Konten dari Pengguna

Upacaran Keagamaan Kebakaran Jenazah Ngaben ibali

Arya Yudha Maulana
Mahasiswa universitas pamulang fakultas ilmu komunikasi prodi ilmu komunikasi S1
9 Desember 2024 13:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Arya Yudha Maulana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Suasana Upacara ngaben di bali, Sumber: Bing AI
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Upacara ngaben di bali, Sumber: Bing AI
ADVERTISEMENT
Ngaben merupakan salah satu upacara paling sakral dalam tradisi Hindu di Bali. Sebagai bagian dari siklus kehidupan dan kematian, Ngaben melambangkan pelepasan roh dari ikatan duniawi menuju moksha, yaitu penyatuan dengan Brahman (Tuhan). Dalam perspektif antropologi, Ngaben bukan sekadar ritual keagamaan, melainkan ekspresi kompleks dari sistem kepercayaan, hierarki sosial, dan identitas budaya masyarakat Bali.
ADVERTISEMENT
Dalam kepercayaan Hindu Bali, manusia terdiri atas badan kasar (stula sarira), badan halus (suksma sarira), dan jiwa (atman). Setelah seseorang meninggal, badan kasar kembali ke elemen alam (Panca Maha Bhuta), sementara jiwa perlu dilepaskan dari dunia untuk mencapai moksha. Upacara Ngaben menjadi jembatan penting untuk proses tersebut.
Ngaben juga menggambarkan harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan yang menjadi inti ajaran Tri Hita Karana. Dengan membakar jenazah, elemen-elemen tubuh manusia dilebur dan dikembalikan ke alam semesta, menjaga keseimbangan kosmis.
Proses Upacara Ngaben
Secara garis besar, Ngaben melibatkan beberapa tahapan:
1. Persiapan
Keluarga mempersiapkan sarana dan prasarana ritual, termasuk bade (menara jenazah) dan lembu atau patung yang akan digunakan sebagai tempat pembakaran jenazah.
ADVERTISEMENT
Ahli ritual (pemangku atau pendeta) menentukan hari baik (dewasa ayu) untuk pelaksanaan upacara.
2. Puncak Ritual
Jenazah ditempatkan di dalam bade dan diarak menuju tempat pembakaran. Proses ini diiringi gamelan dan tarian untuk menciptakan suasana yang dianggap penuh kegembiraan, melambangkan pelepasan tanpa kesedihan.
Setelah tiba di tempat pembakaran, jenazah dibakar dalam patung lembu atau sarana lain yang telah disiapkan.
3. Upacara Penutup
Abu jenazah dikumpulkan dan dilarung ke laut atau sungai sebagai simbol pelepasan roh menuju alam atas.
Dimensi Sosial dan Budaya
Ngaben tidak hanya berfungsi sebagai ritual spiritual tetapi juga sebagai wujud penghormatan kepada leluhur dan ekspresi identitas sosial. Dalam konteks hierarki sosial, status seseorang sering tercermin dari kemegahan upacara ini. Misalnya, anggota kasta Brahmana atau Ksatria mungkin melaksanakan Ngaben dengan lebih megah dibandingkan kasta lainnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Ngaben memperkuat solidaritas sosial. Keluarga besar dan komunitas adat (banjar) bekerja sama untuk memastikan upacara berlangsung dengan lancar. Tradisi ini menjadi wadah penting untuk menjaga hubungan sosial dan rasa kebersamaan di tengah masyarakat Bali.
Perubahan dan Tantangan
Di era modern, Ngaben mengalami berbagai perubahan. Salah satunya adalah munculnya Ngaben Massal, yang dilakukan secara kolektif oleh beberapa keluarga untuk mengurangi biaya. Tradisi ini mencerminkan adaptasi terhadap dinamika sosial-ekonomi tanpa menghilangkan makna spiritualnya.
Namun, globalisasi dan modernisasi juga membawa tantangan dalam mempertahankan nilai-nilai asli Ngaben. Beberapa generasi muda mulai kehilangan pemahaman mendalam tentang makna ritual ini, sehingga penting untuk terus melestarikan tradisi melalui pendidikan budaya.
Kesimpulan
Ngaben adalah lebih dari sekadar ritual pembakaran jenazah. Ia mencerminkan integrasi antara dimensi spiritual, sosial, dan budaya masyarakat Bali. Dari perspektif antropologi, upacara ini menunjukkan bagaimana masyarakat Bali menjaga harmoni kosmos sekaligus merepresentasikan identitas kolektif mereka. Di tengah perubahan zaman, pelestarian nilai-nilai Ngaben menjadi tanggung jawab bersama untuk memastikan warisan budaya ini tetap hidup.
ADVERTISEMENT