimbulkan ketidakstabilan ekonomi dunia. Namun, hingga perang dagang usai pun, China masih tetap mengembangkan dan berusaha menyaingin Amerika sebagai hegemoni. Begitupun sebaliknya, Amerika selalu berusaha mempertahankan hegemoninya. Maka dari itu, apakah kedepannya akan timbul beberapa konflik yang akan menimbulkan ketidakstabilan ekonomi lagi akibat dari kedua negara tersebut seperti yang terjadi saat perang dagang. Jika berdasarkan teori stabilitas hegemoni, kestabilan ekonomi akan aman jika ada satu negara adidaya, tetapi jika China masih berusaha untuk menjadi hegemon. Maka kedepannya akan menimbulkan ketidakstabilan yang lain.
ADVERTISEMENT