Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Spektrum Pendidikan Muktamar (Part 2)
19 November 2022 10:43 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Asep Abdurrohman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada bagian pertama, penulis sudah menjelaskan spektrum muktamar dalam pandangan panitia. Maka tulisan kali ini, penulis ingin menjelaskan spektrum pendidikan menurut peserta. Dalam setiap kegiatan apa pun yang ada peserta, setelah adanya panitia. Kedua pihak itu, ibaratnya dua sisi mata uang yang tidak bisa dilepaskan antara satu dengan sisi lainnya. Maka kehadiran peserta adalah yang wajib dalam setiap agenda kegiatan.
ADVERTISEMENT
Panitia acara tidak berhak menyombongkan diri, jika tidak ada peserta kegiatan. Ya iyalah, masa ya iya dong, kalau tidak ada peserta yang mau siapa yang diurusin. Begitu juga sebaliknya, jika tidak ada panitia pasti tidak ada acara. Relasi keduanya ini seperti yang sudah diibaratkan di atas, saling sinergi, alias prasyarat adanya acara pasti akan ada panitia dan peserta acara. Ini menggambarkan bahwa dalam ranah acara saja yang skalanya kecil atau besar tetap mensyaratkan adanya sinergi, apalagi dalam ranah acara yang sifatnya besar. Salah satunya acara yang besar ini adalah muktamar.
Pasti acara besar ini membutuhkan kerja keras dan kerja cerdas, seperti yang sudah disinggung pada bagian pertama lalu. Pada acara ini peserta acara mesti menyebarkan nilai-nilai pendidikan yang utuh kepada peserta lainnya. Peserta ini akan utuh menyebarkan nilai nilai pendidikan jika panitia sudah merancang iklim muktamar yang kondusif. Sebaliknya, jika rancangan gagal dipahami oleh peserta muktamar, bukan tidak mungkin akan ada peristiwa di luar dugaan. Yang pada akhirnya bukan nilai nilai pendidikan yang akan diraih, tapi gambaran yang tidak mengenakkan hati yang akan diraih.
ADVERTISEMENT
Peserta Acara di Ruang Publik
Peserta di ruang publik hadir untuk memberikan dampak luas. Dampak luas itu akan mampu dirasakan sekian tahun yang akan datang. Maka lewat muktamar ini, peserta harus benar-benar menjadi peserta yang terlatih untuk menyebarkan agenda nilai-nilai pendidikan yang membumi. Jika tidak, hampalah ruang publik dari nilai-nilai pendidikan. ini mesti didorong oleh peserta lain agar dinamis lagi membumikan peserta acara di ruang publik.
Peserta acara harus bersinergi dengan panitia acara. Karena baik dan buruknya suatu acara akan ditentukan seberapa baik panitia dan peserta acara dalam merespon perkembangan acara. Jika acara akan cenderung mengalami jalan buntu, sebaiknya pihak yang berkeberatan menahan diri sambil menenangkan keadaan. Tidak perlu ada provokator yang lempar bola panas sana sini.
ADVERTISEMENT
Cukup hadirkan pribadi yang santun dan berakhlak saat menghadirkan suara di ruang publik. Sukur-sukur panitia muktamar sudah menghadirkan teknologi di ruang muktamar untuk meminimalisir keadaan yang buruk. Tapi berkat kecerdasan panitia muktamar, pentas saluran suara dari peserta untuk memilih ketua umum mampu diredam lewat kehadiran teknologi E-Voting. Dengan E-Voting memilih pemimpin tidak menjadi ribet. Bisa dibayangkan jika memilih pemimpin dengan cara manual dengan peserta ribuan atau mungkin ratusan ribu yang berhak memilih, maka gambaran ribet yang akan bisa kita bayangkan.
Spektrum Pendidikan Muktamar Perspektif Peserta
Peserta muktamar yang membludak itu, mempunyai ruang untuk memancarkan nilai nilai pendidikan yang mencerahkan. Peserta yang terkukung dalam ribuan peserta lain berkesempatan untuk mencontohkan sikap-sikap kesantuan berbasis moral lokal. Moral lokal mesti di junjung tinggi oleh segenap peserta muktamar.
ADVERTISEMENT
Karena muktamar mencerminkan pembauran tradisi yang muncul dari se-antero negeri. Maka tidak boleh ada satu tradisi yang menonjol dalam ruang peserta itu. Semua harus menahan diri, tidak bersikukuh dengan agenda lokal. Yang diangkat adalah agenda nasional, bukan agenda lokal yang dipaksa untuk tampil diacara nasional. Agenda lokal boleh hadir di ruang sempit, seperti kamar, ruang makan, dan lain sebagainya.
Tetapi agenda nasional mesti melihat kesepakatan tradisi nasional yang dihadirkan lewat acara muktamar itu. Mesti tradisi nasional diangkat dari tradisi lokal yang dipadukan dengan tradisi lokal lainnya, tentu di atas kesepakatan yang disepekati diawal. Nilai-nilai pendidikan lokal itu boleh hadir ke pentas nasional dengan syarat intensitasnya diturunkan dari pada biasanya. Ini semata-mata untuk menghindari gesekan nilai nilai pendidikan lokal dengan nilai nilai pendidikan nasional yang sudah disepakati.
ADVERTISEMENT
Namun nilai nilai pendidikan lokal itu tidak boleh memonopoli ruang publik kepesertaan. Ini demi semata-mata keutuhan NKRI yang sudah berhasil dibangun oleh para pendahulu bangsa. Nilai pendidikan nasional yang terpancar dari perspektif peserta itu bisa berupa; mengikuti aturan panitia, menjaga kesantunan kepada pribumi Kota Solo, menjaga tradisi setempat, gaya bahasa lokal tidak usah dibawa ke arena muktamar, dan tetap menerima segala perbedaan dari segi bicara dan gaya hidup yang datang dari berbagai latar belakang suku, budaya, dan bahasa tersebut.
Maka tidak salah kepada siapa pun yang menghadiri acara, kesampingkanlah kepentingan pribadi dan munculkan kepentingan bersama demi menjaga kesuksesan acara dan keutuhan NKRI yang terbangun sejak lama. Sukses muktamar, sukses juga peserta dan segenap panitianya. Semoga berkah untuk negeri tercinta.
ADVERTISEMENT
Bersambung
Penulis adalah Dosen Universitas Muhammadiyah Tangerang