Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Doa Satir Menag Yaqut di HUT RI
19 Agustus 2024 11:26 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari asep k nur zaman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam upacara HUT ke-79 Kemerdekaan RI di Ibu Kota Nusantara (IKN) pada 17 Agustus 2024, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas membuat kejutan yang tak terduga. Saat tiba waktunya untuk memimpin doa, mantan Ketua Umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor yang dikenal sebagai loyalis Presiden Jokowi ini menyampaikan doa yang bukan sekadar rutinitas. Tapi, sarat dengan makna, kritik, dan satir yang halus. Para hadirin, termasuk Presiden Jokowi sendiri, mungkin sempat menahan napas. Apakah Menteri Yaqut benar-benar berdoa atau "unjuk rasa" terselubung?
Yaqut, yang juga adik kandung Ketua Umum PBNU KH Yahya Staquf, membuka doanya dengan memohon kepada Allah agar para pemimpin negeri ini diberi "kearifan dan kebijaksanaan". Barangkali, yang dimaksud Yaqut adalah kearifan untuk tidak terlalu berambisi, terutama ketika kekuasaan telah menggoda begitu hebat. Kearifan memang mahal harganya, terutama bagi mereka yang telah lama berada di puncak.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, Yaqut berdoa agar kita semua, terutama para pemimpin, mampu "menjunjung tinggi kejujuran dan menegakkan keadilan". Kejujuran tentu sangat penting, terutama ketika tiba saatnya memutuskan apakah ingin pensiun dengan tenang atau tetap meneruskan keterampilan "cawe-cawe" dalam panggung politik. Keadilan juga krusial, apalagi jika berbicara soal membagi kursi kekuasaan—agar tidak ada para badut politik yang merasa dianaktirikan.
Tidak ketinggalan, Yaqut memohon bimbingan Tuhan agar bangsa ini mampu melewati "masa-masa peralihan" dengan baik. Peralihan kepemimpinan, tentu, adalah masa di mana seorang mantan presiden harus memilih: akankah ia menjadi negarawan yang bijak atau justru tetap bermain di belakang layar, mengatur pion-pion di panggung politik? Masa peralihan ini, penuh dengan pilihan yang mendebarkan. Harus ada yang kalang-kabut di senjakala kekuasaan untuk membangun benteng politik yang aman dari serbuan gugatan atas daftar panjang dosa terhadap rakyat, bangsa, dan negara.
ADVERTISEMENT
Yaqut juga meminta Tuhan untuk "menyatukan hati kami dan padukan gerak kami". Apakah ini berarti menyatukan partai-partai besar di bawah satu kendali? Atau mungkin menyatukan hati rakyat agar tetap setia pada satu nama, meskipun ia sudah tak lagi memimpin secara resmi? Doa itu memang penuh dengan makna tersembunyi, terutama jika kita renungkan dalam konteks realitas politik yang sedang berlangsung.
Doa Yaqut berakhir dengan harapan agar kita semua "terus bergerak dan berjuang bagi bangsa kami". Mungkin, yang dimaksud adalah perjuangan untuk tetap relevan dalam politik, meski masa jabatan sudah usai. Perjuangan untuk tetap berada di belakang layar, menarik benang-benang kekuasaan, meski sudah tak lagi duduk di kursi istana.
Doa ini, di hari kemerdekaan, menjadi pengingat bahwa di balik kata-kata religius sering kali tersembunyi pesan-pesan yang lebih mendalam. Di balik pujian dan permohonan kepada Tuhan, ada harapan agar para pemimpin, terutama yang sedang bersiap turun dari panggung kekuasaan, tidak terlalu tergoda oleh ambisi yang berlebihan.
ADVERTISEMENT
Atau, mungkin itu hanya doa biasa yang kebetulan terasa begitu menyindir di telinga mereka yang tahu cerita di balik layar. Namun, ragam komentar netizen umumnya berkomentar nyinyir: di satu sisi menganggap sebagai kritik terhadap penguasa, di sisi lain Menteri Yaqut menepuk air di dulang.
"Yang menulis naskah doa itu pasti orang baik, namun yang membacanya..." Saya tak tega menulis lengkap komentar netizen ini.
Kita ambil pelajar saja dari doa tersebut: bahwa doa satir bisa menjadi senjata yang tajam—terutama jika ditujukan pada mereka yang berada di puncak kekuasaan, yang mungkin lupa bahwa setiap puncak pasti memiliki akhirnya.
Dan, yang jelas, doa tersebut bukan karena tersulut rasa gundah oleh isu perombakan kabinet di penghujung kekuasaan Jokowi. Sebab, Menteri Yaqut tidak termasuk dalam daftar yang direshufle.
ADVERTISEMENT
Ia "hanya" sedang menghadapi pansus DPR dan gelombang laporan ke KPK yang menggugat permainan kuota jamaah haji oleh kementeriannya. PBNU pun turun tangan dan bergaduh dengan PKB yang dianggap menjadi motor penggerak mencuatnya skandal kuato haji!