Konten dari Pengguna

Kandungan Energi Alam Semesta Menurut Ahli Kosmologi

Asri Maharani
Siswi SMA Pribadi Depok
27 Agustus 2024 18:04 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asri Maharani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tersebar sebanyak 27% dark matter di alam semesta. (Sumber: pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Tersebar sebanyak 27% dark matter di alam semesta. (Sumber: pixabay)
ADVERTISEMENT
Adanya rasa penasaran juga obsesi mengenai alam semesta menghantarkan para ahli untuk menyelidiki lebih lanjut. Hal ini dibahas dalam ilmu kosmologi
ADVERTISEMENT
Kosmologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari pembentukan alam semesta berdasarkan model matematika, teori dan simulasi komputer.
sumber : pixabay
Dalam buku Introduction to Cosmology - Barbara Ryden. Beberapa jenis materi seperti bintang dapat dideteksi dengan cara memancarkan foton ke segala arah. Bintang memancarkan cahaya dalam rentang elektromagnetik spektrum infra merah, visual dan ultraviolet.
Galaksi mengandung materi baryonik yang bukan dalam bentuk bintang, stellar remnants atau brown dwarfs. Materi baryonik disebut juga dengan visible matter. Baryon adalah nama umum untuk partikel subatomik seperti proton, neutron dan elektron. Tidak seluruh materi baryonik mudah untuk dideteksi. Sekitar 85% baryon di alam semesta merupakan gas yang sangat renggang, kepadatan yang rendah membuat gas sulit dideteksi dengan teknologi saat ini.
Stellar Remnant (sumber : pixabay)
Tidak hanya materi baryonik yang sulit dideteksi oleh mata, tetapi faktanya hampir seluruh materi di alam semesta ini bukanlah materi baryonik. Pada umumnya materi alam semesta adalah nonbaryonic dark matter. Materi tersebut tidak dapat menyerap dan memancarkan cahaya dalam panjang gelombang apapun. Ilmuwan menyatakan bahwa dark matter terbuat dari axions, sejenis partikel dengan a rest energy of m(ax) c2 ∼ 10−5 eV, equivalent to max ∼ 2 × 10−41 kg. Salah satu partikel nonbaryonic yang memiliki massa bukan nol adalah neutrino.
ADVERTISEMENT
Cara klasik untuk mendeteksi dark matter adalah dengan mengamati kecepatan orbit bintang di galaksi spiral seperti M31. Ciri galaksi spiral yaitu memiliki piringan bintang yang pipih di mana terdapat bintang dalam orbit yang hampir melingkar mengelilingi pusat galaksi.
Metode lain untuk mendeteksi dark matter adalah melalui efek gravitasi pada materi bercahaya. Dark matter bertindak sebagai lensa gravitasi. Hal tersebut dikeranakan dark matter mempengaruhi gerak galaksi, lintasan materi, juga lintasan foton. Dengan demikian dark matter dapat membelokkan dan memfokuskan cahaya.