Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Menelusuri Jejak Suharto
26 September 2021 20:54 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Asep Totoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mengingat kembali tanyangan kisah Hitam Putih tahun 2016, hadir bintang tamu yang untuk menyambung hidupnya dia pun harus menghabiskan masa tuanya sebagai seorang tukang becak di Surabaya.
ADVERTISEMENT
Padahal dalam perajalanan di masa mudanya itu bisa dilihat kalau dirumahnya yang sederhana masih disimpan rapi medali dan piagam penghargaan yang pernah dia peroleh dari berbagai ajang balap sepeda, baik nasional maupun internasional.
Dia adalah Suharto, atlet balap sepeda di SEA Games 1977 yang berlangsung di Thailand yang melambungkan nama Indonesia dengan menyabet dua medali perak. Dia mendapatkannya dari nomor jalan raya kategori beregu dan perorangan.
Suharto pun menyabet dua medali emas di ajang SEA Games 1979 Malaysia untuk nomor Team Time Trial jarak 100 kilometer. Dia mencapainya bersama Sutiono, Munawar dan Dasrizal di nomor team time trial jarak 100 km.
Ironis memang nasib mantan atlet sepeda Indonesia Suharto ini yang tidak semulus laju sepeda yang dikayuhnya ketika berjaya. Seperti diketahui kekuatan balap sepeda Indonesia pada era 1970-1980-an cukup disegani di kawasan Asia Tenggara.
ADVERTISEMENT
Kala itu ketika berhasil merebut medali di ajang SEA Games, Suharto dan teman-temannya tidak pernah memperoleh bonus uang dari pemerintah, seperti yang diterima atlet-atlet nasional saat ini.
Kisahnya setelah pensiun mengharuskan Suharto kerja serabutan, sempat menjadi kernet angkutan kota, membantu tetangganya berjualan ayam kampung, atau berjualan alat pendingin ruangan (AC) bekas. Kemudian akhirnya dia menjadi tukang becak, dia pun harus berjuang dengan uang pas-pasan hasil menarik becaknya hanya cukup untuk makan. Bersama istri tinggal dirumah petak 12 meter persegi yang tidak layak huni dan harus berpindah-pindah tempat kos, tidak punya uang untuk berobat disaat terkena penyakit hernia.
Setelah diundang di Hitam Putih tersebut, kehidupannya berubah. Gubernur Risma saat itu langsung memanggil Suharto dan memberinya pekerjaan. Suharto pun menjadi pelatih sepeda anak jalanan di Pemkot Surabaya.
ADVERTISEMENT
Sebagai Pelatih, menurut Suharto kalau keliru cara melatihnya, nggak bisa maju. Dia menjelaskan, menjadi atlet balap sepeda tidaklah mudah. Ada teknik dan latihan-latihan yang harus dikuasai. Pertama yang harus dilatih fisiknya dulu, karena fisiknya belum ada. Jadi latihan fisik terus, baru kita latih sepeda. Dan itu harus latihan setiap hari, karena dia sangat tahu bagaimana cara mengatur napas.
Dia pun berharap anak didik yang diharapkan bisa mengikuti jejak Suharto di berbagai kejuaraan.
Semoga para atlet kita tidak lagi merasakan kisah pilu seperti Suharto yang dipuji ketika masih berjaya, tidak berdaya dikala senja.
Kuis kumparan: "ATLET INDONESIA YANG JADI IDOLAMU"
Oleh :
Asep Totoh - Dosen Ma'soem University, Kepala HRD Yayasan Bakti Nusantara 666
ADVERTISEMENT