Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Spektrum Pendidikan Muktamar (Part 3)
20 November 2022 11:14 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Asep Abdurrohman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada bagian yang kedua yang lalu, penulis sudah menjelaskan nilai-nilai pendidikan perspektif peserta. Pada bagian ini penulis in sya Allah akan menjelaskan nilai pendidikan perspektif penggembira. Berbeda dengan peserta muktamar, penggembira tidak mempunyai hak pilih.
ADVERTISEMENT
Penggembira pihak yang ikut berpartisipasi dalam acara muktamar dengan tujuan menyambut gembira atas datang dan terlaksananya muktamar. Penggembira bersuka cita ada momen muktamar. Ibaratnya, dalam kehidupan persahabatan, penggembira adalah sahabat sejati yang siap membahagiakan sahabatnya dalam keadaan duka dan suka.
Dengan adanya momen muktamar, penggembira ikut mendukung secara moril dan materil, agar muktamar yang akan digelar bisa terlaksana dengan lancar.
Penggembira Kontekstual
Dalam kehidupan sehari-hari, penggembira harus hadir dalam kehidupan sosial. Penggembira tidak hanya hadir dalam kehidupan sempit, tetapi penggembira harus masuk ke dalam panggung sosial yang membutuhkan uluran tangan.
Uluran tangan di sini tidak hanya mendukung secara moril dan materil, tetapi penggembira kontekstual harus hadir dalam setiap sendi sendi kehidupan. Saat melihat pengendara mendorong motornya yang kehabisan bensin, penggembira hanyut dengan uluran tangan yang menepikan kebutuhan pengendara.
ADVERTISEMENT
Intinya setiap kali melihat persoalan kemanusiaan baik yang sifatnya sekala kecil maupun besar. Individu atau pun sosial. Pada saat itu lah penggembira masuk ke dalam untuk memberikan kegembiraan dalam bentuk membantu pihak yang membutuhkan bantuan.
Atau paling tidak, penggembira dalam lingkup sepele tapi penting seperti; mengucapkan terima kasih, sering menggunakan kata tolong dalam kehidupan sosial, mengucapkan kata maaf, dan memberikan senyuman adalah salah satu penggembira kontekstual.
Ucapan itu dalam relasi kemanusian menjadi penting artinya, karena berhubungan dengan psikologi pihak pihak tertentu yang hatinya menjadi senang dan merasa dihargai. Dalam sekala yang lebih luas lagi, penggembira sejati mampu memberikan sikap kasih sayang kepada semua makhluk.
Tidak hanya makhluk hidup yang bisa berpikir, makhluk yang tidak bisa berpikir pun diberikan sentuhan kasih sayang. Saat melihat kucing dengan suara ngeong ngeong, penggembira sudah harus paham terhadap maksud kucing tersebut. Mungkin kucing itu lapar atau haus, yang harus diberikan pertolongan.
ADVERTISEMENT
Karena, pada hakikatnya kasih sayang itu tidak hanya diberikan kepada manusia yang bisa berpikir, kepada hewan yang tidak bisa berpikir pun penggembira memberikan uluran tangan. Kucing masih mempunyai insting dan perasaan kasih sayang, kepada tumbuh tumbuhan juga perlu mendapatkan perhatian.
Penggembira melihat kembang kembang yang layu, maka sikap penggembira mampu mengulurkan tangan dengan menyiramnya. Intinya, penggembira bersikap kasih dan sayang kepada semua makhluk yang ada di kolong langit. Baik kepada manusia, hewan, tetumbuhan, dan kepada semua makhluk Tuhan lainnya.
Nilai-nilai Pendidikan Perspektif Penggembira
Penggembira saat mendengar akan muktamar, hatinya sudah kepincut untuk bersiap-siap berangkat ke tempat muktamar. Perjalanan jauh, pasti membutuhkan persiapan yang matang. Persiapan bisa berupa; mengecek kondisi kendaraan yang akan dipakai, membawa ganti baju yang sesuai dengan irama muktamar, sampai pesan tempat menginap di tempat muktamar atau mencari informasi kepada pihak panitia sekiranya ada tempat menginap gratis untuk penggembira.
ADVERTISEMENT
Tetapi, penggembira sejati tidak terlalu mengandalkan gratisnya. Penginapan boleh gratis, tapi ia harus mengantongi perbekalan sebagai bentuk preventif atas segala kemungkinan yang akan terjadi. Saat berangkat, penggembira sudah berdamai dengan keluarganya. Atau jika keluarga ikut, jauh jauh hari sudah dipersiapkan dengan semaksimal mungkin, agar keluarga berbahagia menginap di tempat muktamar.
Saat sudah siap untuk keberangkatan, tidak lupa mengondisikan rumah agar aman dan nyaman ketika ditinggalkan. Setelah siap semuanya, barulah berangkat sambil berdoa kepada Allah agar selama diperjalanan selalu dalam naungan dan pertolongan Allah.
Di tengah perjalanan, sambil menunggu sampai ke lokasi muktamar, waktu yang tidak produktif dipakai untuk sesuatu yang bermanfaat. Entah itu untuk membaca, menulis, mengecek email masuk, memberikan kabar kepada keluarga tentang kondisi perjalanan, atau sesekali mengobrol dengan penggembira lain yang kebetulan satu bangku atau satu deret dengan dirinya.
ADVERTISEMENT
Mengobrol ini bukan untuk mencari pamor, tetapi untuk menggembirakan penggembira agar penggembira lain merasa diakui keberadaannya. Setelah mengobrol dengan penggembira lain, tidak lupa memberikan keleluasaan kepada penggembira untuk beraktivitas bebas dan tidak terikat dengan perhatian kepada dirinya.
Atau menyediakan waktu untuk mengekspresikan aktivitasnya sendiri. Tidak lupa, jika rombongan menggunakan bus, penggembira mengikuti arahan dan instruksi dari ketua rombongan. Tidak seenaknya sendiri, jika ada keperluan mendadak, tapi menginfokan kepada pihak panitia, agar panitia tidak kehilangan keberadaan anggotanya.
Sesampainya di lokasi muktamar, penggembira tidak keluar terlebih dahulu, tapi mendengar aba-aba dari panitia untuk arahan selanjutnya. Saat pembagian kunci kamar untuk menginap, penggembira bersabar menunggu panggilan. Atau jika menginap dengan sesama penggembira lain dalam satu kamar besar, tidak lupa memprioritaskan orang lain yang lebih membutukan dari pada dirinya.
ADVERTISEMENT
Misalnya, ada penggembira yang ingin privasinya tidak ingin diketahui orang banyak, ia rela menyerahkan tempat itu. Ini bukan mengalah, tapi menunjukkan akhlak baik kepada orang banyak, agar akhlak itu dapat ditiru oleh orang lain yang pada akhirnya itu bisa bernilai ibadah. Saat makan, mengambil yang terdekat darinya. Tidak mengambil yang jauh, yang di makan terdekat darinya.
Ini sebagai tanda hamba yang taat akan sunnah Nabi Muhammad Saw. Jika makan bersama dengan pihak yang lebih luas, penggembira mempersilakan dulu yang senior. Setelah senior mengambil makan, barulah dirinya.
Selesai makan, menghampiri tempat acara muktamar dengan tertib, tidak terburu-buru, tetapi berjalan dengan tenang. Yang penting sampai lokasi dengan selamat. Setelah sampai lokasi muktamar, penggembira selalu mengikuti arahan panitia.
ADVERTISEMENT
Jika memang tidak bisa masuk lapangan atau gedung, ya lebih baik tidak usah masuk. Dipaksakan pun tidak akan baik, bukan terpaksa, tapi bersikap legowo terhadap keadaan yang menimpa dirinya sambil mencari solusi terbaik.
Setalah sekian hari menjadi penggembira di acara muktamar, langsung pulang ke rumah tempat tinggal. Tidak mampir ke tempat yang tidak perlu, kecuali membeli oleh oleh untuk orang orang tercinta di rumah dan untuk para kolega di kantor. Semoga berkah dan bermanfaat. Wallahu a’lam.
Penulis adalah Dosen Universitas Muhammadiyah Tangerang