Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Spektrum Pendidikan Muktamar (Part 1)
18 November 2022 10:33 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Asep Abdurrohman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam kehidupan sehar-hari dan kehidupan sosial secara simbolis syarat dengan nilai-nilai. Nilai nilai adalah sesuatu yang berharga dan penting. Nilai nilai hujan misalnya, memberikan gairah hidup yang luas. Gairah yang hidup yang luas, bisa dieksperisikan dengan; ojeg payung laku keras, penjual bakso laris manis, grab mobil menggeliat di pasaran , dan segudang ekspersi lainnya.
ADVERTISEMENT
Begitu juga berbagai kejadian yang menimpa diri kita dan orang banyak, bukan tanpa syarat nilai-nilai. Kejadian Kanjuruhan, yang menelan korban 132 korban pada tanggal 1 Oktober yang lalu adalah syarat dengan nilai-nilai. Menurut hasil kajian dari tim pencari kebenaran, yang dikomandoi oleh Menkopolhukam, Mahfud MD, salah satu hasil kajiannya adalah karena pengelola stadion tidak profesional.
Kejadian itu punya pelajaran penting untuk kita dalam kehidupan sehari-hari, bahwa bersikap profesional itu penting, bukan hanya sekedar mencari keuntungan. Sehingga, dari kejadian itu memberikan isyarat kepada semua lapisan masyarakat untuk bersikap hat-hati dalam bekerja yang berhubungan dengan dunia sosial. Perencanaan yang matang, kolaborasi program yang terarah, dukungan SDM yang mumpuni, koordinasi semua bagian berjalan sinergis, dan evaluasi untuk mengembangkan tetap dijalankan. Itu semua penting, guna memberikan yang terbaik pada setiap program yang berdampak luas.
ADVERTISEMENT
Bukan rewardnya yang diharapkan, tetapi nilai amanah yang diberikan mampu dijalankan dengan penuh dedikasi, yang endingnya adalah meraih ridho-Nya, bukan ridho atasannya. Agama mengajarkan ibadah dahulu, kemudian meminta pertolongan. Tidak dibalik, meminta pertolongan dahulu lalu ibadah kemudian. Ini perlu reorientasi atas tujuan hidup yang sedang berjalan. Nilai-nilai prioritas juga harus tetap jalan, agar mampu mengelola hidup yang dinamis, di tengah gempuran informasi yang membludak ke segala arah, termasuk arah nilai-nilai yang sudah diperankan atau yang akan diperankan oleh aktor kehidupan.
Dalam hal ini adalah peran muktamar memberikan nilai-nilai kepada peserta dan penggembira muktamar yang menjadi aktor sekunder di tengah harapan masyarakat yang plural.
Muktamar Muhammadiyah VS Muktamar Kehidupan Sosial
ADVERTISEMENT
Muktamar adalah permusyawaratan tertinggi di Muhammadiyah. Tujuan muktamar mempunyai beragam arah. Selain pokoknya untuk momen regenerasi kepemimpinan, juga untuk silaturahmi dan kolaborasi keumatan yang terlintas dalam ragam sudut kehidupan. Kolaborasi intelektual dan akademik tetap mesti dijalankan dengan penuh gairah.
Namun kolaborasi ekonomi, kebudayaan, agama yang mencerahkan, tauladan tanpa pamrih, dan lingkungan berkeadilan harus tetap dikibarkan ke segenap lapisan masyarakat lewat yang namanya Muktamar. Maka, sejatinya muktamar sebagai ajang untuk menghidupkan kehidupan dunia dengan segala ragamnya. Dan ini sudah ditunjukkan oleh kolaborasi Pemerintah Kota Solo dengan Muhammadiyah.
Kolaborasi yang baik ini mampu menggerakkan roda ekonomi di Kota Solo. Paling tidak pergerakan ekonomi yang kasat mata bisa dilihat dari: hotel-hotel sekitar Kota Solo penuh, gerak roda kaki lima bergairah, pembuat oleh-oleh sibuk, tukang parkir hilir mudik, pengatur lalu lintas menggeliat, wisata kebanjiran untung, para ojol dan grab car dinamis, dan kehidupan kota Solo menjadi hangat dan semakin bersinar.
ADVERTISEMENT
Bahkan, pemesanan hotel diprediksi bisa mengular ke Kota Yogyakarta. Jadi sebenarnya, yang muktamar itu bukan hanya masyarakat Muhammadiyah saja, tetapi segenap masyarakat Kota Solo, Kota Yogyakarta dan Indonesia pada umumnya secara hakikat merasakan jasmani dan rohaninya muktamar. Mesti muktamarnya dalam bentuk lain, seperti penghasilan merauk tinggi untuk menggerakkan roda ekonomi keluarga dan juga masyarakat luas pada umumnya.
Nilai-Nilai Pendidikan pada Muktamar Perspektif Panitia, Peserta, dan Penggembira
Beberapa bulan sebelum dihelat acara muktamar, pasti panitia sudah mempersiapkan dengan matang. Persiapan panitia ini, sungguh mesti kerja keras dan kerja cerdas. Kerja keras mengatur dengan kebutuhan muktamar dan kerja cerdas memberikan pelayanan terbaik yang mampu mencerahkan. Seperti tema yang sudah dibangun oleh panitia, “Memajukan Indonesia Mencerahkan Semesta". Untuk mencerahkan Indonesia, tentu membutuhkan kerja intelektual yang membumi.
ADVERTISEMENT
Di antaranya adalah memilih panitia yang mempunyai karakter pekerja keras, jujur, disiplin, mampu diajak kerja sama, pantang menyerah, optimis, berdamai dengan perbedaan persepsi, dinamis, memandang hidup positif, dan karakter membumi lainnya. Sebagai panitia tentu, harus saling koordinasi dengan panitia lainnya. Koordinasi pun harus diwarnai dengan komunikasi yang cair, tidak menggurui, egaliter, memanusiakan manusia, mengembangkan kemampuan, dan menghargai batas kemampuannya.
Belum lagi kerja sama dengan semua pihak yang saling terkait, ini juga mesti dikembangkan dengan suka cita. Lewat kerja sama ini panitia tentu harus memulai dengan sowan dan izin kepada pihak terkait. Pada saat izin dan sowan inilah pendidikan karakter berjalan dengan menembus masing masing pihak. Di saat pihak panitia muktamar dan pihak yang diajak kerja sama bertemu, maka terjadilah dialog yang bersifat mutualisme. Kedua pihak saling berharap, terutama pihak panitia.
ADVERTISEMENT
Kedua keduanya mengembangkan sikap saling menghormati dan menghargai. Tidak saling menggurui, saling memberikan informasi dengan santun dan arif, dan disertai dengan senyum dan obrolan hangat, agar maksud tercapai di antara kedua pihak. Setelah selesai dialog untuk kerja sama, siap untuk bergerak sesuai kesepakatan. Saat terjadi kesepakatan, kedua belah pihak saling menjaga kepercayaan. Kerja sama yang sudah dibangun dijaga dengan sebenar-benarnya dan juga dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Setelah selesai muktamar, panitia pun sowan kembali kepada pihak yang diajak kerja sama. Keduanya saling mengucapkan terima kasih atas kerja sama yang sudah dilalui. Seraya bersyukur atas kera sama yang baik, maka keduanya bersalaman disertasi oleh-oleh intelektual dan oleh jasmani yang semakin menambah erat silaturahmi. Selamat Muktamar, dari Muhammadiyah untuk bangsa. Semoga berkah.
ADVERTISEMENT
Bersambung
Penulis adalah Dosen Universitas Muhammadiyah Tangerang