Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Salat di Luar Salat (5)
4 Agustus 2022 11:53 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Asep Abdurrohman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada tulisan ketiga yang lalu, penulis sudah menjelaskan makna dari mengucapkan takbir. Pada tulisan kali ini, penulis akan mencoba menjelaskan makna mengangkat tangan. Mengangkat tangan ketika salat, bukanlah tanpa maksud dan tujuan. Juga, bukan tanpa hikmah yang bisa diurai dengan beragam pendekatan. Melainkan, mengangkat tangan ketika sedang takbir itu mempunyai makna yang dalam kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Mengangkat tangan dalam takbir ketika salat merupakan sunnah oleh orang yang akan salat. Secara fiqh, mengangkat tangan sunnah kepada umat Islam yang akan melaksanakan salat. Andai kata tidak bisa pun, misalnya tangan dalam keadaan sakit, boleh diangkat semampunya. Jika tidak mampu sama sekali mengangkat tangan, maka cukup memakai isyarat saja.
Mengangkat Tangan Kontekstual
Dalam kehidupan sehari-hari, seperti pencuri yang tertangkap secara otomatis akan mengangkat tangan. Mengangkat pertanda menyerah kepada pihak yang lebih kuat. Dalam konteks salat, mengangkat tangan sebagai bukti bahwa tidak ada daya dan upaya ketika berhadapan dengan Tuhan yang Maha Kuasa.
Salat yang dimulai dengan mengangkat tangan sambil berucap Allah Akbar, hakikatnya manusia beriman sedang mengakui kelemahan dirinya di hadapan yang Maha Kuasa. Baik lemah secara fisik maupun lemah secara batin. Dalam kasus-kasus tertentu, fisik seseorang sudah menunjukkan kuat.
ADVERTISEMENT
Tetapi belum tentu secara batin menunjukkan kuat. Badan boleh berotot dan ideal, tetapi saat dihadapkan dengan Tuhan ketika salat semua manusia mengaku lemah dan tidak mempunyai kekuatan. Karena di hadapannya ada yang lebih kuat.
Dalam dunia pekerjaan, kita sering melihat karyawan yang ada sebuah perusahaan ketika bertemu atasannya menunduk atau merendahkan badannya. Ini sebagai bukti bahwa sehebat apa pun dan sekuat apa pun seorang karyawan ketika bertemu dengan atasannya pasti akan memberikan sinyal langsung dalam tubuh dan pikirannya ada yang lebih hebat dan berkuasa terhadapnya.
Saat manusia menemukan kesulitan dalam mengerjakan sesuatu, hakikatnya ia akan mengangkat tangan. Bukan mengangkat tangan secara dzohir, tetapi mengangkat tangan secara batin. Buktinya, ia akan meminta pertolongan kepada orang lain yang lebih menguasai tentang kesulitan yang dikeluhkannya itu.
ADVERTISEMENT
Dalam filosofi perang, mengangkat tangan ke atas juga menunjukkan menyerah dan sekaligus mengakui kekuatan pihak lawan. Dalam lingkungan masyarakat yang heterogen, secara simbolis juga memberikan gambaran yang hampir sama. Pihak penguasa lingkungan akan mendemonstrasikan sebagai pihak yang kuat. Sementara masyarakat sebagai pihak yang lemah akan mendemonstrasikan sebagai pihak yang lemah.
Kenapa demikian, karena secara sosiologis terdapat hubungan relasi kuasa antara penguasa lingkungan dengan masyarakat yang berada di bawah penguasa lingkungan. Ini wajar dan akan selalu terjadi di mana pun berada. Ibaratnya hubungan komandan dengan prajuritnya dalam sebuah angkatan perang, kedua belah akan selalu menunjukkan siapa yang lemah dan siapa yang kuat.
Di dalam masyarakat tanpa kendali pimpinan pun dengan sendirinya akan ada pihak yang menunjukkan lebih unggul dan mendominasi terhadap pihak yang dianggap lemah. Baik lemah kuasa, lemah penguasaan keilmuan, lemah pamor, lemah kepemilikan harta, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Misalnya, masyarakat yang hidup dalam suatu gang di sebuah perumahan, pelan tapi pasti akan ada orang yang menunjukkan mempunyai kekuatan pengaruh. Terlepas dari kalah curi start atau tidak, yang jelas persoalan ada pihak yang kuat dan ada pihak yang lemah akan selalu muncul.
Hal Ini terjadi, karena ada pihak yang mengaku mempunyai kekuatan dan di sisi lain ada pihak yang mengaku lemah meskipun hanya kalah start saja. Namun, dalam perkembangannya pihak yang lemah akan bangkit jika dengan telaten menyusun kekuatan untuk menyerang balik pihak yang dianggap kuat.
Dalam konteks mengangkat tangan ketika salat, bisa jadi dalam kasus-kasus tertentu orang salat itu tidak mengangkat tangan, karena sudah melanggar ketentuan agama yang membuat pelaku berdosa besar atau musyrik. Meskipun masih salat dan masih mengangkat tangan, tetapi pada hakikatnya ia tidak sedang mengangkat tangan. Ini karena perilaku dosa besar atau musyrik membuat pelakunya keluar dari agama yang lurus.
ADVERTISEMENT
Sebagai muslim sejati, yang berarti menyerah kepada Tuhan yang Maha Kuasa, mari kita bentangkan perilaku kita agar tidak keluar dari filosofi mengangkat tangan. Dan sebaiknya jangan hanya puas mengangkat tangan secara fisik, tetapi bergeraklah ke makna mengangkat tangan yang mempunyai makna lebih luas. Baik dalam konteks hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungan sekitarnya. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.