Konten dari Pengguna

Keamanan Sekolah

Asep Saefuddin
Rektor Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) - Guru Besar Statistika FMIPA Institut Pertanian Bogor (IPB)
2 September 2022 9:27 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asep Saefuddin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Keamanan Sekolah untuk Anak Adalah Tanggungjawab Kita Bersama. Foto: Dok. penulis
zoom-in-whitePerbesar
Keamanan Sekolah untuk Anak Adalah Tanggungjawab Kita Bersama. Foto: Dok. penulis
ADVERTISEMENT
"Duka mendalam kita sampaikan atas tragedi truk kontainer maut di Bekasi yang menelan banyak korban. Diantaranya adalah anak-anak Sekolah Dasar (SD). Semoga keluarga korban selalu diberikan ketabahan… Aamin."
ADVERTISEMENT
***
Terlepas dari ‘ruang takdir’ tapi tragedi ini bisa dijadikan momentum untuk kita mengevaluasi berbagai hal. Mulai dari kelayakan kendaraan, aturan jam operasi truk, performa sopir, termasuk keamanan anak-anak di lingkungan sekolah.
Jika kita lihat, banyak lokasi sekolah yang ‘memakan’ lahan jalan yang dilalui oleh banyak kendaraan. Bahkan sudah menjadi pemandangan yang biasa, beberapa bahu jalan dijadikan tempat jajanan anak-anak ketika jam istirahat atau menjelang pulang. Padahal posisi ini sangat tidak aman. Mulai dari ancaman debu jalanan — yang menyebabkan jajanannya semakin tidak sehat. Juga bisa menyebabkan gangguan bagi pengguna jalan sampai menjadi korban ketika ada kecelakaan lalu lintas.
Sekolah dengan bantuan dinas terkait, sepatutnya mulai meminimalisir terjadinya ‘kerumunan’ anak-anak sekolah di bahu jalan. Termasuk aktivitas jajan disana. Pemerintah juga harus segera menemukan solusi agar arus keluar-masuknya aman, apalagi bagi anak-anak yang lokasi sekolahnya persis di samping jalan raya. Semua harus dilihat secara komprehensif.
ADVERTISEMENT
Jangan terlalu sendiri-sendiri. Dinas yang berkaitan transportasi tidak peduli dengan keselamatan anak-anak sekolah. Dinas yang berkaitan dengan pedagang kaki lima tidak peduli nasib anak sekolah. Ketika ada kecelakaan, cukup dijawab sudah nasib. Susah maju secara hakiki kalau begini terus.
Kalaupun kerumunan tidak dapat dihindari misalnya terkait dengan waktu antar jemput siswa. Pada jam-jam tertentu ini seharusnya dibuat pengaturan atau pengamanan yang ekstra. Di depan sekolah umumnya saat ini terjadi kemacetan yang parah pada jam-jam masuk dan pulang sekolah. Untuk persekolahan di pinggir jalan raya, keadaan sangat mengerikan. Apalagi tingkat kecerobohan pengendara di Indonesia ini masih tinggi. Kecepatan sangat tinggi dan tidak peduli banyak anak-anak sekolah berkerumun.
Sebagaimana rilis Korlantas Polri tahun lalu terkait kecerobohan-kecerobohan pengendara yang menjadi penyumbang kecelakaan. Diantaranya adalah ceroboh terhadap lalu lintas dari depan (17,4%), ceroboh menjaga jarak aman (16,1%),ceroboh saat belok (10,4%), dan ceroboh saat nyalip (6,91%). Bahkan lebih dari 9.000 kasus yang melampaui batas kecepatan dan lebih dari 5.000 kasus pengendara mengabaikan hak pejalan kaki. Ngeri.
ADVERTISEMENT
Di dalam lingkungan sekolah juga demikian. Mereka yang sedang menuntut ilmu itu harus senantiasa berada dalam zona aman dan nyaman. Mulai saat ini, kita perlu menyepakati anak-anak disekolahkan bukan hanya untuk menjalani proses belajar yang hasil akhirnya berwujud nilai-nilai akademik berbasis kepintaran saja. Di sekolah, peserta didik juga mempunyai hak yang harus dipenuhi. Seperti hak keamanan, kenyamanan, ketenangan. Apalagi hak-hak ini telah menjadi salah satu materi pelajaran yang mereka pelajari di sekolah bersama-sama dengan materi kolaborasi.
Misalnya pada pelajaran tematik - terpadu kelas 3 SD. Secara tekstual disampaikan ada korelasi sekolah aman (dalam hal bersih dan sehat) dengan keceriaan dan semangat belajar. Diantara indikasinya adalah kantin yang sehat, memiliki tempat cuci tangan, tersedianya tempat sampah yang mudah diakses siswa, toilet sekolah yang bersih dan wangi, bebas dari jentik nyamuk dan asap rokok, serta lingkungan segar dengan sirkulasi udara yang lancar.
ADVERTISEMENT
Mengapa sekolah tidak mengakomodir para pedagang yang berjualan di depan sekolah untuk masuk ke sekolah saja? Kelak, jenis-jenis jajanan yang dijual haruslah diawasi. Kita ingin apa yang dikonsumsi anak-anak itu tidak sekedar nyaman di lidah, lebih dari itu juga aman baik dari rasa, warna, dan sumbernya. Masa depan Indonesia sangat tergantung pada mutu anak sekolah. Termasuk kesehatannya. Jangan biarkan mereka tidak aman secara input jajanan dan lalu lalang kendaraan di sekitar sekolah.
Ruang gerak anak di sekolah juga harus diprioritaskan. Sering kita melihat adanya sekolah yang siswanya membludak sementara lahan yang tersedia sedikit. Padahal anak-anak itu memiliki hak untuk mengeksplorasikan dirinya. Karena pembelajaran tidak melulu harus di ruang kelas yang tertutup rapat. Mereka juga perlu udara-udara segar yang berguna untuk menguatkan imajinasi dan potensi.
ADVERTISEMENT
Terakhir, anak-anak di sekolah juga harus dijamin keamanannya dalam hal bebas dari perundungan, pergaulan bebas, serta perilaku-perilaku tidak pantas lainnya yang akan berdampak pada masa depannya kelak. Bangunlah manusia masa depan dengan mutu pendidikan saat ini. Termasuk rasa aman mereka. Untuk hal ini, lagi-lagi perlu kerjasama banyak pihak.
Sekolah haruslah membuat langkah-langkah pencegahan. Guru-guru di sekolah haruslah menjadi pelindung. Ketika ada indikasi-indikasi hadirnya oknum guru yang menjadi predator, berhentikan segera segera. Jika perlu umumkan ke sekolah-sekolah lainnya. Agar tidak ada celah baginya untuk berinteraksi dengan anak-anak.
Di rumah juga demikian. Di tengah kesibukannya, para orang tua tidak boleh abai terhadap perkembangan anaknya sendiri. Relasi sekolah - orang tua bukan sekedar seperti transaksi di dunia politik dan bisnis. Hanya berdasarkan kepentingan sesaat.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, yang kadang sering menyusahkan adalah terkait publikasi-publikasi pemberitaan dengan ‘aktor’ para figur publik. Mereka sangat memberikan andil. Di sekolah diajarkan ramah tamah, di rumah diajarkan kesopanan, eh di layar kaca anak-anak menyaksikan sang figur publik itu sedang bertengkar sambil mengeluarkan kata kotor — hanya untuk kepentingan sesaat. Media televisi dan media cetak jangan terjebak pada orientasi rating. Pikirkan bagaimana membangun SDM yang berkarakter dan unggul, walaupun tidak langsung di unit persekolahan.
Saatnya kita bangun kepedulian, agar anak-anak kita senantiasa hidup aman. Dari segala sisi. Dimanapun dan kapanpun mereka berada.
*Asep Saefuddin, Rektor Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) - Guru Besar Statistika FMIPA Institut Pertanian Bogor (IPB)