Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kompetensi Pengurus Masjid di Era Modern
4 Februari 2023 9:24 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Asep Abdurrohman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mengelola masjid di era modern memang bukan hal yang mudah. Terlebih, masjid tersebut berada di kawasan pemukiman penduduk yang berbasis perumahan. Dan perumahan tersebut terdapat di sekitar Tangerang Raya.
ADVERTISEMENT
Tangerang Raya, seperti yang sudah diketahui bersama adalah salah satu Kota di Indonesia yang menjadi incaran para pencari kerja dari berbagai pelosok di Indonesia.
Menurut para ahli, Jabodetabek ini menjadi tempat perputaran uang terbesar di Indonesia. Wajar memang, karena Jabodetabek banyak perusahaan dan perkantoran yang beroperasi. Pusat bisnis.
Sudah begitu, Jakarta Ibu Kota Indonesia, tempat berkantornya presiden beserta segenap para pembantunya. Maka wajar adanya, masyarakat Indonesia berbondong-bondong datang ke wilayah Jabodetabek untuk mencari penghidupan yang layak.
Pada gilirannya, masyarakat sekitar Jabodetabek sangat beragama latar belakangnya. Imbas dari kondisi demikian, munculnya pemukim berbagai pemukiman warga. Baik pemukiman untuk kontrakan atau pemukiman yang berupa perumahan siap dibeli. Tengok saja, pemukiman penduduk di sekitar Jabodetabek tumbuh subur, bak tanaman disiram hujan.
ADVERTISEMENT
Di Kabupaten Tangerang misalnya, setiap tahun sekitar 40% penduduk Kabupaten Tangerang pulang kampung. Ini artinya, 40% penduduk tersebut bukan penduduk asli Tangerang, melainkan berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Pada gilirannya masyarakat di sekitar Tangerang beraneka suku dan agama.
Untuk mengelola masyarakat yang beragam tersebut diperlukan pengelolaan yang baik. Maka di sinilah peran pemerintah dan masyarakat diharapkan punya andil besar. Untuk mengelola lingkungan Kabupaten Tangerang, misalnya, diperlukan pemimpin daerah yang cakap dan mampu berkomunikasi dengan baik di antara berbagai unsur masyarakat.
Kepala Daerah juga tidak akan mampu mengelola secara mandiri tanpa dibantu oleh pihak kecamatan. Pihak kecamatan pun tidak akan mampu tanpa dibantu oleh pihak kepala desa.
Dan kepala desa pun tidak akan mampu tanpa dibantu oleh RW dan RT. Pada akhirnya, RW dan RT pun tidak akan bisa mendidik masyarakat tanpa dibantu oleh pihak lain dan termasuk dalam hal ini adalah dibantu oleh lembaga keagamaan salah satunya adalah masjid.
ADVERTISEMENT
Masjid dipandang sangat strategis dalam mendidik masyarakat lewat program programnya. Tetapi lagi-lagi dibutuhkan pengelola masjid yang betul-betul memahami situasi dan kondisi masyarakat perumahan Dasana Indah.
Apalagi, Dasana Indah salah satu perumahan yang cukup padat dan luas di Tangerang. Masyarakatnya berasal dari berbagai daerah di Indoensia. Percis, kemajemukan Dasana Indah begitu jelas. Ini terlihat dari berbagai idiologi keagamaan yang ada di Masjid Nurul Huda, Kelapa Dua, Kab. Tangerang.
Masjid Nurul Huda, sebagai masjid terbuka, siapa pun bisa ikut memakmurkan masjid. Baik lewat jamaah masjid maupun lewat menjadi pengurus masjid.
Untuk mengelola masjid, maka paling tidak dibutuhkan empat kompetensi. Pertama, memiliki kemampuan berpikir kritis. Berpikir kritis, tidak saja penting menghadapi informasi yang begitu melimpah di berbagai
ADVERTISEMENT
WAG, tetapi pengelolaan masjid pun dibutuhkan kemampuan berpikir kritis tentang berbagai hal yang terkait dengan masjid.
Saat masjid menghadirkan pusat jajanan, maka tidak boleh lepas dari ilmu ekonomi. Ilmu ekonomi dipandang kritis, karena mampu menghadirkan kelemahan dan sekaligus kelebihan dari aktivitas perdagangan.
Perdagangan tidak akan sukses tanpa diawali dengan kemampuan daya analisis terhadap berbagai kemungkinan yang akan membuat dagangan laris dan berbagai kemungkinan yang membuat dagangan akan sepi dari pengunjung.
Contoh kasus penjualan ayam goreng “Nikita”, meski hadir sangat beliah tapi pelanggannya sudah terlihat banyak. Ini dikarenakan pengelolanya memahami karakter masyarakat perumahan Dasana Indah.
Peluang yang ditangkap oleh pengelola, orang tua muda bekerja yang memiliki anak masih duduk di bangku sekolah, khususnya sekolah dasar, tidak memiliki banyak waktu untuk menyiapkan bekal makan untuk anaknya ketika di sekolah.
ADVERTISEMENT
Melihat peluang itu, Nikita menjawab kebutuhan orang tua muda dengan cara menjual nasi dan ayam goreng di waktu pagi hari. Dengan kemasan modern hampir mirip dengan MC Donald, ayam goreng yang dipadukan dengan stik kentang menjadi penasaran masyarakat untuk mencobanya.
Apalagi, tampilan Nikita dengan cat menarik dan di lantai dua ada space untuk nongkrong bagi kawula anak muda, keberadaannya menjadi daya tarik anak muda untuk mencobanya. Jika pengelolaan bisnis ayam goreng ini ditarik ke dalam pengelolaan masjid, maka bukan tidak mungkin masjid akan merangkak naik dan ramai pengunjungnya.
Mulai dari pengelolaan ibadah dengan menghadirkan sarana dan prasarana yang membuat betah jamaah. Berbagai tema kajian yang mampu menjawab kegelisahan umat. Dan program lainnya yang dikemas dengan cara yang meninggikan derajat dan mengena terhadap psikologi jamaah.
ADVERTISEMENT
Tema tema kajian pun diperluas, tidak hanya yang berhubungan ilmu tentang salat saja tetapi berbagai tema kajian yang terkait dengan kehidupan jamaah Nurul Huda. Dalam konteks tasawuf, bagaimana Nurul Huda mempunyai program yang mampu mendekatkan jamaah dengan Tuhannya.
Kedua, kreativitas. Kreativitas sangat diperlukan oleh pengurus masjid. Salah satunya kreativitas pengelolaan kajiannya, misalnya, diperlukan beberapa variable pengelolaan.
Mulai dari pengelolaan tema kajian, pengelolaan perkembangan jamaah, pengelolaan ustadz sebagai pengampu kajian, model kajian, hadiah untuk jamaah kajian, umrah gratis bagi jamaah kajian, dan lain sebagainya. Agar masjid terus berkembang, Perlu adanya Program yang berbasis milenial untuk merangkul generasi muda dan penyiapan generasi Masjid mandatang.
Menjualkan produk-produk jamaah dengan mengambil satu slot ruko Nurul Huda yang menjual berbagai produk jamaah dari makanan, hasil keterampilan dll.sebagai realisasi pengembangan ekonomi keumatan.
ADVERTISEMENT
Mengelola keuangan masjid dengan konsep tata keseimbangan misalnya jika besar pengeluaran untuk membangun fisik besar juga pengeluaran untuk membangun SDM pelatihan-pelatihan dan kajian-kajian dengan tema yang teratur dan terstruktur.
Pengurus DKM merupakan para pemimpin yang dapat istiqomah dapat menunaikan amanahnya baik secara Ruhul Ilahiyah maupun Ruhul Insaniyah . Karena Rasulullah Saw bersabda seseorang itu pemimpin dan akan diminta pertanggungjawabannya atas kepimpinannya.
Dalam kandungan Filsafatnya mesjid Nurul Huda itu bagaikan kapal yang sedang berlayar dan ketua DKM sebagai nahkoda dan pengurus yang lain sebagai pegawai lainnya yang mengurusi para penumpangnya. Dari itu semua bagaimana caranya penumpang itu dapat selamat sampai tujuan.
Begitu juga para pengurus ini bisa menjadikan wadah/majelis yang dapat mengantarkan ummatnya mencapai ridho robbul 'alamiin. Tentunya tidak lepas dari tugas yang sangat mulia itu yaitu bisa mewujudkan ummatnya yang istiqomah untuk beribadah (ruhul ilahiyyah) dan istiqomah pada dirinya memiliki akhlakul karimah (ruhul Insaniyah)) terutama bisa memiliki akan dirinya sebagai mahluk sosial yang memiliki sosial emosional yang tinggi..
ADVERTISEMENT
Ketiga, kolaborasi. Kolaborasi tidak hanya dibutuhkan oleh orang yang berbisnis saja, tetapi oleh pihak pengelola masjid pun dibutuhkan. Masjid dalam menjalankan programnya, perlu kerja sama dengan lembaga lain. misalnya, jika Nurul Huda punya program bantuan pendidikan, bisa kerjasama dengan Baznas, Dompet Dhuafa, lembaga pendidikan sekolah dan Perguruan tinggi dan lain sebagainya.
Keempat, komunikasi. Komunikasi sangat dibutuhkan oleh siapa pun dan oleh lembaga apapun, termasuk oleh masjid. Maka, masjid yang baik adalah pengurusnya bisa berkomunikasi ke dalam dan keluar. Ke dalam untuk informasi jamaah. Baik info tertulis atau informasi secara lisan.
Keduanya dikemas dengan cara menarik dengan menggunakan pendekatan modern dan profesional. Sementara informasi keluar, untuk masyarakat luas. Informasi bagi masyarakat luas dapat dikemas dengan modern pula. Entah itu dengan media sosial, atau pun dengan konvesional yang efektif dan efisien. Semoga bermanfaat. Wallahu a'lam.
ADVERTISEMENT
*Catatan Singkat Raker Masjid Raya Nurul Huda Kab. Tangerang.
Penulis adalah Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Tangerang.